B. KONDISI SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN DI PT. INDESSO AROMA SAAT INI
PT. Indesso Aroma telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sejak tahun 1996. Mengingat penerapan sistem manajemen mutu di perusahaan ini
sudah sangat lama, maka bisa dimengerti jika sistem manajemen mutu ini telah menjadi suatu praktek sehari-hari dalam operasional perusahaan. Seluruh klausul yang
dipersyaratkan oleh ISO 9001 telah sepenuhnya diterapkan di perusahaan dan sudah disertifikasi oleh Badan Sertifikasi sejak tahun 1996. Untuk memelihara dan sekaligus
mengembangkan sistem manajemen mutu di perusahaan dibentuk suatu tim auditor yang bertugas secara berkala minimal 2 kali dalam setahun melakukan audit internal.
Hasil Audit internal ini selanjutnya dibahas dalam suatu Tinjauan manajemen yang dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun dan dipimpin langsung oleh manajemen
puncak perusahaan. Hal ini menunjukkan komitmen yang sangat tinggi dari manajemen puncak terhadap pelaksanaan sistem manajemen mutu di perusahaan.
Sistem manajemen keamanan pangan yang sudah diterapkan di PT. Indesso Aroma adalah penerapan GMP Good Manufacturing Practices yang di dasarkan pada
pedoman penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik CPMB, Departemen Kesehatan RI tahun 1996. Disamping penerapan GMP ini, sebagaimana telah
disampaikan di atas bahwa PT. Indesso Aroma sudah menerapkan ISO 9001 sejak tahun 1996. Oleh karena itu, sistem manajemen keamanan pangan yang paling efektif
dan efisien untuk dikembangkan di PT. Indesso Aroma adalah sistem manajemen keamanan pangan yang berbasis ISO 22000, karena ISO 22000 ini merupakan
kombinasi antara sistem HACCP dan sistem manajemen mutu ISO 9001. Penerapan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO 22000 akan bisa
berjalan sukses apabila pondasi sistem manajemen keamanan pangan ini, yaitu penerapan GMP, telah berjalan dengan efektif. Oleh karena itu, sebelum dilakukan
pengembangan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO 22000, akan lebih baik jika dievaluasi terlebih dahulu penerapan GMP yang sudah dijalankan dan
dibandingkan dengan standard penerapan GMP yang ada. Berdasarkan pengamatan di lapangan yang telah dilakukan atas penerapan GMP
di PT. Indesso Aroma dibandingkan dengan standard yang ada berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan BPOM ditemukan 4 penyimpangan, yaitu 3 penyimpangan
mayor dan 1 penyimpangan minor. Oleh karenanya CPMB di PT. Indesso Aroma masuk dalam peringkat I baik sekali dan perlu dilakukan audit dengan frekuensi
minimal 1 x dalam 6 bulan. Hasil selengkapnya dari pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan di PT. Indesso Aroma bisa dilihat pada Lampiran 3. Keempat
penyimpangan tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Sanitasi dan higiene karyawan mayor : manajemen unit pengolahan tidak memiliki tindakan-tindakan efektif untuk mencegah karyawan yang diketahui
mengidap penyakit yang dapat mengkontaminasi produk luka, TBC, hepatitis, tipus dsb.
2. Gudang biasa kering mayor : penempatan barang tidak teratur dan tidak
dipisahkan penyimpanan bahan pengemas dan bahan-bahan lain, kimia dan bahan berbahaya dll..
3. Gudang kemasan dan produk minor : tidak terpisah pada tempat khusus
4. P3KklinikFasilitas keamanan kerja mayor : fasilitas klinik pabrik tidak
digunakan untuk cek up rutin seluruh karyawan khususnya di bagian produksi. Penyimpangan pertama dan keempat adalah saling terkait yaitu berkaitan
dengan upaya untuk mencegah adanya kontaminasi silang yang disebabkan oleh kesehatan oleh karyawan. Oleh karenanya untuk mengatasi kedua penyimpangan ini
bisa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan khususnya karyawan produksi yang menangani produksi ekstrak secara berkala, minimal setahun
1 kali, untuk memastikan bahwa karyawan terbebas dari penyakit yang bisa mengkontaminasi produk. Pemeriksaan kesehatan karyawan yang bisa dilakukan secara
visual, misalnya luka, penyakit kulit dan lainnya bisa dilakukan langsung oleh Supervisor produksi yang sedang bertugas. Apabila dijumpai ada karyawan yang
mempunyai luka dan penyakit kulit, maka bisa diminta untuk tidak bekerja di produksi ekstrak terlebih dahulu.
Penyimpangan kedua dan keempat ini merupakan penyimpangan yang sangat penting yang harus segera diatasi sebelum diterapkannya sistem manajemen keamanan
pangan berbasis ISO 22000, mengingat berdasarkan kajian bahaya yang telah dilakukan pengendalian kondisi kesehatan karyawan yang dapat menghasilkan kontaminasi
mikrobiologi terhadap pangan, bahan kemasan pangan, dan permukaan yang kontak dengan pangan ini harus dikelola melalui OPRP.
Penyimpangan kedua yaitu di gudang kering, yang mana penempatan barang tidak teratur dan tidak dipisahkan penyimpanan bahan pengemas dan bahan-bahan lain,
kimia dan bahan berbahaya dll., hal ini bisa segera diatasi dengan melakukan pengelompokan penyimpanan sesuai jenisnya dalam suatu rak yang terpisah dan
dedicated untuk jenis tersebut. Pengaturan ini perlu dibakukan dan dijalankan secara konsisten.
Penyimpangan ketiga terkait dengan gudang kemasan dan produk. Saat ini memang perusahaan belum mengalokasikan gudang yang secara khusus digunakan
untuk penyimpanan produk-produk ekstrak dan kemasannya saja. Sebelum dimilikinya fasilitas gudang yang dikhususkan untuk keperluan ini, penyimpanan produk dan
kemasan bisa dilakukan di gudang kering biasa dengan pengelompokkan sesuai jenisnya sebagaimana juga telah disampaikan sebelumnya. Hal ini dimungkinkan
mengingat produk ekstrak memang tidak perlu disimpan dingin dan dalam kemasan tertutup secara rapat sehingga mencegah adanya kontaminasi yang berasal dari
lingkungan.
C. ANALISIS KESENJANGAN GAP ANALYSIS KONDISI PERUSAHAAN