Peran PPHR Catur Giri Manunggal

pemupukan tanaman A.3 dan peran dari DISHUTBUN dalam melakukan koordinasi kegiatan B.2. Pada kuadran 2 terdapat atribut A.2, B.1, C.1, C.2, C.3, dan C.4, hal ini menunjukan atribut-atribut ini sudah dirasa cukup baik dan perlu dipertahankan. Akademisi sejauh ini dinilai cukup baik dalam melaksanakan fungsinya, melakukan studi, memberikan rekomendasi kebijakan, melakukan kajian-kajian dan perencanaan kebijakan seharusnya dapat meningkatkan pengelolaan HR. Pemerintah dan Akademisi harus terus bekerjasama dalam meningkatkan kualitas pengelolaan HR, karena dengan kegiatan studi dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi perencanaan kebijakan pengelolaan HR. Peran PPHR dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain dinilai cukup baik, dari pemaparan ketua PPHR, HR Giriwoyo selama ini sering dikunjungi oleh berbagai instansi atau lembaga dalam maupun luar negeri, hal ini jelas akan meningkatkan kerjasama di masa yang akan datang. Peran dinas dalam membuat peraturan dan kebijakan dilaksanakan dengan cukup baik, dinas membuat peraturan mengenai syarat tebang minimal, dokumentasi penjualan kayu, dan lainnya yang bertujuan untuk kelestarian. Fungsi-fungsi tersebut yang perlu dipertahankan oleh masing-masing stakeholder terkait Pada kategori prioritas rendah atau kuadran 3, terdapat atribut A.1, A.4, B.3, B.4, D.1. Melakukan prunning sejauh ini dianggap oleh petani kurang berpengaruh, maka dari itu harus ditingkatkan penyuluhan terkait mengenai teknis pelaksanaan yang baik dan kelebihan prunning, sejauh ini mungkin petani belum mengerti teknis dan manfaat dari dilakukannya prunning sehingga petani tidak begitu mempedulikan pelaksanaan prunning terhadap tanaman yang mereka tanam. Melakukan pertemuan rutin antar anggota juga perlu dimaksimalkan, sejauh ini petani melakukan pertemuan jika ada agenda penting saja. Pemerintah mungkin dapat melakukan penyuluhan rutin agar intensitas interaksi antar petani dapat meningkat, kegiatan ini jelas akan memberikan informasi lebih banyak kepada petani sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas HR Giriwoyo. Peran pemerintah dalam penyuluhan dan monitoring pun dirasa kurang maksimal, sebaiknya pemerintah dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat atau PPHR untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan memberikan sanksi kepada petani yang melanggar aturan-aturan formal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penyuluhan harus terus ditingkatkan karna akan berdampak baik pada kemajuan pengelolaan HR. Monitoring dari pemerintah juga harus dimaksimalkan, selama ini monitoring hanya dilakukan oleh pemerintah setempat, namun koordinasi antara pemerintah setempat pun berjalan kurang maksimal. Pemerintah sebaiknya turun langsung untuk monitoring kondisi lapang untuk mengetahui kondisi dan permasalahan di lapangan sehingga dapat direspon dengan cepat. Kuadran 4 diisi oleh atribut-atribut yang merupakan fungsi dari masyarakat. Pada dasarnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan HR Giriwoyo juga harus dilibatkan dalam pengembangan HR Giriwoyo, karena secara tidak langsung sebenarnya masyarakat pun merasakan manfaat dari keberadaan HR Giriwoyo. Sumber mata air merupakan manfaat yang muncul karena keberadaan HR yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Pemerintah sebaiknya dapat membuat saluran air yang menghubungkan mata air dengan pemukiman agar memudahkan masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Kegiatan ini tentu akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, karena dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk jasa PDAM, dengan ini mungkin kesadaran masyarakat dalam menjaga sumber mata air yang dihasilkan HR Giriwoyo akan tumbuh sedikit demi sedikit.

7.2.6 Kebijakan Tingkat Makro

Manfaat yang dihasilkan oleh HR Giriwoyo sangatlah besar, baik manfaat tangible maupun intangible. Menurut pembahasan sebelumnya, setelah diidentifikasi dan dilakukan valuasi terhadap manfaat HR tersebut, didapat nilai ekonomi total HR sebesar Rp.17.622.296.440tahun. Nilai ekonomi HR berbanding lurus dengan kelestariannya. Kelestarian HR Giriwoyo sekarang ini masih terjaga, hal ini disebabkan karena bentuk kelembagaan pengelolaan yang terstruktur dari tingkat PPHR sampai KPHR. Kuat dan baiknya kelembagaan pengelolaan suatu sumberdaya jelas sangat berpengaruh terhadap kelestarian sumberdaya tersebut. Oleh karena itu, kinerja instansi atau lembaga yang