Metode Perancangan Strategi dan Program

27

3.5 Metode Perancangan Strategi dan Program

Dalam rangka membangun rancangan strategi dan program berdasarkan pada temuan-temuan pada hasil dan pembahasan kajian, maka digunakan Pendekatan Kerangka Kerja Logis atau Logical Framework Approach LFA sebagai metode perancangan strategi dan program. Metode ini menggunakan teknik visualisasi agar tercapai efisiensi dan efektivitas dalam proses pengumpulan data dan informasi yang akan digunakan untuk merancang strategi dan program pembangunan kabupatenkota di Jawa Barat. Beberapa ciri-ciri Metode LFA, antara lain: rumusan tujuan menjadi jelas untuk mendorong tercapainya pengambilan keputusan atas pendapat dan harapan berbeda dari para pemangku kepentingan, informasi disusun secara sistematik guna memudahkan pengamatan terhadap ikatan diantara berbagai komponen, dan penyajian ringkasan strategi dan program dalam suatu format standar. Gambar 4 adalah Bagan Metode LFA yang digunakan dalam kajian ini. Gambar 4 Proses Pelaksanaan Metode Logical Framework Approach. Anggaran Biaya Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Rencana ProyekRencana Kerja Monev Rencana ProyekKegiatan Program-Program Lembaga Terkait, Peran, dan Koordinasi Strategi-Strategi Masalah yang dihadapi Tujuan yang ingin dicapai 28 Bagan menggambarkan langkah-langkah implementasi metode LFA, Tahap pertama dimulai dari perumusan masalah yang dihadapi sesuai dengan pokok permasalahan kajian. Tahap kedua adalah penetapan tujuan berdasarkan dari permasalahan yang dihadapi. Tahap ketiga adalah bagaimana menentukan strategi dan program berdasarkan tujuan yang akan dicapai. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi pihak-pihak yang akan terkait dan terlibat dalam implementasi strategi dan program yang dituangkan dalam perencanaan proyek atau kegiatan. Realisasi proyek dituangkan dalam rencana proyek yang diikuti dengan monitoring dan evaluasi. Atas rencana proyek maka dibutuhkan jenis- jenis pendanaan yang berimplikasi pada rencana biaya yang harus disediakan dan di awasi penggunaannya melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran. 29

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi

Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50-7°50 LS dan 104°48- 104°48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat, Banten, dan DKI Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, Samudra Indonesia di Selatan, dan Selat Sunda di barat. Luas wilayah Jawa Barat adalah 34.816,96 Km 2 . Daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah dengan ketinggian antara 100–1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara dengan ketinggian 0–10 m dpl, dan wilayah aliran sungai. Kondisi geografis tersebut merupakan keuntungan bagi Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah berdataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Jumlah kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat sampai dengan tahun 2007 meliputi 16 kabupaten, yaitu: Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan 9 kota, yaitu: Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, Banjar. Jumlah tersebut mencakup 528 kecamatan, 1825 kelurahan dan 5608 desa. Pada penelitian ini tidak menganalisis Kabupaten Bandung Barat karena Kabupaten ini baru berdiri pada pertengahan Tahun 2007 yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bandung,

4.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Jawa Barat sebagian besar adalah penduduk perkotaan. Pada Tahun 2002 jumlah penduduk Jawa Barat adalah 37.167.489 jiwa. Dalam masa enam tahun 2002-2007 telah terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu bertambah sekitar 3,3 juta jiwa, dengan pertumbuhan penduduk yang relatif stabil yaitu rata-rata sebesar 1,72 per tahun, sehingga pada tahun 2007 mencapai 40.483.729 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk dapat di gambarkan sebagai berikut.