4 3 Curug Cihurang. Adanya potensi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan
tersebut tidak hanya diharapkan dapat terjaga kelestariannya namun juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu,
perhitungan manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder perlu dilakukan. Manfaat yang ditimbulkan dari adanya keberadaan wisata
Gunung Bunder dapat dilihat dari adanya aktivitas wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu penting bagi pengelola untuk mengetahui karakteristik wisatawan
yang berkunjung sehingga dapat diketahui informasi mengenai karakteristik pengunjung yang dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai dan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder. Secara
khusus penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana prospek pengembangan wisata dari adanya perubahan status kawasan Gunung Bunder menjadi TNGHS.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas maka pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi
permintaan kawasan wisata Gunung Bunder ? 2.
Bagaimana estimasi dari nilai ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder setelah perluasan
TNGHS ? 3.
Bagaimana estimasi dampak ekonomi yang timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Bunder terhadap masyarakat sekitar ?
4. Bagaimana prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder pasca
perluasan TNGHS ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi
permintaan kawasan wisata Gunung Bunder. 2.
Mengestimasi nilai ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Gunung Bunder.
5 3.
Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata Gunung Bunder bagi masyarakat sekitar.
4. Menilai prospek pengembangan wisata di Gunung Bunder.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Gunung Bunder yang terletak di Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Fokus dalam
penelitian ini adalah untuk mengkaji manfaat ekonomi yaitu dampak ekonomi yang terjadi dengan kerberadaan kawasan wisata Gunung Bunder. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini terbatas atas pengunjung lokal, unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata dan tenaga kerja yang mendapatkan
manfaat ekonomi dari adanya kawasan wisata serta stakeholder terkait pengelolaan. Penelitian ini membahas nilai ekonomi dan dampak ekonomi serta
prospek pengembangan kawasan wisata Gunung Bunder. Nilai ekonomi diestimasi dengan menaksir surplus konsumen berdasarkan metode individual
travel cost method. Data jumlah pengunjung yang dijadikan acuan untuk perhitungan dampak ekonomi berasal dari rata-rata jumlah kunjungan tahun 2011-
2012. Penelitian ini membahas besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat setempat dari adanya kegiatan wisata di kawasan wisata GSE
khususnya di areal wisata Gunung Bunder. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kawasan wisata Gunung Bunder hanya terbatas dari unit usaha kecil yang
berasal dari masyarakat di sekitar lokasi wisata sampai pada tingkat tenaga kerja. Penelitian ini juga membahas prospek pengembangan kawasan wisata Gunung
Bunder pasca perluasan TNGHS berdasarkan aspek fisik, spasial dan aspek sosial- ekonomi.
6
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional
Definisi taman nasional menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,dan
rekreasi alam. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya menyatakan bahwa taman nasional
merupakan kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman flora dan fauna dan
pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari. Kegiatan yang diperbolehkan untuk dilakukan di kawasan taman nasional diantaranya
adalah penelitian, pendidikan, kegiatan yang dapat menunjang budi daya, budaya, dan wisata alam sedangkan semua kegiatan yang akan berdampak negatif
terhadap fungsi ekosistem taman nasional tidak diperbolehkan untuk dilakukan yaitu seperti mengubah bentang alam kawasan secara permanen, atau yang akan
mengakibatkan satwa terancam punah Kawasan taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terdiri
atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan zona lain menurut keperluan. Fasilitas wisata dapat dibangun di zona pemanfaatan intensif, sesuai
dengan rencana pengelolaan dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan. Terkait kegiatan pariwisata dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak
pengusahaan atas zona pemanfaatan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat.
Sistem pengelolaan taman nasional dilakukan dengan zonasi yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial. ekonomi, dan budaya
masyarakat. Pedoman zonasi taman nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006. Sistem zonasi dalam taman nasional dapat dibagi
menjadi :
7 1.
Zona inti, merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh
manusia yang mutlak dilindungi. 2.
Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan
zona pemanfaatan. 3.
Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan
pariwisata alam dan kondisijasa lingkungan lainnya. 4.
Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus.
Penentuan tata batas zonasi taman nasional tidak hanya dilakukan oleh pihak balai taman nasional saja tetapi melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan
seperti Pemerintah Daerah Pemda setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Kelompok Masyarakat dan Mitra Kerja. Begitu pula dalam hal
pengelolaan pihak balai taman nasional memiliki wewenang penuh dalam mengelola kawasan taman nasional tetapi dalam hal kebijakan yang menyangkut
kawasan juga turut melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti yang disebutkan diatas.
2.2 Konservasi