Manajemen Sumberdaya Perencanaan dan realisasi produk yang aman

Kebijakan keamanan pangan belum ditetapkan secara tertulis, namun kebijakan ini sudah secara jelas dimiliki oleh manajemen dalam hal pemenuhan produk ke pelanggan yaitu hanya mengirimkan produk yang aman dan berkualitas ke pelanggan. Tanggung jawab dan wewenang masing-masing orang sudah dideskripsikan secara jelas dalam struktur organisasi perusahaan dan job description masing-masing orang. Pemimpin tim keamanan pangan belum ditetapkan. Komunikasi baik eksternal dengan pelanggan dan supplier serta komunikasi internal di perusahaan sudah berjalan dengan baik, hanya saja komunikasi ini belum mencakup aspek keamanan pangan, masih yang terkait dengan mutu. Prosedur yang mengelola situasi tanggap darurat yang potensial dan kejadian-kejadian yang bisa berdampak pada keamanan pangan belum ditetapkan. Tinjauan manajemen sudah berjalan secara rutin minimal 1 kali dalam setahun dan dipimpin langsung oleh manajemen puncak perusahaan. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan yang sangat tinggi. Namun pembahasan dalam Tinjauan manajemen masih belum mencakup aspek keamanan pangan, masih sebatas aspek mutu. Prosedur untuk Tinjauan manajemen ini juga sudah ditetapkan.

3. Manajemen Sumberdaya

Perusahaan sudah menyediakan sumberdaya yang mencukupi untuk penerapan sistem manajemen keamanan pangan diantaranya dengan penyediaan bangunan dan fasilitas pabrik yang memenuhi GMP. Pemeliharaan lingkungan kerja dan infrastruktur juga dilakukan secara baik. Sumberdaya manusia untuk pelaksanaan sistem manajemen keamanan pangan juga sudah mencukupi diantaranya seluruh supervisor produksi yang menangani proses produksi ekstrak 3 orang memiliki latar belakang teknologi pangan S1, 2 orang staf bagian riset dan pengembangan berlatar belakang teknologi pangan S1, namun untuk di bagian QC pengetahuan tentang aspek keamanan pangan perlu ditingkatkan karena belum ada staf yang berlatar belakang teknologi pangan. Pelatihan tentang aspek keamanan pangan untuk seluruh personel yang terkait dengan produk ekstrak secara umum juga masih diperlukan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang aspek keamanan pangan khususnya sistem menajemen keamanan pangan berbasis ISO 22000.

4. Perencanaan dan realisasi produk yang aman

Perencanaan dan realisasi produk yang aman sudah dibuat untuk ekstrak teh hijau sebagaimana dituangkan dalam rencana HACCP produk ekstrak teh hijau. Namun rencana HACCP ini belum dijalankan, baru sebatas dokumentasi. Yang sudah dijalankan adalah PRP yaitu melalui pelaksanaan GMP dan OPRP melalui pelaksanaan SSOP. CCP yang dikelola dalam rencana HACCP, berupa pemeriksaan CoA dari supplier belum dijalankan. Untuk pelaksanaan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO 22000, perlu dibuat rencana HACCP untuk seluruh produk ekstrak yang akan dicakup dalam sistem manajemen keamanan pangan. Tim keamanan pangan sudah pernah ditetapkan oleh perusahaan, namun belum berjalan. Pengendalian produk tidak sesuai sudah ada dalam prosedur ISO 9001, namun masih sebatas masalah mutu. Dengan demikian penanganan produk yang berpotensi tidak aman bisa dimasukkan dalam prosedur pengendalian produk tidak sesuai ini dengan memasukkan aspek keamanan pangan dan prosedur pengendalian produk tidak sesuai, termasuk di dalamnya prosedur mengenai disposisi produk yang tidak sesuai. Prosedur untuk penarikan produk belum dibuat.

5. Validasi, verifikasi dan perbaikan sistem manajemen keamanan pangan