Shift Share Analysis SSA

Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan petani dan pedagang pengumpul dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur Lampiran 1 dan 2. Pengambilan contoh petani dan pedagang pengumpul sebagai responden di lima kecamatan dilakukan dengan stratified random sampling terhadap populasi responden. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 orang petani dan 10 orang pedagang pengumpul pada masing-masing kecamatan agropolitan.

3.5.5. Internal Rate of Return IRR

Menurut Kadariah et al. 1999, Internal Rate of Return IRR adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai sekarang netto NPV sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat keuntungan yang menghasilkan NPV sama dengan nol NPV=0. IRR dinotasikan dengan i merupakan tingkatan penghasilan internal yang dapat dibayar oleh proyek untuk faktor produksi yang digunakan. Perhitungan IRR ditulis dengan rumus: ∑ + ∑ + = = = n t t n t t i i Ct Bt 1 1 Kriteria yang digunakan adalah apabila: a nilai IRR 1, maka pengembangan komoditas layak untuk diusahakan, b nilai IRR 1, maka pengembangan komoditas tidak layak untuk diusahakan, dan c nilai IRR = 1, maka pengembangan komoditas mencapai break event point.

3.5.6. Net Benefit Cost Ratio Net BC

Net Benefit Cost Ratio Net BC adalah nilai perbandingan antara nilai manfaat bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. Dengan demikian Benefit Cost Ratio merupakan tingkat besarnya tambahan manfaat setiap penambahan satu satuan rupiah biaya yang digunakan. Net BC Ratio akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakannya jika Benefit Cost Ratio mempunyai nilai yang lebih besar dari satu. Net BC menggunakan rumus: ∑ + ∑ + = = − − = n t t n t t i i Bt Ct Ct Bt C NetB 1 1 1 1 Dimana: Bt = penerimaan kotor dari komoditas jenis x pada tahun t. Ct = biaya kotor dari komoditas jenis x pada tahun t. n = umur ekonomis. i = discount rate pada tingkat 12 dan 20. Kriteria pengukuran adalah apabila Net BC 1, maka kegiatan pengembangan komoditas yang dilakukan menguntungkan karena penerimaan lebih besar daripada biaya total dan sebaliknya.

3.5.7. Mengkaji Marjin Tataniaga dengan Analisis Marjin Tataniaga

Indikator Marjin tataniaga didasarkan pada konsep efisiensi operasional yang menekankan pada kemampuan meminimumkan biaya-biaya yang digunakan untuk menggerakkan komoditas dari produsen ke konsumen. Sedangkan marjin tataniaga adalah merupakan perbedaan antara harga yang diterima petani dengan harga akhir yang dibayar konsumen. Dengan demikian marjin tataniaga dapat menggambarkan efisiensi pemasaran suatu komoditas dari produsen hingga ke konsumen. Secara matematis persamaan marjin tataniaga adalah sebagai berikut: ∑ ∑∑ ∑ = = = = + = = m j m j n i m j Pj Cij Mj M 1 1 1 1 Dimana: M = Marjin tataniaga Rpkg. Mj = Marjin tataniaga Rpkg lembaga tataniaga ke j j=1,2,...,m, m: jumlah lembaga tataniaga yang terlibat. Cij = biaya tataniaga ke i rpkg pada lembaga tataniaga ke j i=1,2,...,n dan n jumlah jenis pertanyaan. Pj = Marjin keuntungan lembaga tataniaga ke j Rpkg. Analisis marjin tataniaga pada penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan petani dan pedagang pengumpul dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur Lampiran 1 dan 2. Pengambilan contoh petani dan pedagang pengumpul sebagai responden di lima kecamatan dilakukan dengan stratified random sampling terhadap populasi responden. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 orang petani dan 10 orang pedagang pengumpul pada masing-masing kecamatan agropolitan.

3.5.8. Mengkaji Hirarki Pusat Pertumbuhan Agropolitan dengan

Analisis Skalogram Metode skalogram banyak digunakan untuk menentukan hirarkhi wilayah. Metode ini mengidentifikasi seluruh fasilitas umum yang dimiliki setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel Tabel 3. Metode skalogram bisa digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki setiap wilayah, atau menuliskan adatidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlahkuantitasnya. Melalui metode ini juga akan diidentifikasi jenis, jumlah dan karakteristik infrastruktur yang mendukung perkembangan perekonomian di kawasan Agropolitan. Infrastruktur ini akan mencakup tiga kelompok prasarana utama yaitu: