Disparitas Pendapatan Inflasi TINJAUAN PUSTAKA

12

2.4 Disparitas Pendapatan

Menurut Williamson 1965 di dalam Kuncoro 2004 menyebutkan bahwa proses konvergensi regional terkait dengan proses pembangunan dengan memandang bahwa disparitas pendapatan regional akan memudar setelah melalui tiga fase pembangunan, tahap awal pembangunan hingga tahap kematangan maturity. Hal ini didukung dengan pendapat Akita dan Lukman 1995 yang menemukan bahwa disparitas Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita mengalami penurunan yang berkesinambungan antara tahun 1975-1992. Namun, Garcia dan Soelistianingsih 1998 mengemukaan bahwa antara 1975-1993 terdapat tendensi penurunan disparitas walaupun sempat terhenti pada tahun 1983. Wibisono 2003 menemukan bahwa pada tahun 1975 hingga 1980-an kesenjangan antar propinsi di Indonesia terlihat menurun dengan cepat. Tren penurunan disparitas mengalami stagnasi pada periode 1985-1997, dan indeks kembali naik pada tahun 1997-1998. Nampak bahwa pada dekade 1970-an hingga 1980-an terjadi penurunan disparitas yang cepat. Pada pertengahan tahun 1980-an hingga tahun 1990-an terjadi perlambatan penurunan disparitas. Indeks kesenjangan antar daerah mengalami kenaikan pada saat perekonomian mengalami gunjangan eksternal.

2.5 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dan merupakan fenomena ekonomi yang mempunyai dampak luas terhadap perekonomian, termasuk pertumbuhan ekonomi. Mankiw 2003 menyatakan bahwa tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam tingkat harga. Melihat bahwa faktor- faktor produksi dan fungsi produksi telah menentukan PDB riil, maka perubahan PDB nominal mencerminkan perubahan tingkat harga. Sehingga muncul apa yang disebut dengan Deflator PDB yang mencerminkan apa yang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian. Penggolongan inflasi, menurut Boediono 1985 berdasarkan lajunya per tahun dibagi menjadi: 1 inflasi ringan dibawah 10 setahun, 2 inflasi sedang 10-30 setahun, 3 inflasi berat 30-100 setahun, dan 4 hiperinflasi lebih 100 setahun. Sukirno 1994 menggolongkan inflasi berdasarkan penyebabnya menjadi 2 macam, yaitu inflasi tarikan permintaan demand pull inflation dan inflasi desakan biaya cost push inflation. Inflasi tarikan permintaan 13 yaitu inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat dimana permintaan masyarakat ini tidak bisa diimbangi dengan tersedianya barang yang disediakan oleh perekonomian, sehingga mendorong kenaikan harga-harga. Pada Kondisi seperti ini, perusahaan- perusahaan akan beroperasi pada kapasitas yang maksimal sehingga berdampak positif dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya inflasi desakan biaya adalah inflasi yang timbul karena adanya kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan harga atas barang yang diproduksi walaupun mereka menghadapi ancaman resiko pengurangan permintaan atas barang-barang yang diproduksi tersebut. Tindakan ini akan mengakibatkan perpindahan kurva penawaran agregat ke atas sehingga mengakibatkan harga-harga naik tetapi outputnya justru menurun dan berdampak negatif. Menurut laporan Bank Indonesia Tahun 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia antara lain: 1. Meningkatnya Kegiatan Ekonomi Meningkatnya kegiatan ekonomi mendorong peningkatan permintaan agregat tetapi tidak diimbangi dengan meningkatnya penawaran agregat. 2. Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan Kebijakan pemerintah menaikkan harga barang dan jasa seperti BBM, listrik, air minum dan rokok serta menaikkan upah minimum tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri akan memberikan tambahan inflasi IHK Indeks Harga Konsumen. 3. Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Pengaruh kuat depresiasi nilai tukar rupiah dari hasil penelitian Bank Indonesia, antara lain: a perilaku harga cenderung mudah meningkat karena pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah. b perilaku harga cenderung sulit untuk turun apabila nilai tukar rupiah menguat. 4. Tingginya ekspektasi inflasi masyarakat Tingginya inflasi IHK tidak lepas dari pengaruh ekspektasi inflasi oleh produsen dan pedagang serta konsumen. Tingginya ekspektasi inflasi pada produsen dan pedagang terutama dipengaruhi oleh tingginya inflasi tahun sebelumnya. Sedangkan ekspektasi para konsumen terutama dipengaruhi 14 oleh ekspektasi kenaikan harga barang-barang yang dikendalikan pemerintah dan ekspektasi nilai tukar rupiah. Tingkat inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya: 1. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. 2. Indeks harga konsumen IHK atau consumer price index CPI, adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. Menurut Mankiw 2003 terdapat beberapa perbedaan di antara dua ukuran tersebut. Deflator PDB mengukur harga seluruh barang dan jasa yang diproduksi, meliputi barang dan jasa yang diproduksi secara domestik, dan mengagregatkan berbagai tingkat harga memungkinkan kelompok barang berubah setiap saat bila komposisi PDB berubah. Sedangkan, CPI hanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli konsumen, dan menggunakan timbangan tetap terhadap harga barang-barang yang berbeda dihitung dengan menggunakan sekelompok barang tetap.

2.6 Pengeluaran Pembangunan Pemerintah