13 pengganda uang terus sampai akhirnya kebocoran dari ekonomi melalui
pembelian barang dari negara lain impor.
2.8 Persepsi
Calhoun dan Acocella 1990 menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki pengaruh terhadap konsep diri seperti:
1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui atau kita anggap tahu tentang pribadi
lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. 2.
Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan maumelakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya
dia menjadi apa dan melakukan apa. 3.
Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaiman seseorang menurut pengetahuan kita tentang mereka memenuhi
pengharapan kita tentang dia. Adapun persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono 1999
adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan penglihatan, pendengaran, peraba, dan
sebagainya. Adapun alat untuk memahaminya, yaitu kesadaran kognisi. Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang
lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan kontak mata, busana, gerak tubuh dan lain sebagainya atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik
segala yang tampak saat ini niat, sifat, motivasi dan sebagainya yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan
bahwa berbeda dari persepsi pada umumnya, persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat
tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya.
2.9 Penelitian Terdahulu
Agustina 2009 dalam penelitiannya menganalisis Persepsi dan Preferensi pengunjung serta dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah.
Dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan diluar objek wisata sebesar ± 60-70 persen, dimana sekitar 40 persen dihabiskan
14 untuk biaya transportasi. Artinya dampak ekonomi yang berasal dari tingkat
pembelanjaan pengunjung masih rendah. Dampak ekonomi langsung direct impact yang berasal dari unit usaha berkisar 38-43 persen sedangkan dampak
tidak langsung indirect impact yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah berkisar 0-6 persen. Dampak ekonomi yang ditunjukkan dengan
nilai pengganda multiplier yang dihasilkan di sejumlah lokasi relatif rendah, nilai keynesian income multiplier tertinggi adalah 1.96, ratio income multiplier
tipe 1 tertinggi adalah 1.65 dan ratio income multiplier tipe 2 tertinggi sebesar 2.00.
Susilowati 2009 melakukan penelitian mengenai Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan
pendekatan travel cost method. Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan
rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah
tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual
sebesar Rp 24 926 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3 193 579 412.
Sihombing 2011 melakukan penelitian mengenai Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Hasil
pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :
biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus
konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 297 777 778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP sehingga dapat diperoleh
nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5 142 622 222. Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-masyarakat dan aspek spasial.
15 Dritasto dan Anggraeni 2013 melakukan penelitian mengenai Dampak
Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai keynesian income multiplier sebesar
0.28 , nilai ratio income multiplier tipe I yang telah didapatkan sebesar 1.35, ratio income multiplier tipe II sebesar 1.59. Secara umum kegiatan wisata yang ada di
Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena
adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa
pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha Penelitian mengenai nilai ekonomi dan dampak ekonomi sudah cukup
banyak dilakukan. Beberapa aspek dalam penelitian ini mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder adalah keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder yang saat ini termasuk ke
dalam TNGHS belum cukup diketahui oleh masyarakat sehingga penelitian ini juga mengkaji bagaimana prospek pengembangan wisata dari suatu kawasan
wisata alam yang saat ini termasuk ke dalam wilayah TNGHS.
16
III KERANGKA PEMIKIRAN
Kawasan GSE di TNGHS merupakan kawasan konservasi yang memiliki beragam kekayaan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan sebagai objek
pariwisata alam yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Penetapan kawasan GSE sebagai salah satu kawasan TNGHS tentunya akan mempengaruhi kebijakan yang
dilakukan di kawasan wisata. Salah satu kawasan wisata di GSE adalah kawasan wisata Gunung Bunder. Pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder tidak
terlepas dari keterkaitan aktivitas wisatawan dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitar dari adanya kegiatan wisata selain itu pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca perluasan TNGHS juga perlu dilakukan.
Aktivitas wisata yang dilakukan akan menunjukkan bagaimana permintaan wisata Gunung Bunder dan nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata
Gunung Bunder. Permintaan wisata tersebut dapat diamati dengan melihat faktor- faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi permintaan wisata Gunung Bunder
yang dianalisis dengan analisis regresi linear berganda sedangkan nilai ekonomi dapat diestimasi dengan metode individual travel cost method. Aktivitas wisata
yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sekitar membuat keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder memberikan dampak yang positif
bagi perekonomian masyarakat. Dampak ekonomi tersebut dapat diketahui dengan mengestimasi nilai dari dampak langsung direct impact, dampak tidak langsung
indirect impact dan dampak lanjutan induced impact. Perhitungan ketiga dampak ekonomi tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder dalam perekonomian masyarakat sekitar yang dinilai melalui analisis multiplier .
Sejalan dengan visi TNGHS dalam menjamin kelestarian fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan maka perlu dilakukan penilaian prospek
pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder guna melihat seberapa jauh pengaruh penetapan taman nasional di kawasan wisata tersebut terhadap tiga
aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial. Aspek fisik mengkaji penilaian sarana dan prasarana di kawasan wisata Gunung Bunder
17 dengan tujuan agar dapat mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang perlu
ditingkatkan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk melihat sberapa besar pengaruh keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata. Adapun aspek spasial, dilakukan dengan menganalisis pengelolaan yang dilakukan di kawasan wisata
Gunung Bunder. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
karakteristik pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja yang ada di kawasan wisata. Selain itu penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata, mengestimasi nilai ekonomi serta menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis
prospek pengembangan wisata agar dapat memberikan masukkan bagi pengembangan wisata yang lebih baik. Adapun alur berpikir peneliti dapat
disederhanakan pada Gambar 1.
18
Gambar 1 Kerangka alur berpikir Keterangan: batasan penelitian
Kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor Gunung Bunder sebagai wisata Alam yang Potensial
Analisis Multiplier Langsung
Direct Tidak
Langsung Indirect
Lanjutan Induced
Nilai dampak Ekonomi Aspek
Sosial- Ekonomi
Rekomendasi Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Wisata Gunung
Bunder Dampak Ekonomi
Pengunjung Masyarakat
Prospek Pengembangan
Aspek Fisik
Aspek Spasial
Analisis Deskriptif
Menilai prospek pengembangan
wisata Gunung Salak Endah
Permintaan Wisata
Travel Cost
Method TCM
Surplus Konsumen
Nilai Ekonomi
Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS
Faktor- faktor yang
mempenga- ruhi
Permintaan wisata
Pemanfaatan Pengembangan
Regresi linear
berganda
19
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan GSE, Desa Gunung Bunder Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa kawasan GSE merupakan kawasan yang termasuk ke dalam perluasan TNGHS sehingga status
tersebut akan mempengaruhi pengelolaan wisata saat ini. Hal ini sangat berpeluang untuk meningkatkan manfaat wisata berbasiskan prinsip pengelolaan
wisata yang berkelanjutan. Obyek wisata yang dijadikan lokasi penelitian di kawasan GSE adalah Kawasan Wisata Gunung Bunder.
Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2013. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan
terhadap pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan stakeholder terkait pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder.
4.2 Jenis dan Sumber Data