Agroindustri dan Agrobisnis TINJAUAN PUSTAKA

penyediaan air, perumahan, kesehatan dan jasa-jasa sosial di kota-kota kecil menengah untuk meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Perhatian juga perlu diberikan untuk memberikan kesempatan kerja di luar sektor produksi pertanian off farm dan berbagai kenyamanan fasilitas perkotaan di kota-kota kecil Rustiadi dan Hadi, 2006 Dalam kaitannya dengan proses produksi pangan dan bahan mentah, kawasan perdesaan adalah konsumen bagi produk sarana produksi pertanian, produk investasi dan jasa produksi sekaligus sebagai pemasok bahan mentah untuk industri pengolah atau penghasil produk akhir. Dengan cabang kegiatan ekonomi lain di depan sektor hilir dan dibelakangnya sektor hulu, sektor pertanian perdesaan seharusnya terikat erat dalam apa yang disebut sebagai sistem agribisnis. Dalam perspektif agribisnis, sektor hulu seharusnya terdiri dari perusahaan jasa penelitian, perusahaan benih dan pemuliaan, industri pakan, mesin pertanian, bahan pengendali hama dan penyakit, industri pupuk, lembaga penyewaan mesin dan alat-alat pertanian, jasa pergudangan, perusahaan bangunan pertanian dan asuransi, agen periklanan pertanian, media massa pertanian, serta jasa konsultasi ilmu pertanian. Pandangan yang lebih maju mengharuskan adanya jasa jaminan kesehatan dan hari tua pelaku usahatani oleh koperasi petani atau lembaga yang sejenis. Karena tingginya intensitas keterlibatan sektor perdagangan, maka di sektor hulu ini perlu juga diperhatikan peran dan fungsi organisasi dagang seperti pedagang besar, pedagang ritel, serta jasa-jasa perantara. Sektor hilir agribisnis mencakup industri manufaktur makanan, industri makanan dan hotel, restoran dan toko-toko pengolah sekaligus penjual makanan Rustiadi dan Hadi, 2006. Integrasi antara konsep agroindustri dan pembangunan desa menjadi penting keterkaitannya dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi, penyediaan dana dan investasi, teknologi, serta dukungan sistem tataniaga dan perdagangan yang efektif. Pengembangan agroindustri pada dasarnya diharapkan selain memacu pertumbuhan tingkat ekonomi, juga sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Wibowo dalam Andri 2006 mengemukakan perlunya pengembangan agroindustri di perdesaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar diantaranya: 1 memacu keunggulan kompetitif dan komparatif komoditas setiap wilayah; 2 memacu peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, menumbuhkan agroindustri yang sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang dikembangkan; 3 memperluas wilayah sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan; 4 memacu pertumbuhan agribisnis wilayah dengan menghadirkan subsistem-subsitem agribisnis; dan 5 menghadirkan berbagai saran pendukung berkembangnya industri perdesaan. Menurut Mulyani 2007, program pengembangan kawasan agropolitan belum signifikan dalam meningkatkan pendapatan usahatani petani disebabkan: 1 keterbatasan petani dalam hal permodalan, 2 pembangunan infrastruktur transportasi di kawasan agropolitan tidak mengubah pola pemasaran pertanian karena petani tetap menjual komoditas pertaniannya kepada tengkulak, dan 3 petani belum melaksanakan proses pengolahan komoditas pertanian agroprosesing yang merupakan subsistem pemberi nilai tambah terbesar dalam sistem agribisnis. Salah satu hambatan dalam pengembangan agropolitan yang dialami oleh masyarakat perdesaan adalah hambatan keuangan modal, hambatan untuk memiliki lahan garapan, hambatan informasi dan teknologi pertanian, serta hambatan pemasaran produk. Untuk itu dalam pengembangan usaha diperlukan satu bentuk kemitraan dalam produksi, pengolahan dan pemasaran Hastuti, 2001.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pada tahap awal penelitian ini dilakukan identifikasi potensi dan sumberdaya lahan dan wilayah untuk komoditas basis di wilayah agropolitan Kabupaten OKU. Metode yang digunakan adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan FAO dan analisa deskriptif. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta tanah dalam kaitan dengan kesesuaiannya untuk berbagai tanaman. Analisis potensi kesesuaian lahan wilayah Agropolitan Kabupaten OKU menggunakan Software ArcView Ver 3.2 dengan sumber data Peta Digital Provinsi Sumatera Selatan dan Peta Land Systems with Land Suitability and Environmental Hazards yang dioverlay dengan peta penggunaan lahan Kabupaten OKU. Output pada tahap ini adalah potensi lahan untuk komoditas basis. Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi potensi komoditas basis di wilayah agropolitan Kabupaten OKU. Metode yang digunakan adalah analisis Location Quotient LQ dan Shift Share Analysis SSA. Analisis dengan model LQ ini digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis pada suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah. Metode analisis LQ dapat dilakukan dengan menggunakan data luas areal, produksi, nilai ekonomi atau tenaga kerja. Shift Share adalah analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi dengan cakupan wilayah lebih luas dalam dua titik waktu. Output yang diharapkan pada tahap ini adalah deskripsi pemusatan aktivitas komoditas pertanian utama. Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi kelayakan finansial komoditas basis yang akan dikembangkan di wilayah agropolitan Kabupaten OKU. Metode yang digunakan adalah metode analisis kelayakan finasial terdiri dari: analisis BC Ratio, analisis NPV dan analisis IRR. Output yang dihasilkan pada tahap ini adalah kelayakan pelaksanaan investasi komoditas basis. Selanjutnya, yang dilakukan adalah mengkaji marjin tataniaga komoditas basis di kawasan agropolitan Kabupaten OKU. Metode yang dilakukan dengan menggunakan analisis margin tataniaga. Output yang dihasilkan pada tahap ini adalah struktur margin tataniaga. Dengan melakukan keempat tahap seperti tersebut di atas, maka diharapkan akan diperoleh identifikasi komoditas basis di wilayah tersebut. Selain itu, untuk mengetahui hirarki pusat pertumbuhan di kawasan agropolitan Kabupaten OKU dilakukan analisis skalogram. Metode ini mengidentifikasi seluruh fasilitas umum yang dimiliki setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki setiap wilayah, atau menuliskan adatidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlahkuantitasnya. Output yang diharapkan pada tahap ini adalah hirarki pusat pertumbuhan di wilayah agropolitan Kabupaten OKU. Setelah melakukan kelima tahap analisis seperti di atas maka diharapkan akan diperoleh Arahan Pengembangan Komoditas di Kawasan Agropolitan Kabupaten OKU. Bagan alir kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2 dan bagan alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Baturaja Timur meliputi 8 delapan DesaKelurahan, Kecamatan Lubuk Batang 8 delapan Desa, Kecamatan Peninjauan 15 lima belas Desa, Kecamatan Lubuk Raja 4 empat Desa, dan Kecamatan Sinar Peninjauan 6 enam Desa. Pemilihan lokasi pengembangan ini karena merupakan daerah kawasan perkotaan di Kabupaten OKU dan memiliki aktivitas perekonomian pada sub sektor perkebunan. Disamping itu, kelima kecamatan pengembangan tersebut memiliki berbagai potensi pengembangan dengan aksesibilitas yang mudah dijangkau untuk pengembangan agropolitan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2007.