pengelolaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap para stakeholder
agar kelembagaan dapat berjalan dengan baik dan pengelolaan HR pun dapat lestari. Jika hal ini tidak diatasi secara konsisten maka dapat
menurunkan kualitas lingkungan hutan. Di sisi lain, valuasi ekonomi terhadap ekosistem HR diperlukan untuk
menghitung besarnya nilai ekonomi total atas manfaat barang dan jasa ekosistem HR dan untuk mengetahui nilai dan pandangan masyarakat mengenai keberadaan
HR Giriwoyo, melalui manfaat tangible dan intangible. Nilai ekonomi total dari ekosistem HR merupakan nilai moneter sumberdaya alam dan lingkungan yang
mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumberdaya alam dan lingkungan dari ekosistem hutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kondisi aktual HR Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri? 2. Berapakah nilai ekonomi total yang terkandung di dalam HR Giriwoyo?
3. Bagaimana bentuk kelembagaan dalam pengelolaan HR Giriwoyo? 4. Bagaimana rekomendasi pengelolaan HR agar tercipta pengelolaan yang
lebih baik?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari potensi atau nilai apa
saja yang dimiliki oleh HRGiriwoyo. Nilai tersebut dicari dan diklasifikasi mana yang termasuk pada use value, yang terdiri dari direct, indirect, dan optional
value , serta mana yang termasuk pada non-use value yang terdiri dari bequest
value, existence value , dan other non-use value. Nilai yang didapat kemudian
digunakan untuk mengestimasi Nilai Ekonomi Total NET dari keseluruhan HR Giriwoyo.
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kondisi aktual HR Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten
Wonogiri.
2. Menghitung Nilai Ekonomi Total yang terkandung pada HR Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri.
3. Menganalisis struktur dan infrastruktur kelembagaan dalam pengelolaan HR Giriwoyo.
4. Merekomendasikan pengelolaan HR Giriwoyo yang lebih baik. Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, sebagai pengaplikasian ilmu yang sudah diperoleh pada kehidupan nyata.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang fungsi hutan rakyat, sehingga nanti masyarakat dapat
berpartisipasi dalam pemeliharaannya. 3. Penilaian yang bersifat ekonomis dan kuantitatif dapat dijadikan dasar
dalam penentuan kebijakan mengenai alokasi sumberdaya. 4. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan rujukan terhadap aplikasi dan metode-
metode kuantitatif dalam menilai manfaat suatu kawasan yang bersifat tangible
maupun intangible.
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini mempunyai beberapa ruang lingkup dan batasan penelitian sebagai
berikut: 1. Dalam menduga nilai total ekonomi, use value didapat dari hasil hutan
kayu dan non kayu yang memiliki nilai pasar 2. Nilai guna langsung dari HR Giriwoyo yang diestimasi adalah potensi
kayu log, kayu bakar dan empon-empon kunyit. 3. Nilai guna tidak langsung yang diestimasi dari HR Giriwoyo adalah nilai
penyerap karbon dan nilai mata air 4. Nilai guna pilihan yang diestimasi dari HR Giriwoyo adalah nilai manfaat
keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. 5. Nilai keanekaragaman hayati sumberdaya hutan sekunder yang terdapat
dalam penelitian Pranoto 2009 dapat digunakan untuk mengestimasi nilai keanekaragaman hayati dari HR Giriwoyo.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat
Menurut Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan berdasarkan statusnya dibagi ke dalam hutan negara dan hutan milik atau hutan
hak. Hutan hak berada pada tanah yang dibebani hak milik dan biasa disebut hutan rakyat. Hutan rakyat sebagaimana yang tertulis dalam Keputusan Menteri
Kehutanan No. 49kptsII1997 adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih
dari 50 dan atau pada tanaman tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Suharjito 2000 mendefinisikan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki
oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karena itu hutan rakyat disebut juga hutan milik. Departemen Kehutanan 1993 mendefinisikan bahwa
hutan rakyat adalah suatu lapangan di luar hutan negara yang didominasi oleh pohon-pohonan, sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya. Tujuan pembangunan hutan rakyat adalah:
1. Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal tidak produktif
secara optimal dan lestari. 2.
Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat.
3. Membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan
baku industri, serta kayu bakar. 4.
Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
5. Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik
rakyat yang berada pada kawasan perlindungan daerah hulu DAS.
2.2 Pengertian Nilai
Menurut Davis dan Johnson 1987, nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek pada kasus ini sumberdaya hutan pada tempat dan
waktu tertentu, sehingga terjadi keragaman nilai sumberdaya hutan berdasarkan