Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi untuk pelestarian hutan rakyat Giriwoyo. Nilai pembayaran jasa lingkungan yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai
WTP. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah mereka bersedia atau menolak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian yang
akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa kuisioner. WTP didapat dengan cara bertanya langsung kepada masyarakat dengan metode Open
Ended dimana responden dapat bebas menjawab berapa saja jumlah yang ingin
mereka bayarkan. Starting point atau batas minimal besarnya WTP ditentukan berdasarkan harga bibit pohon jati di lokasi penelitian, yaitu Rp.3.000.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Jika kuisioner telah dibuat, maka survey dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada
penelitian ini yaitu dengan menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang
tersebut untuk memperoleh perbaikan kualitas lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan.
3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP
WTP dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP
dicari dengan rumus: EWTP
= ∑
...........................................................8 dimana:
EWTP = Dugaan rataan WTP
Wi = Nilai WTP ke-i
Pfi = Frekuensi Relatif
n = Jumlah responden 67 orang
i = Responden ke-i yang bersedia membayar jasa lingkungan
4. Menduga Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP
Pendugaan akan dilakukan menggunakan analisis regresi linear dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
WTP = f AGE, TGN, PDI, JOB, LHN, TR, JRK, KLS..............9 dimana:
WTP = Nilai WTP responden Rporang
AGE = Usia responden Tahun
TGN = Jumlah tanggungan responden orang
TR = Rata-rata pendapatan rumah tangga Rpbulan
PDI = Tingkat pendidikan responden tahun
JOB = Pekerjaan responden dummy
JRK = Jarak rumah ke lokasi pemanfaatan jasa lingkungan m
LHN = Kepemilikan lahan hutan dummy
KLS = Persepsi kualitas jasa lingkungan 1=baik, 2=biasa, 3=jelek
5. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversi terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah
WTP maka milai WTP kemudian dijumlah sehingga didapat nilai WTP total yang penulis asumsikan sebagai nilai warisan dari HR Giriwoyo.
4.4.3 Importance Performance Analysis IPA
Metode IPA dapat digunakan untuk menentukan kebjakan apa yang perlu dilakukan untuk pengelolaan HR Giriwoyo yang lebih baik. Responden yang
merupakan stakeholder terkait pengelolaan HR Giriwoyo, yaitu PPHR, Dinas Kehutanan dan Kebudayaan Kab. Wonogiri, Masyarakat dan Akademisi diminta
untuk menjawab pertanyaan terkait kinerja dan kepentingannya dari peran atau fungsi yang mereka kerjakan dalam proses pengelolaan HR Giriwoyo. Penentuan
tingkat kinerja dan kepentingan dilakukan dengan menggunakan pembobotan dengan menggunakan skala 1-4 seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Ukuran kuantitatif nilai kinerja
Persepsi Responden Nilai
Tidak baik 1
Cukup Baik 2
Baik 3
Sangat Baik 4
Tabel 4. Ukuran kuantitatif nilai kepentingan
Persepsi Responden Nilai
Tidak penting 1
Cukup penting 2
Penting 3
Sangat penting 4
Sumber : Journal of Theorical Applied Electronic Commerce Research 2011
Bobot penilaian kinerja peran masing-masing stakeholder dan bobot penilaian tingkat kepentingannya kemudian digambarkan ke dalam Diagram
Cartesius. Masing-masing indkator diposisikan dalam sebuah bagan yang
menunjukan tingkat kinerja dan kepentingan indikator tersebut. Indikator peran atau fungsi tersebut diletakan pada sebuah bagan yang dibagi menjadi empat
kuadran. Secara jelas bangunan diagram cartesius tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber : Journal of Theorical Applied Electronic Commerce Research 2011
Gambar 3 Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kinerja
Keterangan:
Prioritas Utama high importance low importance
Prioritas Utama, kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh stakeholders, tetapi kinerja dari stakeholders belum sesuai sehingga belum
Prioritas Utama Pertahankan prestasi
Prioritas Rendah Berlebihan
tinggi tinggi
NILAI KEPENTINGAN
rendah KINERJA
rendah
berpengaruh terhadap peningkatan pengelolaan HR Giriwoyo. Oleh karena itu penentu kebijakan perlu melakukan perbaikan pada atribut-atribut yang berada
pada kuadran ini.
Pertahankan Prestasi l ow importance high performance
Pertahankan prestasi, kuadran ini menunjukan atribut-atribut yang kinerjanya sangat baik sesuai dengan yang seharusnya sehingga berpengaruh
nyata terhadap pengelolaan HR Giriwoyo.
Prioritas Rendah low importance low performance
Prioritas rendah, kuadran ini menunjukan atribut yang dirasa kurang begitu penting untuk dilakukan.Kinerja atribut yang berada pada kuadran ini pun dirasa
rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja.
Berlebihan low importance high performance
Berlebihan, kuadran ini menunjukan atribut yang dirasa kurang penting namun memiliki kinerja yang sangat tinggi, oleh karena itu tidak perlu untuk
meningkatkan kinerja pada atribut yang berada pada kuadran ini karena akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya.
V GAMBARAN UMUM
5.1 Sejarah Perkembangan Hutan Rakyat Giriwoyo
Pada tahun 1956, pasca masa penjajahan banyak hutan negara dalam kondisi rusak dan gundul, hal ini melatarbelakangi masyarakat untuk melakukan
penanaman tanaman penghijauan di daerah tegalan dan pekarangan. Jenis tanaman yang ditanam oleh masyarakat saat itu adalah jenis tanaman jati, mahoni,
akasia dan nangka. Kegiatan penanaman penghijauan saat itu dinamakan KBD Kebun Bibit Dusun. Pengembangan KBD dilakukan secara swadaya oleh
masyarakat dengan dikoordinir oleh Kepala Dusun masing-masing. Masyarakat pernah mendapat bantuan bibit pohon jenis akasia dari World Food Program
WFP dengan insentif sarden, susu, dan minyak goreng sebagai upah melakukan penanaman. Penghijauan terus dilakukan di Giriwoyo, terutama saat pemerintah
mengeluarkan anjuran untuk menanam tanaman di lahan yang masih kosong guna menanggulangi banjir di Waduk Gajah Mungkur.
Perkembangan penanaman di Giriwoyo dilatarbelakangi juga oleh kondisi yang dirasakan masyarakat saat itu, lahan kritis yang berbatu sehingga membuat
masyarakat kesulitan air, udara yang panas dan gersang ketika musim kemarau dan banjir serta longsor ketika musim hujan membuat masyarakat berinisiatif
untuk melakukan penanaman. Pada tahun 2003 dilaksanakan kegiatan GERHAN oleh Dinas Kehutanan seperti kegiatan reboisasi, penghijauan, hutan rakyat, hutan
pantaimangrove dan lain-lain. Kegiatan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Giriwoyo, melalui penyuluhan dan pemberian bibit
menjadikan HR Giriwoyo semakin berkembang. Masyarakat mulai menyadari besarnya manfaat hasil hutan baik tangible maupun intangible sehingga merasa
bahwa pengelolaan HR harus mulai dilakukan dengan baik, maka ada inisiatif dari petani HR untuk membentuk Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat PPHR
sebagai Forest Management Unit FMU yang bertugas mengelola HR Giriwoyo. Melihat terus berkembangnya penanaman HR Giriwoyo, petani HR
melalui PPHR dibantu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM PERSEPSI melakukan pengajuan sertifikasi hutan berbasis PHBML Pengelolaan Hutan
Berbasis Masyarakat Lestari. Usaha pengelolaan hutan berbasis masyarakat
lestari dari segi produksi, ekologi, dan sosial selayaknya mendapat pengakuan yang bisa mendorong munculnya insentif-insentif dari berbagai pihak atas
berbagai jasa yang dikembangkan oleh PPHR. Untuk itu, PPHR Kecamatan Giriwoyo melakukan penyusunan dokumen pengajuan permohonan sertifikasi
PHBML dengan sistem Lembaga Ekolabeling Indonesia LEI kepada PT. Mutu Agung Lestari MAL sebagai lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi oleh
LEI. Pada tahun 2007 HR Giriwoyo secara sah mendapatkan sertifikasi PHBML yang menyatakan bahwa pengelolaan HR Giriwoyo sudah memenuhi syarat
pengelolaan hutan dari segi produksi, ekologi dan sosial.
5.2 Keadaan Umum Kecamatan Giriwoyo
Giriwoyo merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah yang memiliki 16 DesaKelurahan. Total luas wilayah
Giriwoyo sebesar 10.060,13 Ha, dengan rincian Kelurahan Giriwoyo 403,95 ha, Desa Sejati 533,27 ha, Desa Sendang Agung 479,82 ha, Desa Sirnoboyo
431,19 ha, Desa Platarejo 671,26 ha, Desa Tawangharjo 543,89 ha, Desa Guwotirto 688,28 ha, Desa Titosuworo 865,59 ha, Kelurahan Girikikis 923,71
ha, Desa Ngancar 666,71 ha, Desa Bulurejo 622,15 ha, Desa Gedung Rejo 870,61 ha, Desa Pidekso 469,94 ha, Desa Tungku Rejo 582,53 ha, Desa
Bumi Harjo 465,60 ha dan Desa Sulu Marto 843,25 ha. Kecamatan Giriwoyo secara georgafis berada pada ketinggian 169 meter
diatas permukaan laut dan sebagian tanahnya terdiri dari tanah pegunungan yang berbatu kapurgamping. Ibukota Kecamatan Giriwoyo adalah Kelurahan
Giriwoyo, dengan batas-batas; sebelah Utara Giriwoyo berbatasan dengan Kecamatan Baturetno, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batuwarno,
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Eromoko dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Giritontro.
Penggunaan lahan di Kabupaten Wonogiri didominasi oleh hutan rakyat, yaitu sebanyak 73.031 Ha 40,08 yang terdiri dari lahan tegalan dan
pekarangan. Tegalan dan pekarangan dapat dikatakan hutan rakyat karena lahan ini ditanami pepohonan oleh masyarakat. Pepohonan yang ditanam adalah jenis
pohon Jati, Akasia dan Mahoni. Penggunaan lahan lainnya sebagai sawah
sebanyak 32.342 Ha 17,75, untuk bangunanpekarangan sebesar 27.504 Ha 37,97, hutan negara seluas 17.594 Ha 9,65.
Tabel 5. Penggunaan Lahan Wonogiri Tahun 2011
No Jenis Penggunaan Lahan
Luas Ha Persentase
1 2
3 4
5 6
Sawah Tegalan
Bangunan Hutan Negara
Hutan Rakyat Lain-lain
32.342 69.140
27.504 17.594
3.891 31.765
17,75 37,94
15,09 9,65
2,14 17,43
Total 182.236
100 Sumber: Wonogiri Dalam Angka 2012
Untuk yang lebih spesifik di Kecamatan Giriwoyo, gambarannya tidak jauh berbeda dengan Wonogiri secara umum. Penggunaan lahan di Giriwoyo
didominasi oleh tegalan seluas 4575,88 Ha 45,49 yang kurang lebih 50 nya terpusat di empat DesaKelurahan, lalu disusul oleh bangunan, sawah, hutan
negara, padang rumput, dan lainnya. Berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat PPHR pada tahun 2007, 50 dari luas
wilayah Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, atau seluas 2434,24 Ha berada di Kelurahan Girikikis, Desa Guwotirto, Desa Titosuworo, dan Desa Sejati.
Tabel 6. Penggunaan Lahan Giriwoyo Tahun 2010
No Jenis Penggunaan Lahan
Luas Ha Persentase
1 2
3 4
6 Sawah
Tegalan Bangunan
Hutan Negara Lain-lain
1466,9 4575,88
2399,7 728
889,65 14,58
45,49 23,85
7,24 8,84
Sumber: Giriwoyo Dalam Angka 2011
Besarnya penggunaan lahan sebagai hutan rakyat tegalan merupakan buah dari dilakukannya Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
GERHAN yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2003. GERHAN dilakukan untuk mengimbangi laju degradasi sumberdaya hutan yang rata-rata
setiap tahun mencapai 2,1 juta Ha, dan merehabilitasi hutan dan lahan kritis yang saat ini mencapai lebih dari 3 juta Ha. Kecamatan Giriwoyo sendiri pada saat itu
memiliki lahan kritis seluas 6.277 Ha, itulah yang menjadi target penyelenggaraan GERHAN di Giriwoyo. Pelaksanaan GERHAN meliputi pemberian bibit untuk
reboisasi dan pembuatan terassering pada lahan miring. Jenis pohon yang
diberikan saat pelaksanaan GERHAN antara lain, pinus, jati, mahoni, puspa, sonokeling, johar, jambu mete, dan lainnya. Untuk kawasan Giriwoyo,
menyesuaikan dengan kondisi tanahnya, maka jenis pohon yang ditanam saat GERHAN didominasi oleh jati, mahoni, akasia dan trembesi.
5.3 Keadaan Sosial Ekonomi Kecamatan Giriwoyo
Jumlah penduduk Kecamatan Giriwoyo adalah 50.451 jiwa, yang terdiri dari 25.123 jiwa laki-laki dan 25.328 jiwa perempuan. Kondisi sosial masyarakat
Giriwoyo berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Populasi Giriwoyo berdasarkan Pendidikan Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan
Jumlah 1
Tamat Perguruan Tinggi 490
2 Tamat SMA
6090 3
Tamat SMP 14552
4 Tamat SD
6145 5
6 7
Belum Tamat SD Tidak Tamat SD
Tidak Sekolah 3271
4371 4327
sumber: Profil Kecamatan Giriwoyo 2012
Keadaan ekonomi masyarakat Giriwoyo dideskripsikan berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ditunjukan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Jumlah Populasi Giriwoyo Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2011
No Jenis Pekerjaan
Jumlah 1
Petani 6785
2 Buruh
5104 3
Pengusaha 1020
4 Pengusaha Kecil
161 5
Buruh Bangunan 1340
6 Buruh Industri
1003 7
Pedagang 417
8 9
10 11
12 Pengangkutan
Pegawai Negeri ABRITNI
Pensiunan Lain-lain
1593 463
16 572
13706 sumber: Profil Kecamatan Giriwoyo 2012
Dari tabel terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat Giriwoyo paling banyak adalah sebagai petani dan buruh. Pertanian yang dilakukan oleh masyarakat
Giriwoyo adalah menanam padi dan palawija. Masyarakat yang bekerja sebagai petani merupakan masyarakat yang memiliki lahan sendiri, sedangkan yang
bekerja sebagai buruh tani merupakan mereka yang bekerja di lahan orang lain.
7 10
20 17
11 2
5 10
15 20
25
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
61-70 tahun
70 tahun
5.4 Karakteristik Responden WTP Nilai Warisan
Jumlah responden untuk Willingness to pay WTP Hutan Rakyat Giriwoyo adalah sebanyak 67 orang yang merupakan masyarakat yang tinggal
sekitar HR di 4 desa, yaitu Desa Sejati, Girikikis, Guwotirto, dan Tirtosuworo. Responden diminta untuk menjawab kuisioner mengenai nilai warisan.
Karakteristik umum responden WTP tergambar melalui usia, jenis kelamin, pendidikan formal, pekerjaan dan pendapatan tiap bulan.
Usia
Tingkat usia responden yang diwawancara bervariasi, dengan usia yang paling muda yaitu 23 tahun dan yang paling tua adalah 82 tahun. Responden
paling banyak berada pada kisaran usia 41-50 tahun, yaitu sebanyak 20 orang 30, selanjutnya pada rentang usia 51-60 sebanyak 17 orang 25, pada
rentang usia 61-70 sebanyak 11 orang 16, pada rentang usia 31-40 sebanyak 9 orang 15, pada rentang usia 21-30 sebanyak 7 orang 11, dan untuk usia
diatas 70 tahun sebanyak 2 orang 3. Sebaran usia responden dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4 Persentase responden berdasarkan usia
Jenis Kelamin
Pada umumnya responden WTP untuk nilai warisan ini adalah laki-laki, karena laki-laki berperan penting dalam keluarga sebagai pengambil keputusan.
Dari total 61 jumlah responden, perbandingan jumlah responden antara laki laki dan perempuan adalah 41 responden 61 laki-laki, dan 26 responden 39
perempuan. Sebaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar di bawah ini.