aturan-aturan yang berlaku, lebih diserahkan pada GPHR yang ruang lingkupnya lebih kecil, sehingga memudahkan dalam hal pengawasan, pendataan, dll.
Sejauh ini penerapan sanksi dalam PPHR dirasa masih belum perlu dilakukan. Dalam ADART tidak ada aturan yang jelas mengenai pemberian
sanksi. Berdasarkan hasil wawancara, selama ini jarang ada anggota yang diberikan sanksi tertentu, jika ada terjadi konflik atau sebagainya, sejauh ini selalu
dapat diselesaikan dengan kekeluargaan sehingga tidak ada yang dikenakan sanksi.
7.1.4 Penyelesaian Konflik
Tidak ada aturan yang jelas mengenai penyelesaian konflik dalam ADART. Penyelesaian konflik dalam lingkup PPHR Catur Giri Manunggal,
masih mengedepankan kekeluargaan. Selama ini pernah terjadi sengketa atau perselisihan mengenai batas lahan satu dengan yang lain, tahap aal penyelesaian
adalah ditingkat dusun KPHR. Masalah dimusyawarahkan dan dicari jalan keluarnya di lingkup dusun, jika ditingkat dusun belum dapat selesai maka
dialihkan ke tingkat desa GPHR. Menurut hasil wawancara, sejauh ini permasalahan atau sengketa yang
terjadi selalu dapat diselesaikan paling tidak ditingkat desa, karena ditingkat desa ada yang mereka sebut hakim atau orang yang diakui berhak menentukan batas-
batas wilayah antar lahan. Hakim yang merupakan Sekretaris Desa yang dipercaya membuat keputusan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, sehingga apabila
sudah diputuskan seadil-adilnya oleh hakim, masyarakat bisa menerimanya dengan ikhlas.
7.2 Rekomendasi Pengelolaan HR Giriwoyo
Stakeholders dalam pengelolaan dan pemanfaatan HR Giriwoyo adalah
para pihak atau aktor yang berkaitan langsung dalam pengelolaan dan pemanfaatan HR Giriwoyo. Stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan dan
pemanfataan HR Giriwoyo terdiri dari PPHR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri, masyarakat umum, serta akademisi. Stakeholders atau aktor
pada pengelolaan dan pemanfaatan di HR Giriwoyo cenderung sedikit, karena
sumberdaya yang berada pada HR Giriwoyo memiliki sifat Non-rivalry dan excludable
, sehingga tidak banyak konflik yang terjadi dalam pemanfaatannya. Untuk dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang sesuai, maka
penuliis melakukan wawancara terhadap responden yang merupakan key person dari masing-masing stakeholder yang terkait dengan pengelolaan hutan, kemudian
dijabarkan fungsi atau peran dari masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan kelestarian HR. Wawancara dilakukan untuk menilai kinerja dan
kepentingan dari fungsi atau peran masing-masng stakeholder. Pengaruh dan kepentingan peran stakeholder kemudian diproyeksikan ke dalam diagram
kartesius agar terlihat penyebaran kinerja dan kepentingannya. Peran dari masing- masing stakeholder yang dinilai dalam analisis dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Peran masing-masing stakeholder
No Stakeholder
Peran Kode
1 2
3 4
PPHR
Dishutbun
Akademisi
Masyarakat Melakukan prunning
Melakukan kerjasama dengan pihak luar Melakukan pemupukan rutin
Melakukan pertemuan rutin anggota Menetapkan peraturan formal pengelolaan
Koordinasi kegiatan dengan pihak terkait Memberikan penyuluhan
Monitoring pelaksanaan kegiatan Melakukan kajian terkait HR
Memberikan rekomendasi hasil studi Keterlibatan dalam perencanaan kebijakan
Melakukan punlikasi hasil studi Pemanfaatan sumber mata air
Pemanfaatan kayu bakar Mendukung pelestarian HR
Pemanfaatan kayu log A.1
A.2 A.3
A.4 B.1
B.2 B.3
B.4 C.1
C.2 C.3
C.4 D.1
D.2 D.3
D.4
Setelah dijabarkan peran dari masing-masing stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan HR Giriwoyo, kemudian dilakukan wawancara terhadap
stakeholder terkait perannya yang terdapat pada tabel 19. Hasil wawancara
tersebut kemudian dilakukan kuantifikasi dengan menggunakan pembobotan dengan skala 1-4 berdasarkan kinerja dan kepentingan dari masing-masing fungsi
stakeholder . Hasil dari pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.