Boundary Rule Monitoring dan Sanksi

pengerjaannya belum maksimal. Kebijakan peningkatan kinerja sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan pengelolaan HR. Peningkatan kinerja masing-masing stakeholder melalui kebijakan ini dirasa dapat dilakukan, karena melihat tingkat kesadaran stakeholder akan pentingnya peran mereka masing-masing yang sudah tinggi. Hasil pembobotan kinerja dan kepentingan ini kemudian dipetakan kedalam diagram kartesius untuk mengklasifikasikannya kedalam empat kuadran agar dapat dilihat komponen mana yang harus diprioritaskan dalam perumusan kebijakan oleh pemegang keputusan. Pemetaan bobot tingkat kinerja dan kepentingan peran stakeholders dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan peran stakeholders Keterangan: A.1 : Melakukan Prunning B.1 : Menetapkan peraturan A.2 : Melakukan kerjasama B.2 : Melakukan koordinasi kegiatan A.3 : Melakukan pemupukan terhadap tanaman B.3 : Melakukan penyuluhan A.4 : Pertemuan rutin B.4 : Monitoring C.1 : Melakukan kajian terkait HR D.1 : Pemanfaatan sumber air C.2 : Rekomendasi hasil studi D.2 : Pemanfaatan kayu bakar C.3 : Keterlibatan dalam perencanaan kebijakan D.3 : Mendukung pelestarian C.4 : Publikasi hasil untuk kegiatan pembelajaran D.4 : Pemanfaatan kayu log PRIORITAS UTAMA kuadran 1 PRIORITAS RENDAH kuadran 3 PERTAHANKAN PRESTASI kuadran 2 BERLEBIHAN kuadran 4 Hasil pengukuran unsur-unsur peran atau fungsi masing-masing stakeholder ini berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya yang memungkinkan pihak penentu kebijakan untuk dapat memfokuskan usaha-usaha perbaikan untuk hal-hal atau atribut yang dianggap penting saja dan mempertahankan kinerja yang selama ini sudah cukup baik. Diagram diatas menunjukan poin-poin mana saja yang harus dibenahi dan mana saja yang harus dipertahankan. Poin yang bobot kinerjanya tidak cukup tinggi tentu harus ditingkatkan agar pengelolaan HR yang lebih baik dapat tercapai, begitu pula poin yang bobot kepentingannya rendah, harus ditingkatkan kesadaran akan pentingnya kinerja dari masing-masing stakeholder untuk pengelolaan HR Giriwoyo yang lebih baik.

7.2.1 Peran PPHR Catur Giri Manunggal

Peran PPHR Catur Giri Manunggal dalam diagram diatas dibagi menjadi A.1, A.2, dan A.3. A.1 merupakan peran PPHR dalam melakukan prunning atau pengelolaan terhadap tanaman hutan, A.2 menggambarkan peran PPHR dalam melakukan kerjasama dalam upaya peningkatan kualitas HR, A.3 menggambarkan peran PPHR dalam upaya pemupukan tanaman, dan A.4 menggambarkan peran PPHR dalam melakukan pertemuan rutin. Masing-masing fungsi dari PPHR dilihat kinerja dan kepentingannya terhadap kelestarian HR Giriwoyo kemudian tingkat kinerja dan kepentingan tersebut dikuantifikasikan dengan menggunakan bobot. Berdasarkan hasil wawancara, peran PPHR dalam melakukan prunning dan pertemuan antar anggota dinilai tidak begitu mempengaruhi kelestarian HR Giriwoyo, dan menurut petani kegiatan prunning kurang penting untuk dilakukan, hasil ini tergambar dalam diagram yang menunjukan bahwa A.1 dan A.4 berada pada kuadran 3 yang berarti fungsi ini berada dalam kategori prioritas rendah. Peran PPHR dalam melakukan kerjasama dalam upaya peningkatan kualitas HR sangat berpengaruh terhadap kelestarian. PPHR sejauh ini telah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk upaya peningkatan kualitas HR, buktinya adalah sertifikasi yang mereka dapatkan, selain itu petani masih memiliki kesadaran yang sangat tinggi dalam menanam kembali, hal ini didukung dari peraturan setempat