23 TR = Biaya transportasi Rporanghari
DC = Biaya dokumentasi Rp KR = Biaya konsumsi selama rekreasi Rporanghari
LL = Biaya lain-lain Rp
Analisis nilai ekonomi dilakukan dengan teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay WTP terungkap
melalui model yang dikembangkan. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP dengan demikian, maka untuk mendapakan nilai ekonomi
perlu diketahui nilai dari surplus konsumen. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :
WTP ≈ Consumer Surplus ≈
�
2
2�
1
…………………………………………………3 Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1
adalah koefisien dari biaya perjalanan Fauzi 2006.
4.4.3 Estimasi dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Bunder terhadap
masyarakat sekitar
Informasi yang didapat dari responden akan memberikan informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang
akan berdampak langsung, tidak langsung dan ikutan induced impact bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini dapat diukur dengan
menggunakan efek pengganda multiplier dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat local
terdapat dua tipe pengganda, yaitu META 2001: 1.
Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat lokal. 2.
Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak
terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan induced impact.
Secara matematis dirumuskan : Keynesian income multiplier
=
�+�+� �
……………………..…….4
24 Ratio income multiplier, Tipe I
=
�+� �
…………………..…….…5 Ratio income multiplier, Tipe II
=
�+�+� �
…………………….……..6 Keterangan:
E : Tambahan pengeluaran pengunjung rupiah D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E rupiah
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E rupiah U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E rupiah
Identifikasi yang dilakukan terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata dapat menunjukkan produk atau jasa yang belum tersedia di
lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola
dan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut.
4.4.4 Analisis prospek pengembangan wisata Gunung Bunder pasca
perluasan TNGHS
Penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada Taman Nasional maupun Taman Wisata Alam akan mempengaruhi kegiatan-
kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di dalam kawasan, yakni pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman
nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman
wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial Adirahmanta 2005.
Prospek pengembangan wisata dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu dengan memaparkan potensi wisata alam, sarana dan prasarana penunjang,
pengelolaan lokasi, aksesibilitas, dan kegiatan promosi kawasan wisata Bunder. Prospek pengembangan tersebut akan dikaji dalam tiga aspek yaitu aspek fisik,
aspek sosial-ekonomi, dan aspek spasial. Hal tersebut dilakukan guna menggambarkan pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder saat ini. Setelah
Perluasan TNGHS, kawasan wisata Gunung Bunder diharapkan menjadi suatu kawasan wisata alam berkelanjutan yang diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi keanekareagaman hayati dan masyarakat. Untuk itu penilaian prospek
25 pengembangan penting untuk dilakukan guna memberikan gambaran kebijakan
yang harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bunder kedepannya.
4.4.5 Hipotesis Penelitian