2,46, artinya tidak terjadi autokorelasi dalam model tersebut Firdaus, 2004. Model yang dihasilkan dalam analisis regresi nilai WTP Warisan HR Giriwoyo,
yaitu : WTPw = -5879,353 + 109,63 AGE - 160,31 TGN + 339,913 PDI + 7772,4 PNS
- 2801,544 WRA + 1639,066 SWA + 4979,461 IRT + 374,472 BRH + 5307,284 LHN + 3141,085 TR - 1091,194 JRK - 1905,090 KLS
Variabel penjelas yang berpengaruh nyata pada model diatas adalah pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, kepemilikan lahan dan pendapatan keluarga.
Beberapa variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP masyarakat ketika diuji menggunakan analisis linier berganda adalah usia, jumlah
tanggungan, pekerjaan sebagai PNS, wirausaha, swasta, buruh, karak ke lokasi lahan hutan, dan persepsi masyarakan terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh hutan.
6.2.5 Nilai Ekonomi Total Hutan Rakyat Giriwoyo
Nilai Ekonomi Total NET merupakan penjumlahan total dari semua kuantifikasi nilai ekonomi dari setiap manfaat HR Giriwoyo. Semua hasil
kuantifikasi manfaat ekonomi dari HR Giriwoyo dapat dilihat pada Tabel 14
Tabel 14. Nilai Ekonomi Total HR Giriwoyo
No Jenis Manfaat
Nilai Ekonomi Rptahun
1 Nilai Guna Langsung
Nilai Kayu Jati 905.382.000
Nilai Kayu Mahoni 238.133.000
Nilai Kayu Akasia 120.896.000
Nilai Kayu Bakar Nilai Empon-empon
1.758.960.000 1.775.100.000
2 Nilai Guna Tidak Langsung
Nilai Penyerap Karbon 4.311.921.600
Nilai Air 5.095.800.000
3 4
Nilai Keanekaragaman Hayati Nilai Warisan
2.192.463.840 1.223.640.000
Nilai Ekonomi Total 17.622.296.440
Tabel diatas menunjukan bahwa hutan memiliki manfaat lain selain kayu yang apabila ditaksir secara ekonomi memiliki nilai yang sangat tinggi, bahkan
nilainya berlipat ganda dibandingkan dengan nilai jual kayu. Nilai guna langsung yang dapat dihitung adalah sebesar Rp.4.798.471.000tahun yang didapat dari
menjumlahkan antara nilai kayu log, nilai kayu bakar, dan nilai empon-empon. Nilai guna tidak langsung sebesar dan nilai pilihan berturut turut adalah sebesar
Rp.9.407.721.600tahun dan Rp.2.192.463.840tahun, kemudian nilai warisan adalah sebesar Rp.1.223.640.000tahun. Hasil perhitungan nilai guna tidak
langsung merupakan yang terbesar dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya, hal ini menggambarkan, betapa berharganya suatu ekosistem hutan dengan segala
manfaat yang terkandung didalamnya. Secara keseluruhan, maka Nilai Ekonomi Total dari HR Giriwoyo adalah sebesar Rp.17.622.296.440tahun.
Nilai Ekonomi ini setidaknya dapat memberikan gambaran riil kepada masyarakat mengenai potensi yang terkandung dalam HR Giriwoyo. Saat ini
banyak pemuda di daerah Giriwoyo khususnya dan Wonogiri pada umumnya pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Selama ini pemuda merantau karena
merasa kebutuhannya tidak akan tercukupi jika hanya menetap di Desa. Perhitungan NET HR Giriwoyo ini, terutama nilai guna langsung dapat
memberikan penjelasan besarnya nilai uang yang didapat dalam usaha penanaman hutan hasil kayu log, kayu bakar dan empon-empon, sehingga harapannya dapat
meningkatkan minat para pemuda di daerah Wonogiri untuk menanam hutan, setidaknya di lahan pekarangan. Kebutuhan kayu selama ini cukup baik, sehingga
petani tidak akan kesulitan dalam menjual hasil hutannya, apabila masyarakat sadar akan potensi ini dan mengembangkannya, ini akan berdampak pada
pertumbuhan masyarakat di daerah Wonogiri itu sendiri.
VII KELEMBAGAAN PPHR DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT GIRIWOYO
7.1 Struktur dan Infrastruktur Kelembagaan
Infrastruktur Kelembagaan adalah seluruh kelembagaan dalam bentuk aturan main rule of the game. Aturan main pada kelembagaan PPHR Catur Giri
Manunggal ini diatur berdasarkan Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART yang mengatur fungsi, hak, dan kewajiban pengurus dan anggota
kelompok PPHR ADART dibuat oleh anggota sendiri dalam forum musyawarah dan bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan HR Giriwoyo. Selain itu PPHR
Catur Giri Manunggal memiliki aturan-aturan informal, aturan informal yang berupa hasil kesepakatan terkait dengan jadwal rapat, boundary rule, monitoring
dan sanksi, serta aturan penyelesaian dalam menyelesaikan konflik. Struktur organisasi PPHR Catur Giri Manunggal dapat dilihat pada Gambar 10.
Sumber: PPHR 2007
Gambar 10 Struktur organisasi PPHR Catur Giri Manunggal
Struktur organisasi PPHR Catur Giri Manunggal terdiri dari ketua yang membawahi sekretaris, bendahara, beserta sejumlah seksi. Masing-masing jabatan
menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya Mereka menjalankan tugas dengan ikhlas karena tidak mendapatkan imbalan apapun dari kepengurusan ini. Adapun
MUSYAWARAH PPHR
KETUA
BENDAHARA SEKRETARIS
SEKSI BUDIDAYA
SEKSI PENGEMBANGAN
ORGANISASI SEKSI
USAHA SEKSI
HUMAS SEKSI
KEAMANAN
tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap jabatan di PPHR Catur Giri Manunggal adalah sebagai berikut:
1. Ketua Ketua bertugas untuk memimpin rapat-rapat yang dilakukan oleh PPHR,
mengkoodinasi kegiatan PPHR, mengambil keputusan dalam keadaan darurat, memberi pengarahan kepada anggota pengurus yang lain, dan
bertindak atas nama PPHR dalam membangun hubungan dengan pihak lain.
2. Sekretaris Sekretaris bertanggung jawab terhadap urusan surat menyurat atau
kearsipan, membuat notulensi setiap pertemuan yang diselenggarakan dan atau dihadiri PPHR, membuat data perkembangan PPHR, serta mewakili
ketua apabila berhalangan untuk hadir. 3. Bendahara
Bendahara bertanggung jawab terhadap keuangan yang ada di PPHR, membuat anggaran biaya PPHR, serta mengarsipkan bukti-bukti keuangan
di PPHR. 4. Seksi Budidaya
Seksi budaya bertugas memberikan pengarahan kepada petani dalam pembudidayaan hutanlahan kosong untuk kelestarian hutan. Pengarahan
yang dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembibitan dan penanaman, perawatan, serta pemanenan hasil yang baik dan layak.
5. Seksi Usaha Seksi usaha bertugas untuk mencari pasar, menyalurkan hasil hutan untuk
pemanfaatan baik ke sektor industri, pedagang, maupun untuk pemukiman.
6. Seksi Pengembangan Organisasi Seksi pengembangan organisasi bertanggungjawab dalam koordinasi dan
kerjasama antara PPHR, GPHR dan KPHR. Bertugas pula dalam melakukan peningkatan sumberdaya manusia dalam kepengurusan PPHR,
GPHR, dan KPHR.
7. Seksi Humas Seksi humas bertugas untuk memberikan informasi baik dari dalam
maupun keluar PPHR, mengatur hubungan antar organisasi pelestari hutan rakyat, serta menyusun aturan mengenai tata cara apabila ada kunjungan
ke PPHR. 8. Seksi Keamanan
Seksi keamanan bertanggung jawab atas keamanan dalam hubungan antar anggota PPHR sampai KPHR dan bertanggung jawab terhadap keutuhan
hutan.
7.1.1 Aturan Informal
Aturan informal adalah aturan yang tidak diatur langsung dalam ADART. Aturan informal pada umumnya ditentukan berdasarkan kesepakatan para anggota
suatu kelembagaan saja. Aturan informal biasanya berisi kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas komunikasi sehingga dapat mempererat
kekeluargaan antar anggota dan pengurus PPHR. Aturan informal pada PPHR Catur Giri Manunggal diantaranya jadwal kumpul, jadwal pengajian, dan arisan.
Kumpul atau rapat dilakukan ditingkat KPHR agar lebih efektif. Berikut adalah jadwal kumpulrapat dari tiap-tiap GPHR;
1. GPHR Desa Sejati
Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa Sejati memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa Sejati
dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Desa Sejati
No KPHR
Waktu Tempat
Jam Keaktifan
1 Sejati
Malam minggu kliwon Rumah kadus
20.00 Tidak aktif
2 Juru Tengah
Malam jumat kliwon Rumah kadus
20.00 3
Tangkluk Malam minggu legi
Rumah kadus 20.00
4 Karangasem
Tanggal 14 malam Rumah kadus
20.00 5
Saratan Insidental
Rumah kadus Tidak aktif
6 Tukluk
Malam minggu pahing Rumah kadus
20.00 7
Turi Malam selasa pon
Rumah kadus 20.00
8 Gunung Wiyu
Malam tanggal 3 Rumah kadus
20.00 9
Tulakan Sesuai pertemuan RT
Masing-masing RT Tidak aktif
10 Glagahan
Malam tanggal 19 Rumah kadus
20.00 Tidak aktif
Sumber: Data PPHR 2007
Data diatas merupakan jadwal pertemuan KPHR di Desa Sejati. Pertemuan umumnya dilakukan di rumah kadus RW pertemuan ini menjadi ajang
silaturahmi antar anggota, selain itu sebagai wadah untuk bertukar informasi. Pertemuan tersebut pada awalnya terjadwal seperti yang dituliskan dan aktif
ketika proses sertifikasi, dari sepuluh ada empat dusun yang tidak aktif dikarenakan ketua KPHR dari dusun tersebut biasanya memiliki kepentingan lain.
Belakangan ini setelah proses sertifikasi selesai, pertemuan tidak dilakukan rutin seperti di jadwal, melainkan hanya bersifat insidental.
2. GPHR Desa Guwotirto
Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa Guwotirto memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa
Guwotirto dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Desa Guwotirto
No KPHR
Waktu Tempat
Jam Keaktifan
1 Klumpit
Malam minggu legi Rumah kadus
17.00 2
Lemahbang Setiap tanggal 11
Rumah kadus 17.00
3 Karangduwet
Setiap tanggal 27 Rumah kadus
4 Gawang
Malam minggu legi Rumah kadus
20.00 5
Grenjeng Selasa kliwon
Rumah kadus 12.00
6 Sidorejo
Malam rabu legi Rumah kadus
20.00 7
Baksari Malam rabu legi
Rumah Bu Sukini 19.30
Tidak aktif 8
Ngladon Malam minggu pon
Rumah kadus 20.00
Tidak aktif 9
Tambakrejo Malam minggu legi
Rumah kadus 19.00
Tidak aktif 10
Ketro Setiap tanggal 20
Rumah kadus 12.00
Sumber: Data PPHR 2007
Sama dengan GPHR Desa Sejati, jadwal diatas merupakan jadwal rutin untuk melakukan pertemuan ketika proses sertifikasi. Terdapat sepuluh dusun di
Desa Guwotirto dan hanya tiga desa yang tidak aktif, disebabkan beberapa hal seperti, ketua KPHR yang berhalangan, atau anggota KPHR yang tingkat
keaktifannya rendah. Belakangan ini, masing-masing KPHR di Desa Guwotirto tidak lagi melakukan pertemuan sesuai jadwal diatas, melainkan insidental.
3. GPHR Kelurahan Girikikis
Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa Girikikis memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa
Girikikis dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Kelurahan Girikikis
No KPHR
Waktu Tempat
Jam Keaktifan
1 Bamban
Setiap tanggal 10 Sumarjo
20.00 2
Glonggong Malam minggu legi
Gedung PKK 19.00
3 Gude
Malam senin legi Samen
19.00 4
Jambewangi Kamis wage
Rumah anggota 12.,00
5 Keji
Malam jumat legi Rumah kadus
20.00 6
Kerok Malam minggu pon
Rumah kadus 20.00
7 Ngrombo
Sabtu pahing Gubug Kerja
12.00 8
Pulebener Malam minggu pon
Rumah Kadus 20.00
9 Sembung
Malam rabu legi Rumah Kadus
20.00 10
11 Tail
Tameng Malam minggu pon
Malam minggu kliwon Rumah Kadus
Rumah Kadus 20.00
20.00 Sumber: Data PPHR 2007
Kelurahan Girikikis memiliki 11 dusun. Dari data diatas terlihat bahwa seluruh KPHR di Kelurahan Girikikis aktif melakukan pertemuan pada saat proses
sertifikasi. Hal ini disebabkan karena masyarakat memiliki tingkat keaktifan yang cukup tinggi dalam pengembangan dan pengelolaan HR Giriwoyo. Namun setelah
proses sertifikasi, pertemuan lebih bersifat insidental dan tidak terjadwal.
4. GPHR Desa Tirtosuworo
Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa Tirtosuworo memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa
Tirtosuworo dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Kelurahan Girikikis
No KPHR
Waktu Tempat
Jam Keaktifan
1 Talunombo
Sabtu pon Bapak Kasiman
19.00 2
Manggung Rabu pahing
Bapak Putut Nur 19.00
Tidak aktif 3
Darmosito Malam minggu legi
Bapak Sumin 20.00
Tidak aktif 4
Simpar Senin legi
Ibu Nanik 11.,00
5 Tlogobandung
Sabtu legi Bapak Kariman
12.00 6
Ngampel Minggu wage
Bapak Warsodo 12.00
Tidak aktif 7
Nongkosuwit Malam minggu legi
Bapak Pamen 20.00
Tidak aktif 8
Klego Setiap tanggal 1
Bapak Cipto 20.00
9 Ngemplak
Malam minggu wage Bapak Teguh
Tidak aktif 10
11 Tangkluk
Gebang Malam minggu pahing
Setiap tanggal 25 Bapak Suparjo
Bapak Karwanto 13.00
Sumber: Data PPHR 2007
Sama seperti Kelurahan Girikikis, Desa Tirtosuworo memiliki 11 dusun atau 11 KPHR. Tingkat keaktifan KPHR di Desa Tirtosuworo cenderung paling
rendah dibanding desa lainnya. Jadwal diatas merupakan jadwal pertemuan rutin