64
6.2 Perumusan Strategi Peningkatan Perekonomian Kabupatenkota di Jawa Barat
Pembangunan di Jawa Barat merupakan hasil kerjasama berbagai komponen yang ada. Partisipasi dan dukungan rakyat adalah hal yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan tersebut. Pemerintah daerah memegang peranan sebagai inisiator, koordinator, regulator, dan fasilitator, serta mengayomi
kehidupan segenap masyarakat melalui sinergi dengan pemerintah pusat dan swasta. Permasalahan kesenjangan pendapatan antar kabupatenkota di Jawa
Barat tidak dapat diselesaikan secara sendiri-sendiri oleh kabupatenkota. Untuk itu
dibutuhkan strategi
kerjasama dengan
pertimbangan-pertimbangan mendasar,
seperti: kewenangan
yang melekat
pada masing-masing
kabupatenkota, potensi wilayah yang dapat dikembangkan, dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Sehingga kebijakan yang ditetapkan diharapkan
akan lebih aspiratif, akomodatif, dan responsif terhadap perkembangan yang terjadi. Kebijakan tersebut diarahkan untuk meningkatkan pendapatan PDRB
kabupatenkota yang bersangkutan, sehingga pertumbuhan ekonomi sebagai wujud kinerja perekonomian semakin terpacu di setiap kabupatenkota. Pada
gilirannya tingkat disparitas pendapatan antar kabupatenkota akan memudar. Analisis
terhadap faktor-faktor
kesenjangan pendapatan
antar kabupatenkota menunjukan bahwa inflasi, pengeluaran pembangunan, dan
investasi swasta berpengaruh positif terhadap peningkatan kesenjangan. Kemudian, setelah dilakuan kemungkinan aplikasi strategi dan program secara
parsial dengan melihat nilai probabilitas masing-masing faktor terhadap kelompok-kelompok menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh spesifik atas
faktor-faktor tersebut terhadap karakteristik kelompok. Untuk itu dengan menitikberaktkan kepada koordinasi dan kerjasama antar kabupatenkota, maka
strategi yang dapat dilakukan untuk mengarahkan faktor-faktor tersebut menjadi unsur positif peningkatan perekonomian masing-masing kabupatenkota adalah
sebagai berikut.
6.2.1 Strategi Pengendalian Inflasi
Bank Indonesia BI sesuai amanat undang-undang memiliki tujuan untuk mencapai kestabilan nilai rupiah termasuk laju inflasi, akan tetapi pada
kenyataannya laju inflasi tidaklah sepenuhnya di bawah kendali BI. Inflasi pada sisi permintaan demand-pull inflation yang dikaitkan dengan ketersediaan uang
65 beredar dimasyarakat dapat dipengaruhi melalui kebijakan moneter BI. Namun
ditinjau dari sisi penawaran, pergerakan inflasi sangat dipengaruhi oleh sisi produksi dan distribusi. Peningkatan biaya-biaya produksi yang membebani
produsen cost-push inflation pada akhirnya dapat memicu kenaikan harga barang dan jasa di tingkat konsumen. Selanjutnya gangguan-gangguan pada
distribusi barang juga menjadi penyumbang kenaikan harga-harga barang dan jasa.
Mengingat keterbatasan BI di sisi penawaran, Pemerintah Daerah kabupatenkota di Jawa Barat mempunyai peranan yang penting serta strategis
dalam turut mengendalikan laju inflasi di daerahnya. Strategi ini adalah upaya Pemda dengan kapasitas yang dimilikinya untuk mengendalikan inflasi di daerah,
antara lain yaitu memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok, dan menghapuskan atau mengurangi jenis-jenis pungutan, baik yang legal maupun ilegal yang
memberatkan biaya
produksi barangjasa.
Dengan biaya-biaya
produksidistribusi yang lebih rendah maka harga produk lokal menjadi lebih murah sehingga menjadi lebih kompetitif secara regional maupun nasional.
Sementara itu, peran strategis Pemda dalam mengendalikan laju inflasi akan tercermin dari tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif lebih baik. Seperti
diketahui bahwa laju inflasi yang tinggi berdampak mengurangi daya beli masyarakat.
6.2.2 Strategi Peningkatan Alokasi Dana Pembangunan
Upaya peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah daerah adalah dengan cara menambah alokasi dana pembangunan kabupatenkota di
Jawa Barat. Strategi peningkatan alokasi dana pembangunan diawali dengan identifikasi potensi dan kebutuhan dasar masyarakat serta menjadikan sektor-
sektor unggulan dalam PDRB sebagai salah satu acuan dalam menentukan proporsi alokasi anggaran pembangunan. Keterbatasan dana pembangunan
mengarahkan pada Pemerintah Daerah untuk melakukan skala prioritas pembangunan dan kerjasama dengan pihak lain.
Skala prioritas dalam strategi ini dilakukan melalui koordinasi perencanaan di kabupatenkota, dalam hal ini Bappeda membentuk tim
anggaran yang meliputi Bagian Keuangan, Bagian Pembangunan-Bappeda dan unit terkait lainnya. Tim ini mengajukan permintaan usulan dari masing-masing
dinas untuk menyampaikan usulan rencana pembangunan berdasarkan prioritas
66 bottom-up. Usulan ini dikoordinasikan dan di bahas sebagai pembahasan awal
rencana usulan APBD dengan melibatkan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakatwakil masyarakat, instansidinas sebagai suatu
proses identifikasi potensi dan kebutuhan dasar masyarakat. Melalui pembahasan bersama ini diharapkan akan dapat mengakomodir semua
kebutuhan prioritas dengan alokasi dana pembangunan yang tepat. Selanjutnya dari alokasi dana tersebut ditentukan sumber pembiayaannya. Keterbatasan
pembiayaan, dengan pertimbangan adanya saling keterkaitan kebutuhan antar kabupatenkota dan pihak lainnya, diarahkan untuk membentuk kerjasama
dengan pihak-pihak tersebut.
6.2.3 Strategi Peningkatan Investasi Swasta