PENERAPAN GMP DI PT. INDESSO AROMA PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

dibawah 0.6 ini hampir semua mikroba aktivitasnya dihambat. Dengan demikian produk akan jauh lebih stabil dengan umur simpan yang jauh lebih panjang.

B. PENERAPAN GMP DI PT. INDESSO AROMA

Berdasarkan hasil pemeriksaan pelaksanaan GMP di PT. Indesso Aroma dengan menggunakan lembar kerja pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan yang digunakan BPOM, ditemukan 3 penyimpangan mayor dan 1 minor. Penyimpangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sanitasi dan higiene karyawan mayor : manajemen unit pengolahan tidak memiliki tindakan-tindakan efektif untuk mencegah karyawan yang diketahui mengidap penyakit yang dapat mengkontaminasi produk luka, TBC, hepatitis, tipus dsb. 2. Gudang biasa kering mayor : penempatan barang tidak teratur dan tidak dipisahkan penyimpanan bahan pengemas dan bahan-bahan lain, kimia dan bahan berbahaya dll.. 3. Gudang kemasan dan produk minor : tidak terpisah pada tempat khusus 4. P3KklinikFasilitas keamanan kerja mayor : fasilitas klinik pabrik tidak digunakan untuk cek up rutin seluruh karyawan khususnya di bagian produksi. Untuk memperbaiki penyimpangan tersebut direkomendasikan hal-hal sebagai berikut : 1. Melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala, khususnya karyawan produksi yang menangani produk ekstrak secara langsung, direkomendasikan minimal setahun satu kali. Interval dari pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala ini bisa ditinjau kembali berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. 2. Menugaskan supervisor produksi untuk setiap harinya memantau kesehatan karyawan yang bisa di amati secara langsung, misalnya penyakit kulit, flu dan lainnya, untuk sementara tidak menangani produk ekstrak. 3. Melakukan pengaturan dan pengelompokkan penyimpanan bahan baku, produk, kemasan, chemical pada suatu tempat rak yang tertentu untuk menghindari adanya kontaminasi silang. 4. Perlu dipertimbangkan untuk menyediakan gudang khusus untuk penyimpanan produk ekstrak dan kemasannya.

C. PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

Berdasarkan analisis kesenjangan gap anlaysis yang telah dilakukan antara kondisi perusahaan dan persyaratan ISO 22000 diperoleh bahwa perusahaan telah menerapkan 42 dari 52 persyaratan ISO 22000 yaitu melalui penerapan ISO 9001 di perusahaan, namun cakupan pelaksanaannya perlu dimasukkan aspek keamanan pangan. Perusahaan juga telah membuat rencana HACCP untuk ekstrak teh hijau. Disamping itu GMP dan SSOP juga telah dijalankan. Oleh karenanya dalam pengembangan sistem manajemen keamanan pangan di perusahaan direkomendasikan untuk mengembangkan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO 22000. Walaupun rencana HACCP yang telah dikembangkan adalalah untuk produk ekstrak teh hijau, hal ini akan dengan mudah digunakan sebagai model untuk pengembangan rencana HACCP produk ekstrak yang lain. Untuk pengembangan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO 2000, direkomendasikan untuk dilakukan langkah-langkah sistematis sebagai berikut : 1. Dibentuk sebuah tim yang akan bertugas untuk melakukan integrasi sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 dengan sistem manajemen mutu ISO 9001. Tim ini sebaiknya terdiri dari tim ISO 9001 yang ada ditambah dengan supervisor produksi ekstrak, personel RD, QC dan personel dari bagian teknik. 2. Langkah yang perlu dilakukan oleh tim yang telah dibentuk adalah sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan keamanan pangan dan sasaran keamanan pangan yang akan dicapai oleh perusahaan, dan diintegrasikan ke dalam kebijakan mutu dan sasaran mutu yang telah ditetapkan dalam ISO 9001. b. Memodifikasi Prosedur Mutu ISO 9001 yang klausulnya sama dengan ISO 22000 berdasarkan hasil analisis kesenjangan di atas, dengan memasukkan aspek keamanan pangan dalam prosedur tersebut. c. Membuat HACCP plan untuk produk ekstrak yang lain, dengan menggunakan model dari HACPP plan produk ekstrak teh hijau yang telah dibuat. d. Membuat prosedur baru yang perlu dibuat sesuai persyaratan ISO 22000, yang belum ada dalam prosedur ISO 9001 yang telah di modifikasi sesuai hasil analisis kesenjangan di atas. e. Melakukan komunikasi internal ke seluruh jajaran di perusahaan agar diperoleh awareness dan dukungan dari seluruh jajaran di perusahaan. f. Melakukan komunikasi eksternal dengan melakukan audit ke supplier dan sekaligus menginformasikan kebijakan keamanan pangan ke para supplier perusahaan. g. Melakukan validasi terhadap sistem manajemen keamanan pangan yang telah dibuat h. Menjalankan sistem manajemen keamanan pangan yang telah ditetapkan selama 3 bulan. i. Melakukan verifikasi terhadap pelaksanaan penerapan sistem keamanan pangan yang telah dijalankan. j. Melakukan perbaikan yang diperlukan dan melakukan validasi kembali jika ada perubahan k. Melakukan verifikasi kembali atas perubahan dan perbaikan yang telah dilakukan. Pada tahap ini direkomendasikan untuk meminta pihak lain yang berkompeten untuk melakukan verifikasi. l. Jika semuanya sudah memenuhi syarat, maka meminta Badan Sertifikasi ISO 22000 untuk dilakukan sertifikasi terhadap fasilitas dan sistem manajemen keamanan pangan yang telah dibuat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN