Pembangunan desa yang terfokus pada kegiatan ekonomi, sumberdaya dan geografi desa tersebut, diharapkan dapat memberikan multiplier efek yang luas,
seperti: perluasan lapangan kerja, investasi dan pembangunan infrastruktur. Selain itu diharapkan terjadinya keterkaitan ke belakang dan ke depan backward dan
forward linkages baik antar desa maupun antar desa dengan kota. Lebih lanjut
diharapkan ada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi masyarakat desa tersebut dan sekaligus dapat mengatasi kemiskinan yang ada di desa. Tipologi
yang digunakan dalam penelitian memperhatikan kegiatan ekonomi yang digambarkan oleh jenis usaha pertanian dan non pertanian, kepadatan penduduk
jarang, sedang dan padat serta letak geografis pesisir dan non pesisir.
2.6 Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Menurut Mc. Nicholas 1977, strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui
hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Salusu 1996 menyatakan pengertian strategi secara terinci
yaitu: 1 suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral, 2 menentukan dan menampilkan tujuansasaran jangka panjang, program aksi, dan
prioritas sumberdaya, 3 menyeleksi bidang yang akan digeluti, 4 mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama dengan memberikan respon
yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal dan kekuatan, serta kelemahannya, dan 5 melibatkan semua tingkatan hierarki dari organisasi.
Johnson dan Kevan 1993 menyatakan manajemen strategi setidaknya melalui tiga mata rantai yakni perumusan strategi strategic analyses,
impelementasi strategi stategic implementation dan strategic choice evalution.
Tahap perumusan strategi, termasuk di dalamnya mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan objektif
jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Tahap implementasi di dalamnya termasuk menetapkan
objektif tahunan memperlengkapi kebijakan, mengalokasikan sumberdaya, mengembangkan budaya organisasi yang dapat mendukung strategi dan
menciptakan struktur oganisasi yang obyektif. Tahap evaluasi strategi, tahap ini dilakukan untuk memperoleh informasi kapanbilamana suatu strategi tidak lagi
berfungsi dengan baik. Semua strategi dapat dimodifikasi baik karena faktor internal maupun eksternal maka perlu untuk: 1 meninjau faktor internal dan
eksternal, 2 mengatur prestasi, dan 3 mengambil tindakan korektif.
Sumber: Johnson dan Kevan, 1993
Gambar 4. Pengaruh-Pengaruh terhadap Strategic Analysis
Resources Strategic
Capability The
Environment Culture
Stakeholder Expectation
Strategic Analyses
Strategic Options
Strategic Implementation
Identifying Strategic
Options
Evaluating Option
Selecting Strategy
Managing Strategic
Changes Organization
Structure Design
Planning Allocation
Nurmanaf et al. 2000 menyatakan upaya pengentasan kemiskinan dapat diuraikan dalam tiga strategi utama. Ketiga strategi tersebut meliputi: 1
pertumbuhan ekonomi secara umum sebagai cara efektif untuk mengurangi kemiskinan jangka panjang berupa perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan pemerintah dan pendapatan masyarakat, 2 program khusus untuk meningkatkan kesempatan memperoleh pendapatan bagi masyarakat miskin, dan
3 program sosial jangka pendek dengan sasaran masyarakat miskin secara langsung untuk membantu memenuhi kebutuhan minimum pada standar hidup
pokok. BAPPENAS 2005 dalam kaitan dengan penanggulangan kemiskinan, menetapkan lima strategi nasional penanggulangan kemiskinan, yaitu:
1. Perluasan kesempatan, yaitu untuk menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin, baik
laki-laki dan perempuan dapat memperoleh kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan
2. Pemberdayaan kelembagaan
masyarakat yaitu
untuk memperkuat
kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya dan memperluas partisipasi masyarakat miskin, baik laki-laki maupun dalam pengambilan keputusan
kebijakan publik yang menjamin penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar.
3. Peningkatan kapasitas, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan
agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. 4. Perlindungan sosial, yaitu untuk memberikan perlindungan dan rasa aman
bagi kelompok yang rentan perempuan kepala rumahtangga, fakir miskin,
orang jompo, anak terlantar dan penyandang cacat dan masyarakat miskin baru, baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh bencana alam,
dampak krisis ekonomi dan konflik sosial. 5. Penataan kemitraan global, yaitu untuk mengembangkan dan menata ulang
hubungan dan kerjasama internasional guna mendukung pelaksanaan keempat strategi tersebut.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan selama ini didesain secara sentralistik oleh pemerintah pusat yang diwakili BAPPENAS. BAPPENAS
merancang program penanggulangan kemiskinan dengan dukungan alokasi dan distribusi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan
utang kepada Bank Dunia serta lembaga keuangan multinasional lainnya. Berkat alokasi anggaran yang memadai, pemerintah pusat menjalankan kebijakan
sentralistik dengan program-program yang bersifat karitatif. Sejak tahun 1970-an di bawah kebijakan economic growth sampai dengan sekarang, pemerintah pusat
menjadikan desa sebagai obyek dari seluruh proyek yang dijalankan untuk menanggulangi kemiskinan.
Berdasarkan kebijakan tersebut, pemerintah pusat menjalankan program- programnya dalam bentuk: 1 menurunkan jumlah persentase penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan melalui bantuan kredit, jaminan usaha dan pengadaan sarana dan prasarana di desa seperti Puskesmas, Inpres, KUD dan
sebagainya, 2 mengusahakan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat miskin melalui distribusi sembako yang dibagikan secara gratis kepada penduduk miskin,
3 mengusahakan pelayanan kesehatan yang memadai dengan menyebarkan tenaga-tenaga kesehatan ke desa dan pengadaan obat-obatan melalui Puskesmas,
4 mengusahakan penyediaan fasilitas pendidikan dasar dengan memperbanyak pendirian sekolah-sekolah Inpres, 5 menyediakan kesempatan bekerja dan
berusaha melalui proyek-proyek perbaikan sarana dan prasarana milik pemerintah, penyediaan kredit dan modal usaha yang diberikan dalam bentuk
pinjaman kepada masyarakat miskin, 6 memenuhi kebutuhan perumahan dan sanitasi dengan memperbanyak penyediaan rumah-rumah sederhana untuk orang
miskin, 7 mengusahakan pemenuhan air bersih dengan pengadaan PAM, dan 8 menyediakan sarana listrik masuk desa, sarana telekomunikasi dan sejenisnya.
Sahdan 2005 menyatakan berbagai program yang dijalankan oleh pemerintah tersebut lebih banyak menuai kegagalan dibandingkan dengan
keberhasilannya. Program Kredit Usaha Tani KUT merupakan salah satu di antara serangkaian program pemerintah yang menuai kegagalan. Sejak tahun
2000, program KUT yang dianggap gagal total diganti pemerintah dengan program baru yakni Program Kredit Ketahanan Pangan KKP yang
pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada bank, pemerintah hanya bertindak sebagai pemberi subsidi pada tahap awal. Berdasarkan target pemerintah, program
ini menuai sukses tahun 2004, tetapi tetap mengalami kegagalan karena kesulitan bank menyalurkan kredit kepada petani dan kesulitan petani membayar bunga
kredit. Program Pengembangan Kecamatan PPK merupakan lain yang
dilakukan selain program KUT dan KKP. Program ini bertujuan mengurangi kemiskinan di tingkat pedesaan, sekaligus memperbaiki kinerja pemerintah daerah
dengan cara memberi bantuan modal dan pengadaan infrastruktur. Inti dari program ini adalah perencanaan yang melibatkan masyarakat, laki-laki dan
perempuan, termasuk masyarakat miskin. Program ini dirancang melalui mekanisme musyawarah mulai dari tingkat dusun hingga ke tingkat kecamatan.
Program ini di beberapa daerah mengalami kegagalan, karena tidak adanya perencanaan yang matang dan juga kurangnya transparansi penggunaan dan
alokasi anggaran kepada masyarakat desa. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan pula diluncurkan berbagai
Inpres, seperti Inpres Kesehatan, Inpres Perhubungan, Inpres Pasar, Bangdes dan yang agak belakangan namun cukup terkenal adalah Inpres Desa Tertinggal
IDT. Dapat dicatat juga program-program pemberdayaan lainnya seperti Program Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil
P4K, Program Tabungan dan Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat Takesra- Kukesra dan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal
P3DT. Hampir semua departemen mempunyai program penanggulangan kemiskinan, dan dana yang telah dikeluarkan pemerintah untuk pelaksanaan
program-program tersebut telah mencapai puluhan trilyun rupiah namun kondisi kemiskinan belum banyak berubah Sulekale, 2003 dan Sajogyo, 1997.
Dapat disimpulkan bahwa kebijakan penanggulangan kemiskinan yang hanya bertumpu pada pertumbuhan makro yang selama ini didesain secara
sentralistik oleh pemerintah pusat yang diwakili BAPPENAS tidak cukup. Berbagai program yang dijalankan oleh pemerintah tersebut, lebih banyak menuai
kegagalan dibandingkan dengan keberhasilannya. Strategi yang terpusat, tidak memperhatikan faktor penyebab dan karakteristik spesifik lokasi akan menuai
kegagalan. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dirumuskan strategi penanggulangan kemiskinan spesifik lokasi.
2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu