Interpretasi Model Regresi Model Estimasi Tingkat Disparitas Pendapatan antar KabupatenKota

51

5.2.3 Interpretasi Model Regresi

Intepretasi hasil model regresi menggunakan pendekatan fixed effect. Pendekatan Fixed effect adalah suatu teknik yang dapat menunjukan perbedaan konstanintercep antar kabupatenkota, meskipun dengan koefisien regresorslope koefisien yang sama atau tetap. Hasil perhitungan dengan program Eviews memberikan hasil dan penjelasan sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Pendugaan Parameter Model Disparitas Variabel Bebas Notasi Koefisien Probabilitas Intercept 0,1520 0,0000 Inflasi 1 0,0008 0,4850 Pengel. Pemb. Pemda 2 0,0244 0,0000 Investasi Swasta 3 0,0012 0,2763 F - Statistic Prob F-Statistic ANOVA 12,49 0,000 R² 0,645 hasil selengkapnya pada halaman lampiran 7 Sehingga bentuk umum persamaan dari model Kesenjangan Pendapatan antar KabupatenKota di Jawa Barat adalah: Disparitas it = 0,152+0,0008inflasi it + 0,0244LnPemb it + 0,0012Lninvestasi it +D it Koefisien determinasi R Square atau R 2 mencapai 0,645, menunjukan bahwa sekitar 64,5 variasi disparitas pendapatan dapat dijelaskan oleh variasi inflasi, pengeluaran pembangunan Pemda, dan investasi swasta. Sedangkan, 35,5 variasi disparitas pendapatan yang dapat dijelaskan oleh faktor lain error term. Koefisien regresi inflasi, pengeluaran pembangunan pemerintah, dan investasi menunjukan bahwa ketiga variabel bebas atau variabel penjelas tersebut ternyata memiliki hubungan positif dengan disparitas pendapatan antar kabupatenkota. Dimana, peningkatan dari tiap variabel penjelas tersebut dapat menaikan disparitas pendapatan. Hubungan positif dari masing-masing koefisien tersebut, yaitu: setiap kenaikan 1 inflasi akan menaikan disparitas pendapatan antar kabupatenkota sebesar 0,0008 dengan asumsi variabel lain ceteris paribus, bila terjadi kenaikan 1 pengeluaran pembangunan pemerintah daerah maka akan menaikan disparitas sebesar 0,0244 diasumsikan variabel lain ceteris paribus, dan kenaikan 1 investasi swasta akan menaikan disparitas pendapatan sebesar 0,0012 dengan asumsi variabel lain ceteris paribus. 52 Dalam rangka merumuskan startegi dan program yang akan diusulkan berdasarkan hasil-hasil pendalaman terhadap data-data kajian, maka perlu dilihat apakah strategi dan program seyogyanya diimplementasikan oleh setiap kabupatenkota dengan pendekatan dimensi spasial atau cukup diimplementasikan berdasarkan pengelompokan Bakorwil dan pola perekonomian berdasarkan pengkuadranan sebelumnya. Tabel 11 adalah perbandingan nilai probabilitas hasil perhitungan eviews berdasarkan kelompok wilayah. Tabel 11 Perbandingan Nilai Probabilitas Pendugaan Parameter Berdasarkan Kelompok Bakorwil dan Pola Perekonomian Variabel Bebas Kelompok Bakorwil Kelompok Pola Perekonomian Pwt Bgr Prn Crb Mju Kmb Tkn Tgl Inflasi 0,0884 0,0165 0,3472 0,0075 0,0089 0,9001 0,2385 0,1520 Pengel. Pemb. 0,2257 0,2608 0,4933 0,6591 0,3480 0,9374 0,7704 0,3115 Investasi Swasta 0,5526 0,2999 0,4035 0,7242 0,1498 0,5804 0,6503 0,9593 hasil selengkapnya pada halaman lampiran 7 Dari nilai probabilitas tersebut diketahui bahwa hanya variabel inflasi yang berpengaruh nyata terhadap pengelompokan berdasarkan karakteristik wilayah, itu pun hanya pada Bakorwil Purwakarta, Bogor, Cirebon, dan KabupatenKota Maju. Konsentrasi strategi yang berkaitan dengan inflasi patut mendapat perhatian pada kelompok-kelompok ini. Namun, karena inflasi adalah perubahan tingkat harga yang juga dipengaruhi oleh harga-harga pada masing-masing kabupatenkota yang antara lain terkait dengan kesediaan pasokan barang dan kebijakan pemerintah daerah, maka hendaknya semua kabupatenkota bahu- membahu melakukan strategi yang terkait dengan inflasi. Dimensi spasial yang terkait dengan strategi inflasi adalah melihat kedekatan lokasi kabupatenkota dengan Kantor Bank Indonesia KBI yang ada di Jawa Barat, yaitu : KBI Tasikmalaya, KBI Cirebon, dan KBI Bandung. Dapat ditentukan bahwa setelah dilakukan penelitian terhadap karakteristik wilayah Bakorwil dan pola perekonomian dilihat dari probabilitas variabel bebas kajian, maka tidak terdapat pengaruh spesifik apabila strategi dan program dilakukan secara parsial pada kelompok-kelompok tersebut. Untuk itu analisis yang digunakan dalam rangka perumusan strategi dan program adalah pada hasil uji parameter sebelumnya yang mengarah pada aplikasi strategi dan 53 program terhadap seluruh kabupatenkota dengan pendekatan dimensi spasial menuju proses konvergensi agar kesenjangan pendapatan antar kabupatenkota makin memudar. Masing-masing kabupatenkota di Jawa Barat dapat mengaplikasikan rumusan startegi dan program melalui upaya koordinasi dan kerja sama dengan kabupatenkota tetangganya.

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Perekonomian Regional KabupatenKota di Jawa Barat