Analisis Net Benefit Cost Ratio Net BC

Tabel 24 Hasil analisis marjin pemasaran komoditas perkebunan di kawasan agropolitan Kabupaten OKU Komoditas No. Uraian Karet Kelapa Sawit Kelapa Kopi 1. Harga yang diterima petani 65,54 55,00 72,00 66,67 2. Harga jual ke konsumen Rpkg 13.000 1.750 2.500 13.500 3. Total Biaya Pemasaran Rp 4.600 725 1.275 2.350 4. Total Keuntungan Rp 1.150 675 275 2.900 5. Total Marjin Pemasaran Rp 4.500 900 700 4.500 Sumber: Hasil olahan data primer

5.5.2. Analisis Marjin Tata Niaga Kelapa Sawit

Rantai pemasaran kelapa sawit di Kawasan Agropolitan Batumarta Kabupaten OKU melalui beberapa lembaga tataniaga yaitu Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar Desa - Konsumen Pabrik CPO. Setelah panen, petani yang umumnya mempunyai luas areal kebun kelapa sawit sekitar 1 – 2 ha membawa hasil panennya dengan menggunakan kendaraan motor dan gerobak ke pasar kalangan lokal. Jumlah produksi kelapa sawit yang dihasilkan petani sekitar 250 kgha setiap bulan. Hasil panen ini dibeli oleh pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai atau dengan sistem pinjaman KUD. Selanjutnya pedagang pengumpul ini menjual kepada pedagang besar desa di pasar induk desa. Kemudian pedagang besar desa menjual hasil kelapa sawit ini ke konsumen akhir yaitu pabrik CPO dengan harga Rp. 2000,-kg. Pabrik pengolahan kelapa sawit yang cukup besar adalah PT. Mitra Ogan dan PT. Minanga Ogan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa marjin total pemasaran kelapa sawit mulai dari petani sampai konsumen adalah sebesar Rp. 900,-kg. Nilai marjin pemasaran kelapa sawit masih relatif tinggi karena melibatkan berbagai tingkat lembaga perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar desa. Akibatnya efisiensi pemasaran berkurang dan nilai harga di petani terhadap harga pembeli menjadi relatif rendah. Besarnya marjin pemasaran kelapa sawit disebabkan oleh masih panjangnya rantai perdagangan atau masih banyak lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam distribusi suatu komoditas akan menyebabkan tingginya biaya-biaya yang muncul dalam proses tersebut. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rantai pemasaran kelapa sawit ini adalah berupa biaya transportasi, biaya bongkar muat, dan biaya susut. Analisis marjin tataniaga kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada Tabel 24 terdahulu terlihat bahwa pada rantai pemasaran kelapa sawit harga yang diterima petani sebesar 55,00, sedangkan sisanya akan beralih ke pedagang pengumpul dan pedagang besar desa. Angka ini menunjukkan bahwa proporsi marjin yang diterima petani masih cukup rendah. Kondisi ini juga memperlihatkan bargaining position petani yang masih lemah.

5.5.3. Analisis Marjin Tata Niaga Kelapa

Rantai pemasaran untuk komoditas kelapa diidentifikasi hanya terdapat satu jalur pemasaran utama yang digunakan petani. Saluran tersebut adalah: Petani - Pedagang Pengumpul - Konsumen warung pasar. Setelah panen, petani yang umumnya mempunyai luas areal kebun kelapa sekitar 0,5 - 1 ha menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai. Transaksi dilakukan dengan mendatangi petani di beberapa desa kemudian mengumpulkannya dan dijual kepada konsumen akhir yaitu pasar induk di desa dengan harga Rp. 2.000,-kg. Adapun fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi sortasi dan penjemuran. Hasil analisis pemasaran kelapa menunjukkan bahwa marjin total pemasaran kelapa mulai dari petani sampai konsumen adalah sebesar Rp. 700,-kg. Nilai marjin pemasaran kelapa tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan karet dan kelapa sawit karena hanya melibatkan satu lembaga perantara yaitu pedagang pengumpul. Analisis marjin tataniaga kelapa dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan analisis marjin pemasaran komoditas perkebunan pada Tabel 24 terdahulu terlihat bahwa harga yang diterima petani sebesar 72,0, sedangkan sisanya akan beralih ke pedagang pengumpul. Fenomena ini sudah agak menguntungkan petani sebab sudah proporsioal dengan resiko dan korbanan yang ditangung petani. Bagian harga yang diterima petani sebesar 72,0 juga menunjukkan petani telah memiliki bargaining position yang relatif kuat terhadap pasar.

5.5.4. Analisis Marjin Tata Niaga Kopi

Rantai pemasaran untuk komoditas kopi diidentifikasi hanya terdapat satu jalur pemasaran utama yang digunakan petani. Saluran tersebut adalah: Petani-Pedagang Pengumpul-Pedagang Besar Desa- Konsumen warungpasar desa. Setelah panen, petani yang umumnya mempunyai luas areal kebun kopi kurang dari 1 ha menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai. Transaksi dilakukan dengan mendatangi petani di beberapa desa kemudian mengumpulkannya dan dijual kepada pedagang besar desa di pasar induk desa. Adapun fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul ini adalah fungsi sortasi dan penjemuran. Kemudian pedagang besar desa menjual hasil kopi ini ke konsumen akhir yaitu pasar Induk desa dengan harga Rp. 13.500,-kg.