Karakteristik Responden Tenaga Kerja

tahun dan sebanyak 25 responden baru bekerja kurang dari 1 tahun. Selain itu, terdapat responden tenaga kerja yang telah bekerja selama 10 sampai 19 tahun dan lebih dari 29 tahun dimana keduanya memiliki persentase sebesar 8 dari jumlah responden tenaga kerja.

B. Jam Kerja

Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 75 responden tenaga kerja bekerja selama 11 hingga 15 jam per hari. Sebanyak 17 responden bekerja selama 6 hingga 10 jam per hari, sedangkan sisanya sebanyak 8 dari responden tenaga kerja bekerja antara 1 hingga 5 jam per harinya. Sebagian tenaga kerja mulai bekerja sekitar pukul 08.00 WIB pagi, ketika responden pengguna jalan sudah mulai beraktifitas dan unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam satu hari dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Gambar 8 Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam satu hari 1 - 5 jamhari 8 6 - 10 jamhari 17 11 - 15 jamhari 75 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Kondisi Pedestrian Path

Pada dasarnya, setiap warga berhak untuk mendapatkan kesempatan bertransportasi dengan selamat dan nyaman. Semakin ramahnya suatu kota terhadap pejalan kaki, akan menjadikan kota tersebut semakin layak huni liveable city. Kondisi di Kota Bogor saat ini masih banyak fasilitas pejalan kaki yang belum memenuhi harapan baik bagi pejalan kaki normal maupun difable. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan fasilitas terutama pada konteks fasilitas pelayanan umum untuk pejalan kaki yang terintegrasi dengan alat transportasi terutama dengan angkutan umum. Pengembangan fasilitas integrasi moda berupa jalur fasilitas pejalan kaki di Jalan Nyi Raja Permas Kecamatan Bogor Tengah ini dirancang sebagai proyek percobaan nasional serta merupakan kerjasama dari beberapa pihak diantaranya Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Perhubungan Darat, Pemerintah Kota Bogor, bantuan teknis dari GIZ-SUTIP Sustainable Urban Transport Improvement Project, dinas-dinas Kota Bogor serta masyarakat dalam pemeliharannya. Lokasi pedestrian path di Jalan Nyi Raja Permas dimulai dari depan Stasiun Bogor sampai dengan Jalan Kapten Muslihat di simpang tiga Dewi Sartika. Kawasan penelitian ini berdasarkan pengamatan merupakan area dengan tingkat penggunaan dan pengguna yang sangat tinggi dimana sebagian besar kawasan digunakan untuk fungsi perdagangan dan jasa transportasi berupa stasiun kereta api yang menyebabkan ribuan orang melewati jalur pejalan kaki Nyi Raja Permas setiap harinya. Hal ini dapat dilihat dari cukup banyaknya pertokoan maupun kios-kios Pedagang Kaki Lima PKL modern yang sudah cukup tertata rapih dan beberapa pedagang asongan yang masih belum tertata rapih di samping jalan pedestrian Nyi Raja Permas. Pada kondisi volume pengguna jalur pejalan kaki yang sangat tinggi, keberadaan pedestrian path ini diharapkan dapat mendukung keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Berdasarkan hasil pengamatan, keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas belum sepenuhnya dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dikarenakan di beberapa titik masih ditemui adanya penyalahgunaan dari fungsi pedestrian path seperti digunakan sebagai tempat berjualan bagi pedagang asongan pada siang sampai sore hari serta masih terdapat pelayanan jasa ojek dan becak di bahu jalan pedestrian yang membuat kurang nyaman para pejalan kaki. Hal ini menimbulkan dampak lainnya seperti semakin banyak sampah yang berserakan dan kerusakan pada beberapa fasilitas di area pedestrian. Berdasarkan permasalan tersebut diperlukan rancangan jalur pedestrian yang dapat mengendalikan bahkan mencegah kemungkinan PKL berjualan atau masuknya motor ke jalur pedestrian serta diperlukan solusi yang positif bagi disiplin tata ruang kota maupun bagi warga kotanya. Gambaran kondisi pedestrian path secara fisik maupun pengelolaan serta pemeliharannya akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

6.1.1 Kondisi Fisik Pedestrian Path

Konsep desain untuk fasilitas pejalan kaki Nyi Raja Permas adalah untuk mengembalikan budaya dasar Kota Bogor yang pada awalnya adalah kota yang ramah dengan pejalan kaki dengan memacu masyarakat meningkatkan rasa kesadaran akan budaya berjalan kaki dan dapat menjadi city walk Kota Bogor. Fasilitas pejalan kaki Nyi Raja Permas ini juga diharapkan dapat menjadi kawasan yang juga terintegrasi dengan moda lain seperti kereta api dan angkutan umum. Sehingga secara umum penyediaan fasilitas pejalan kaki ini diharapkan memenuhi aspek aman, nyaman, dan dapat menjadi tempat dimana masyarakat bisa berinteraksi dengan bebas. Berikut ini adalah beberapa konsep desain pengembangan fasilitas-fasilitas pejalan kaki di jalan Nyi Raja Permas. Sumber : Laporan GIZ-SUTIP, 2012 Gambar 9 Desain dari konsep pedestrian path Nyi Raja Permas Kondisi fisik dari pedestrian path Nyi Raja Permas yaitu memiliki panjang jalur fasilitas pejalan kaki sepanjang 178 meter dan lebar jalur fasilitas pejalan kaki 11.5 meter. Kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian oleh Harris dan Dines 1988 menjelaskan bahwa jarak ruang yang dibutuhkan antar pejalan kaki pada tempat umum adalah 1.8 meter, tempat belanja antara 2.8 sampai 3.6 meter, tempat berjalan normal sebesar 4.6 meter sampai 5.5 meter, dan lebih dari 10.6 meter untuk jalan santai. Berdasarkan kriteria tersebut, panjang dan lebar jalan pada pedestrian path Nyi Raja Permas sudah memenuhi kriteria fisik sebagai prasarana publik yang secara umum digunakan untuk jalan normal dan santai. Berdasarkan hasil pengamatan, material yang digunakan berupa paving block dari beberapa bahan tactile, batu andesit, java rosso berwarna abu-abu dan merah yang sudah tertata rapih disepanjang jalan Nyi Raja Permas. Vegetasi yang ditemui di sepanjang pedestrian path Nyi Raja Permas merupakan pohon berukuran sedang yang tertata rapih di sepanjang kanan dan kiri bahu jalan sebanyak 14 pohon. Kondisi pohon ini cukup baik, namun belum terlalu rindang sehingga belum bisa berfungsi sebagai peneduh. Pohon peneduh hanya terdapat dalam Taman Topi. Sementara itu, pada sisi kanan bahu jalan juga terdapat 4 buah planting box berisi tanaman Bougenvil yang dapat memperindah pedestrian Nyi Raja Permas. Kondisi fisik pedestrian path yang ideal tidak serta merta dapat berfungsi dengan baik dan mengatasi beberapa permasalahan transportasi perkotaan seperti mengurangi kemacetan atau mengurangi pencemaran udara di area sekitar pedestrian. Hal ini dikarenakan masih banyak faktor lain yang harus diperhatikan seperti keterhubungan dengan keberadaan transportasi publik yang baik, perilaku pengendara kendaraan bermotor dan angkutan umum dalam berlalu lintas, serta tidak diperkenankannya PKL berjualan di area pedestrian.

6.1.2 Kondisi Fasilitas Pedestrian Path

Berdasarkan pengamatan Tabel 10, di sepanjang lokasi penelitian dapat dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu penerangan jalan, rambu-rambu penunjuk jalan, tempat duduk, poster berupa foto-foto Kota Bogor tempo dulu, tempat sampah, telepon umum,saluran air drainase, dan pos keamanan. Gambar 10 dibawah ini memperlihatkan gambaran beberapa fasilitas pedestrian path di sepanjang Jalan Nyi Raja Permas.