69 3 Formulasi bentuk kerjasama terkait dengan hak dan kewajiban antar pihak
yang bekerjasama yang dituangkan dalam suatu dokumen perjanjian kerjasama yang memiliki kekuatan hukum tetap;
4 Fasilitasi dinas teknis dalam pelaksanaan kegiatan program kerjasama sesuai dengan sektorbidang kerjasama yang dilakukan;
5 BKD masing-masing kabupatenkota aktif secara reguler mengadakan pertemuan guna meningkatkan kinerja dan mencari solusi terbaik bila
terdapat perselisihan. Pertemuan ini difasilitasi oleh BKD Provinsi Jawa Barat;
6 BKD berpartisipasi aktif dalam setiap rapat koordinasi pembangunan Rakorbang guna menginformasikan perkembangan kegiatan kerjasama dan
rencana kegiatan kerjasama keseluruh peserta Rakorbang.
6.3.3 Program peningkatan investasi swasta
Sesuai dengan strategi yang dilakukan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan melakukan promosi, deregulasi dan debirokratisasi secara
terus menerus menyangkut bidang usaha, perizinan dan kelembagaandinas- dinas, maka rancangan program peningkatan investasi swasta adalah:
1 Program pengembangan penanaman modal, melalui: a pengaktifan aset produksi yang kurang berdaya guna namun masih
mempunyai prospek yang baik; b dorongan penanaman modal pada bidang usaha yang mendayagunakan
sumber daya domestik yang berorientasi ekspor. 2 Program pelayanan prima berorientasi pasar, melalui:
a peningkatan efisiensi layanan administrasi dan perijinan dengan lebih banyak opsi pelayanan;
b memperkaya ragam jenis layanan yang diperlukan dunia usaha; c pemilihan sasaran promosi yang tepat;
d penggunaan profil peluang penanaman modal yang prospektif sebagai pemancing minat penanaman modal;
e pendayagunaan teknik dan media promosi yang lebih efektif dan efisien, contohnya membuka jaringan website;
f deregulasi sistem pengendalian dan pengawasan yang membebani dunia usaha.
70
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah dilakukan serta keterkaitan tujuan kajian, maka beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari
kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan indeks disparitas pendapatan dan membagi Provinsi
Jawa Barat ke dalam kelompok Bakorwil Purwakarta-Bogor-Priangan- Cirebon dan kelompok daerah kaya-miskin, maka kesenjangan pendapatan
antar kabupatenkota yang tinggi adalah antar kelompok daripada dalam kelompok kabupatenkota. Hal ini terjadi karena adanya proses industrialisasi
dan aglomerasi yang mendorong pemusatan kegiatan ekonomi pada kabupatenkota tertentu dalam kelompok-kelompok tersebut.
2. Identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pendapatan antar kabupatenkota di Jawa Barat menunjukan bahwa:
a. Inflasi mempunyai hubungan positif dengan pencapaian PDRB kabupatenkota di Jawa Barat. Inflasi yang tinggi akan mengurangi
investasi produktif, ekspor, dan menaikan impor. Terjadi inflasi yang bergerak lambat tidak segera diikuti oleh kenaikan sektor lain yang
menjadi stimulator perekonomian kabupatenkota. b. Sebagai pendorong yang berpengaruh nyata, KabupatenKota di Jawa
Barat membutuhkan alokasi belanja pembangunan yang cukup besar, karena merupakan instrumen kebijakan fiskal yang menjadi penstabil
otomatis dalam mengurangi konjungtur ekonomi yang salah satunya adalah kesenjangan pendapatan antar kabupatenkota. Peranan sebagai
penstabil diarahkan kepada kegiatan pembangunanpemeliharaan jalan, jembatan, rumah sakit, Puskesmas, dan sekolah, serta infrastruktur lain
pendukung investasi. c. Terjadi konsentrasi penanaman modal pada kabupatenkota tertentu di
Jawa Barat, sehingga investasi belum terdistribusi dengan baik di seluruh kabupatenkota. Hal tersebut dipengaruhi oleh stabilitas politik, sosial,
ekonomi, kondisi infrastruktur, berfungsinya sektor pembiayaan, regulasi dan perpajakan, serta birokrasi suatu kabupatenkota.
3. Strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan pembangunan perekonomian dan menekan tingkat kesenjangan pendapatan antar