46 Tabel 13 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Gunung Bunder
tahun 2013
Jenis unit usaha a Responden unit
usaha b Jumlah unit
usaha total c Rata-rata
pendapatan per bulan d
Dampak ekonomi
langsung e=cd
Warung 24
24 1 146 750
27 522 000 Bengkel dan bensin
1 1
370 000 370 000
Jagung bakar 1
1 1 115 000
1 115 000 Soto
1 1
778 000 778 000
Asongan 3
10 626 667
6 266 670 Total
30 37
4 036 417 36 051 670
Sumber : Data primer, diolah 2013
Jenis unit usaha yang memiliki keuntungan terbesar berdasarkan Tabel 9 berasal dari unit usaha warung yaitu rata-rata mencapai Rp 1 146 750 per
bulannya sehingga unit usaha warung menerima dampak ekonomi langsung yang terbesar yaitu sebesar Rp 27 522 000 sedangkan unit usaha yang memiliki
keuntungan terendah berasal dari bengkel dan bensin yaitu Rp 370 000 per bulannya sehingga dampak ekonomi langsung yang diterima adalah sebesar Rp
370 000 per bulannya. Hal tersebut dikarenakan harga bahan baku bensin dan harga yang dijual kepada konsumen tidak terpaut jauh yang sehingga pemilik unit
usaha tidak mengambil untung yang besar untuk meningkatkan kemauan konsumen untuk membeli bensin. Adapun total dampak ekonomi langsung yang
diterima dari semua unit usaha adalah sebesar Rp 36 051 670 per bulannya.
6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Dampak ekonomi tidak langsung didapatkan dari hasil pengeluaran unit usaha yang berada di Kawasan Wisata Gunung Bunder. Keberadaan kawasan
wisata Gunung Bunder juga banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada disana sehingga menimbulkan dampak ekonomi secara tidak langsung
berupa upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di sector wisata tersebut.
Pihak pengelola kawasan wisata Gunung Bunder memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk bergabung dalam pengelolaan kawasan wisata
gunung bunder yang sistem upahnya dilakukan secara sukarela dan bagi hasil berdasarkan banyaknya pengunjung yang datang. Adapun biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh unit usaha di dalam dan di luar lokasi disajikan pada Tabel 14.
47 Tabel 14 Total pengeluaran unit usaha di dalam dan di luar daerah tujuan wisata
tahun 2013
Jenis Keterangan Warung
Bensin dan Bengkel
Jagung Bakar
Soto Asongan
Pengeluaran di sekitar lokasi wisata 1 Biaya pembelian
Input bahan baku 614 167
2 800 000 500 000
200 000 30 667
2. Gas 56 250
90 000 18 000
3. Biaya pemeliharaan alat
300.000 Jumlah a
670 417 3 100 000
590 000 218 000
30 667 Jumlah unit usaha b
24 1
1 1
10 Total Pengeluaran di
Dalam Lokasi c=ab 16 090 000
3 100 000 590 000
218 000 306 670
Pengeluaran di luar lokasi wisata Transportasi
44 333 100 000
60 000 Pajak
21 667 Listrik
40 167 30 000
Jumlah d 106 167
130 000 60 000
Total Pengeluaran di luar Lokasi c=db
2 548 000 130 000
60 000 Sumber : Data primer, diolah 2013
Pengeluaran yang dilakukan di dalam lokasi oleh unit usaha diantaranya adalah biaya pembelian input bahan baku, gas dan biaya pemeliharaan alat. Data
Tabel 13 menyajikan informasi yang menunjukkan bahwa unit usaha warung mengeluarkan biaya pengeluaran terbesar baik di dalam dan di luar lokasi
dibandingkan dengan unit usaha lain yaitu sebesar Rp 16 090 000 di dalam lokasi dan Rp 2 548 000 di luar lokasi, hal tersebut dikarenakan unit usaha warung
memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan unit usaha lainnya. Unit usaha asongan mengeluarkan biaya pengeluaran terendah baik di dalam dan di luar
lokasi yaitu sebesar Rp 306 670 di dalam dan Rp 0.00 di luar lokasi, hal tersebut dikarenakan unit usaha asongan hanya menjajakan dagangannya pada akhir pekan
saja sehingga pengeluarannya lebih rendah dibandingkan unit usaha lain. Pengeluaran yang dilakukan oleh pemilik unit usaha di dalam lokasi lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan di luar lokasi. Pengeluaran di luar lokasi merupakan pengeluaran yang dilakukan pemilik unit usaha di luar
kawasan yaitu terdiri dari transportasi, pajak dan listrik. Hal tersebut dapat memperlihatkan bahwa kebocoran yang terjadi adalah sebesar Rp 2 548 000 per
bulan. Tabel 15 menunjukkan dampak ekonomi tidak langsung yang diperoleh dari hasil pendapatan tenaga kerja dan rata-rata perhitungan pendapatan kerja
perbulan
48 Tabel 15 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Gunung Bunder
tahun 2013
Jenis Unit Usaha Rata
-rata TK
Unit a
Jumlah Unit
Usaha b
Populasi TK
c=ab Pendapatan
TKRp d Total
Pendapa- tan TK
e=cd Total
Pengeluaran Unit Usaha
di dalam LokasiRp
f Total
Dampak ekonomi
Tidak Langsung
g=e+f Pengelola
1. Volunteer dan Pemandu Wisata
3 1
4 786 667
2 360 001 2 360 001
2. Volunteer dan sewa alat kemah
1 1
1 1 000 000
1 000 000 1 000 000
3. Volunteer 4
1 12
615 000 2 460 000
2 460 000 4. Parkir
2 1
2 480 000
960 000 960 000
Unit Usaha 1. Kios makanan dan
minuman 1
16 090 000 16 090 000
2. Bengkel dan bensin 1
3 100 000 3 100 000
3. Jagung bakar 1
535 000 535.000
4. Soto 1
218 000 218.000
5. Asongan 10
306 670 306.670
Total 10
18 19
2 881 667 6 780 001
20 304 670 32 791 338
Sumber : Data primer, diolah 2013
Pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan yang mereka miliki. Pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja
tersebut merupakan dampak tidak langsung dari keberadaan Kawasan Wisata Gunung Bunder. Berdasarkan tabel dampak tidak langsung yang dirasakan paling
besar berasal dari tenaga kerja volunteer dan pemandu wisata yaitu sebesar Rp 786 667 perbulan dikalikan dengan tenaga kerja total sehingga pendapatan dari
seluruh tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2 360 001. Dampak ekonomi tidak langsung yang terendah berasal dari tenaga kerja
parkir yaitu sebesar Rp 480 000 dikalikan dengan jumlah tenaga kerja menjadi Rp 960 000 hal tersebut dikarenakan tenaga kerja pada unit usaha parkir
jumlahnya tidak sebanyak tenaga kerja volunteer dan tenaga kerja parkir hanya bekerja pada akhir pekan atau musim liburan hal tersebut dikarenakan pada hari-
hari biasa tidak banyak kendaraan yang datang. Total dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan adalah sebesar Rp 32 791 338.
6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan