Tabel 23 Sebaran pendapatan supplier bahan baku atau input per bulan
Supplier Bahan Baku atau Input Pendapatan supplier per bulan Rp
Rata-rata Persentase
A. Penerimaan di luar wilayah Kecamatan Bogor Tengah Warung Jambu
20 000 000 10.44
Tajur 4 000 000
2.09 Tanah Abang
36 000 000 18.79
Pasar Senen 21 600 000
11.27 Pasar Induk
20 000 000 10.44
Mangga Dua Square 24 000 000
12.52 Total A kebocoran
125 600 000 65.54
B. Penerimaan di dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah Produk Mandiri
1 450 000 0.76
Pasar Anyar 59 330 000
30.96 Pasar Bogor
5 250 000 2.74
Total B penerimaan supplier di Kec Bogor Tengah
66 030 000 34.46
Total penerimaan supplier per bulan Total A + Total B
191 630 000 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan yang diperoleh supplier bahan baku di Kecamatan Bogor Tengah adalah sebesar
34.46 dari total penerimaan. Keterangan mengenai besarnya total pendapatan yang diperoleh supplier bahan baku di Kecamatan Bogor Tengah dari sebaran
biaya bahan baku atau input yang dikeluarkan pada masing-masing jenis unit usaha disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Sebaran biaya bahan baku dan pendapatan supplier bahan baku
Jenis Unit Usaha UU Jumlah UU
Biaya bahan baku per bulan Rp Rata-rata
Total Toko Elektronik
2 16 000 000
32 000 000 Kios Optik
2 1 200 000
2 400 000 Perlengkapan Sekolah
10 5 400 000
54 000 000 Kios Aksesoris
13 5 121 666.67
66 581 666.71 Pedagang Makanan
8 4 580 000
36 640 000 Pedagang Buah
5 5 070 000
25 350 000 Pedagang Pakaian
33 10 560 000
34 848 000 Pedagang Mainan
8 2 525 000
20 200 000 Total
81 585 651 666.71
Proporsi penerimaan supplier di Kecamatan Bogor Tengah Tabel 23 34.46
Dampak Lanjutan Totalproporsi penerimaan supplier di Kec Bogor Tengah
201 798 150.36 Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 24 menunjukkan bahwa setiap bulannya seluruh unit usaha di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas mengeluarkan biaya untuk membeli
bahan baku atau input barang dagang sebesar Rp 585 651 667. Bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dekat lokasi pedestrian path kawasan Kecamatan
Bogor Tengah maupun di luar Kecamatan Bogor Tengah serta diluar Kota Bogor.
Tabel di atas memperlihatkan besarnya dampak lanjutan yang dirasakan supplier bahan baku di kawasan Kecamatan Bogor Tengah adalah sebesar Rp 201 798 150
per bulan. Secara keseluruhan, dampak lanjutan U dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas dalam membantu perekonomian wilayah Kecamatan Bogor
Tengah diperoleh dari penjumlahan total pengeluaran tenaga kerja per bulan di lokasi pedestrian path dengan total pendapatan yang diperoleh supplier bahan
baku di wilayah Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar Rp 249 908 021 per bulan.
4. Nilai Efek Pengganda Multiplier Effect
Efek pengganda multiplier effect digunakan untuk mengukur dampak ekonomi dengan melihat dari jumlah pengeluaran pengguna jalan selama
melakukan kegiatan di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat diestimasi, yaitu : 1 Keynesian local income
multiplier merupakan nilai yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran pengguna pedestrian path, 2 Ratio income multiplier tipe I merupakan nilai yang
diperoleh dari dampak tidak langsung, dan 3 Ratio income multiplier tipe II merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan META 2001. Nilai
pengganda dari ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Nilai pengganda dari arus uang yang terjadi di lokasi pedestrian path
Nyi Raja Permas
Multiplier Nilai
Keynesian Income Multiplier 5.43
Ratio Income Multiplier Tipe I 1.22
Ratio Income Multiplier Tipe II 1.70
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 25 menunjukkan bahwa dampak langsung yang diterima unit usaha dari pengeluaran pengguna pedestrian path yaitu sebesar 5.43, dimana setiap
peningkatan satu rupiah pengeluaran pengguna pedestrian path akan memiliki dampak langsung terhadap ekonomi lokal sekitar pedestrian path secara
keseluruhan sebesar 5.43 rupiah. Nilai Ratio income multiplier I adalah sebesar 1.22 dimana setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan
mengakibatkan peningkatan sebesar 1.22 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier II diperoleh sebesar 1.70, hal
ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan meningkatkan 1.70 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan
tenaga kerja, pengeluaran konsumsi tenaga kerja, dan pendapatan supplier di kawasan pedestrian path wilayah Kecamatan Bogor Tengah.
Berdasarkan hasil penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas secara nyata telah memberi dampak
ekonomi baik secara langsung direct, tidak langung indirect maupun lanjutan induced terhadap masyarakat sekitar pedestrian path. Hal ini dikarenakan nilai
Keynesian income multiplier, ratio income multiplier Tipe I, dan ratio income multiplier
Tipe II yang diperoleh sudah lebih besar atau sama dengan satu ≥1. Nilai multiplier effect yang tinggi diperoleh karena peredaran uang di wilayah
pedestrian cukup cepat dan sebagian besar perputaran uang dilakukan diarea pedestrian atau dengan kata lain kebocoran yang terjadi pada kegiatan ekonomi di
area pedestrian path Nyi Raja Permas adalah rendah.
5. Estimasi Perubahan Pendapatan Unit Usaha akibat Adanya
Pedestrian Path Nyi Raja Permas
Keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas telah memberikan perubahan yang berdampak pada ekonomi masyarakat terutama pada unit usaha yang
terdapat di sekitar lokasi pedestrian path. Pembangunan pedestrian path secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan penempatan ruang untuk
Pedagang Kaki Lima PKL sehingga menjadi lebih teratur dan tertata rapi di samping pedestrian path. Perubahan pendapatan dianalisis dengan cara
mengurangi tingkat pendapatan rata-rata yang diperoleh pemilik unit usaha setelah adanya pedestrian path dengan sebelum adanya pedestrian path Nyi Raja
Permas. Keterangan mengenai perubahan tingkat pendapatan pemilik unit usaha di sekitar pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Perubahan pendapatan rata-rata pemilik unit usaha sebelum dan setelah adanya pedestrian path Nyi Raja Permas
Jenis Unit Usaha UU Jumlah
UU Pendapatan rata-rata per bulan Rp
Sebelum adanya PP NRP
Setelah adanya PP NRP
Perubahan Toko Elektronik
2 16 892 000
21 115 000 4 223 000
Kios Optik 2
1 505 000 2 150 000
645 000 Perlengkapan Sekolah
10 4 101 187.50
5 468 250 1 367 062.50
Kios Aksesoris 13
3 161 866.67 3 952 333.33
790 466.67 Pedagang Makanan
8 1 669 200
3 338 400 1 669 200
Pedagang Buah 5
4 515 300 9 030 600
4 515 300 Pedagang Pakaian
33 5 964 840
8 521 200 2 556 360
Pedagang Mainan 8
1 440 000 1 800 000
360 000 Total
81 39 249 394.17
55 375 783.33 16 126 389.17
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas di Jalan Nyi Raja Permas berkontribusi terhadap perubahan pendapatan
pada unit usaha yang ada di sekitar lokasi pedestrian path tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh perubahan pendapatan rata-rata per bulan yang
dirasakan oleh unit usaha dari adanya pedestrian path Nyi Raja Permas yaitu sebesar Rp 16 126 389. Perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan
dirasakan oleh semua jenis kelompok unit usaha yang ada. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan sebagian besar unit usaha sudah menempati ruang
relokasi PKL modern yang tertata rapi dan nyaman sehingga cukup menarik pengguna pedestrian path untuk mengunjungi atau membeli di unit usaha atau
PKL tersebut sesuai kebutuhan masing-masing pengguna jalan. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan dirasakan
oleh kelompok unit usaha pedagang buah sebesar Rp 4 515 300 per bulan dan kelompok unit usaha toko elektronik sebesar Rp 4 223 000 per bulan. Peningkatan
perubahan pendapatan rata-rata juga dirasakan oleh kelompok unit usaha pedagang pakaian sebesar Rp 2 556 360 per bulan, pedagang makanan sebesar Rp
1 669 200 per bulan, unit usaha perlengkapan sekolah sebesar Rp 1 367 063 per bulan, kios optik sebesar Rp 645 000 per bulan, sedangkan perubahan pendapatan
rata-rata terkecil dirasakan oleh kelompok unit usaha pedagang mainan yaitu sebesar Rp 360 000 per bulan.
Nilai multiplier effect dan perubahan pendapatan yang cukup tinggi menandakan dampak ekonomi yang dirasakan juga cukup tinggi terutama untuk
pelaku unit usaha di sekitar kawasan pedestrian dikarenakan pada kawasan pedestrian tersebut terdapat banyak kegiatan perdagangan. Keberadaan PKL
dalam berdagang dari segi sosial ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan dan tingkat pendapatan unit usaha atau pedagang, namun disisi lain ketidaktertiban
beberapa PKL yang berdagang di area pedestrian memiliki dampak yang negatif yaitu berkurangnya areal pedestrian dan kenyamanan pejalan kaki. Berdasarkan
permasalahan tersebut tidak bisa sepenuhnya menyalahkan PKL karena disatu sisi mereka tidak punya tempat untuk berjualan, oleh karena itu sebaiknya pemerintah
memberikan lahan yang cukup untuk menampung para PKL sebagai tempat