59 Dari data dalam periode kajian, dalam anggaran pembangunan
pemerintah daerah kabupatenkota terdapat alokasi belanja aparatur pemerintah dan pengawasan rata-rata sebesar 15 dari total belanja pembangunan
pemerintah kabupatenkota.
Belanja pembangunan
ini berdasarkan
penggunaanya adalah untuk membiayai kegiatan administrasi didalam pemerintahan sendiri dan tidak menyentuh kepada belanja yang bersifat
penciptaan infrastruktur daerah, penyerapan tenaga kerja padat karya dan pengembangan sektor-sektor lapangan usaha. Untuk itu perlu diupayakan agar
Pemerintah Daerah kabupatenkota dapat merealokasi anggaran pembangunan dari bidang di luar pendidikan dan kesehatan ke sektor pembangunan
infrastruktur dalam rangka memperbaiki akses bagi masyarakat hingga akhirnya berkontribusi positif meningkatkan pendapatan kabupatenkota. Realokasi
anggaran pembangunan untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur akan menciptakan anggaran yang ‘pro-poor’, salah satunya dapat ditempuh
dengan merealokasi belanja aparatur pemerintah dan pengawasan.
5.3.3 Investasi Swasta
Variabel penjelas tingkat investasi swasta mempunyai koefisien regresi yang bertanda positif terhadap tingkat kesenjangan pendapatan antar
kabupatenkota di Jabar. Data investasi tahun 1995-2006 pada halaman lampiran 5 menunjukan adanya konsentrasi penanaman modal pada
kabupatenkota tertentu. Kinerja investasi yang terdistribusi dengan baik selayaknya mampu menaikan tingkat pertumbuhan ekonomi kabupatenkota,
sehingga mengurangi kesenjangandisparitas pendapatan antar kabupatenkota. Sejumlah faktor yang sangat berpengaruh terhadap iklim investasi di
KabupatenKota di Jawa Barat, yaitu: stabilitas politik dan sosial, stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan
dan pelabuhan, berfungsinya sektor pembiayaan, pasar tenaga kerja, dan regulasi, serta masalah good governance yang semuanya memerlukan
dukungan pembiayaan pemerintah melalui pos pengeluaran pemerintah dalam APBD.
Dari data investasi kabupatenkota di Jawa Barat, nampak jelas bahwa kabupatenkota yang mempunyai kesiapan infrastruktur dan kondisi yang
kondusif menjadi minat para investor. Data investasi dalam halaman lampiran 3 menunjukan tingginya nilai investasi swasta di Kabupaten dan Kota Bekasi,
60 Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kabupaten dan Kota Bandung,
Kabupaten Purwakarta, dan Kota Cirebon. Sehingga terjadi pemusatan kegiatan ekonomi pada Kabupaten dan Kota tersebut dengan kondisi faktor pendukung
investasi yang lebih siap dan lebih diuntungkan secara lokasi di banding kabupatenkota lain di Jawa Barat.
Melihat data penggunaan lahan di Jawa Barat menunjukan bahwa sebagian besar lahan di Jawa Barat digunakan untuk perkebunan campuran dan
persawahan. Data tenaga kerja menunjukan bahwa sektor ini menyerap tenaga kerja paling tinggi yaitu sekitar 27. Nampak bahwa sektor pertanian menjadi
dominan di Jawa Barat namun belum dikembangkan bila dilihat dari kontribusinya pada PDRB. Sebagai upaya peningkatan perekonomian
kabupatenkota, dan berjalannya perekonomian rakyat maka investasi selayaknya diarahkan pada sektor ini guna peningkatan produksi, kelancaran
distribusi hasil, dan pengawasan harga yang layak ditingkat petani. Tabel 12 adalah penggunaan lahan di Jawa Barat yang didominasi oleh perkebunan
campuran dan persawahan. Tabel 12 Penggunaan Lahan di Jawa Barat Tahun 2006
Guna Lahan Luas ha
Hutan Primer 321.377,68
8,66 Hutan Sekunder
269.885,68 7,27
Kawasan Industri 15.825,21
0,43 Kawasan Pertambangan
3.350,92 0,09
Kebun Campuran 849.294,72
22,89 Tegalan
368.265,51 9,93
Padang Ilalang 128.207,61
3,46 Perkebunan
646.100,43 17,41
Pemukiman 178.329,75
4,81 Sawah
752.130,90 20,27
Semak 53.244,10
1,44 Sungai, Waduk, dll
54.932,48 1,48
Tambak 51.525,09
1,39 Tanah Kosong
17.591,20 0,47
Jumlah 3.710.061,28
100,00
Melihat bahwa estimasi yang dilakukan berdasarkan karakteristik kelompok wilayah Bakorwil tidak memberikan pengaruh yang spesifik maka
perumusan strategi dan program terhadap peranan variabel-variabel di atas
61 mengarah pada proses konvergensi-dimana daerah yang memiliki perekonomian
rendah berusaha untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah yang sudah maju-dengan fokus kerjasama antar kabupatenkota tetangga terdekat
berorientasi pada kabupatenkota yang berkembang, tumbuh, dan maju. Melalui proses pembangunan dalam jangka panjang, maka ketika tercapai tingkat
pendapatan yang setara oleh semua kabupatenkota dengan sendirinya kesenjangan pendapatan antar kabupatenkota akan memudar.
62
VI. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM
6.1 Metode Perancangan Strategi dan Program dengan Logical Framework Approach LFA
Logical Framework Approach merupakan metode menyusun unsur-unsur utama dari strategi dan program yang direalisasikan menjadi suatu kegiatan
atau proyek dengan menitikberatkan pada hubungan logis diantara variabel- variabel yang ada, dan hasil yang dikehendaki. Dalam prosedur pelaksanaan
Metode LFA terdapat kondisi yang harus dipenuhi, yaitu: tercapainya kesepakatan minimum diantara pemangku kepentingan tentang apa yang
menjadi titik berat permasalahan dan kemudian merumuskan masalah yang dijadikan sasaran kegiatan. Tahapan pelaksanaan Metode LFA adalah:
a Analisis masalah sesuai dengan permasalahan utama kajian; b Analisis tujuan berdasarkan rumusan tujuan kajian;
c Analisis alternatif melalui perumusan strategi dan program; d Analisis pihak terkait
e Perencanaan proyek f Rencana pelaksanaan
g Rencana pengendalian Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004
tentang Rencana Strategis Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat, visi Pemerintah Daerah adalah “Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010”. Berdasarkan visi tersebut telah ditetapkan 5 misi sebagai acuan dalam mendayagunakan potensi daerah.
Misi-misi tersebut adalah: 1. Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Jawa Barat;
2. Memantapkan struktur perekonomian regional yang tangguh; 3. Memantapkan kinerja pemerintah daerah;
4. Meningkatkan implementasi pembangunan berkelanjutan; 5. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berdasarkan agama dan
budaya daerah. Fokus pada misi ke-2 di atas, metode LFA untuk merumuskan strategi
dan program terhadap permasalahan kesenjangan pendapatan antar kabupatenkota di Jawa Barat dilakukan identifikasi-identifikasi yang melibatkan
keterwakilan kepentingan-kepentingan dari para pemangku kepentingan.