101
6.1 Faktor Penyebab dan Karakteristik Kemiskinan Desa Berdasarkan
Jenis Usaha
6.1.1 Pertanian
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti yang terlihat pada Lampiran 1, diketahui bahwa nilai uji Kaiser Meyer Olkin KMO sebesar 0.69 dengan nilai
signifikansi 0.00. Nilai KMO yang dihasilkan adalah di atas 0.50 dan nilai signifikansinya di bawah 0.05 maka data yang digunakan sudah cukup untuk
dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor. Tabel Total Variance Explained menunjukkan bahwa faktor yang
terbentuk sebanyak lima faktor dengan kriteria nilai Cummulative Sums of Square Loadings ≥ 60 persen. Setelah dirotasi, faktor pertama mampu menerangkan
keragaman data awal sebesar 17.60 persen, faktor kedua mampu menerangkan sebesar 16.76 persen, faktor ketiga mampu menerangkan sebesar 13.93 persen,
faktor keempat mampu menerangkan sebesar 13.91 persen dan faktor kelima mampu menerangkan sebesar 11.89 persen. Kelima faktor ini secara bersama-
sama mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 74.09 persen. Faktor-faktor yang telah terbentuk selanjutnya diberi nama berdasarkan
indikator-indikator yang berkorelasi di dalamnya. Tabel 23 menunjukkan korelasi antara indikator dengan faktornya. Tabel tersebut menunjukkan bahwa faktor
pertama berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas ekonomi dan pendidikan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini
berhubungan dengan ekonomi dan keterampilan. Faktor kedua berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga medis,
faktor ini berhubungan dengan kesehatan. Faktor ketiga berkorelasi tinggi dengan
102
indikator desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial dan fasilitas pendidikan, faktor ini berhubungan dengan sosial dan pendidikan. Faktor keempat
berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga miskin BKKBN dan
rumahtangga penerima kartu sehat, faktor ini berhubungan dengan status rumahtangga miskin. Faktor kelima berkorelasi tinggi dengan indikator
rumahtangga bukan pengguna listrik, faktor ini berhubungan dengan sumber penerangan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Erwidodo et al. 1991 dan
Kemala et al. 1991 bahwa faktor penyebab kemiskinan suatu wilayah disebabkan keterbatasan sarana prasarana umum diantaranya seperti sarana
transportasi, sarana irigasi, sarana pendidikan, penguasaan faktor produksi termasuk modal dan teknologi dan keterbatasan alternatif lapangan usaha.
Papilaya 2006 menyatakan bahwa faktor-faktor determinan yang secara langsung mempengaruhi kesejahteraan rumahtangga miskin pada tipologi
kemiskinan pedesaan, yaitu: modal alamiah akses terhadap sumberdaya alam, modal fisikal akses terhadap kelembagaan dan kondisi perumahan, modal
finansial tingkat pendapatan dan sumber modal dan perilaku rumahtangga miskin aspek kognitif dan keterampilan.
Tabel 23. Nilai Beban Faktor yang Telah Dirotasi pada Desa Pertanian Faktor
Indikator 1
2 3
4 5
Zscore : Fasilitas Ekonomi
0.79
0.14 0.26
-0.04 -0.07
Zscore : Pendidikan Keterampilan
0.72
0.14 -0.01
0.16 0.21
Zscore : Fasilitas Kesehatan
0.12
0.88
-0.02 -0.13
-0.03 Zscore
: Tenaga Medis 0.48
0.66
0.15 -0.03
0.14 Zscore
: Perlindungan Sosial 0.31
-0.10 0.84
-0.12 -0.02
Zscore : Fasilitas Pendidikan
-0.09 0.47
0.67
0.23 0.20
Zscore : Rumahtangga Miskin
-0.11 0.01
-0.02
0.81
-0.19 Zscore:
Kartu Sehat 0.25
-0.15 0.02
0.69
0.14 Zscore
: Pengguna Listrik 0.11
0.05 0.06
- 0.06
0.95
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
103
Secara ringkas, jumlah faktor yang terbentuk berdasarkan kesembilan indikator tersebut terdiri atas faktor ekonomi dan keterampilan, faktor kesehatan,
faktor sosial dan pendidikan, faktor status kemiskinan rumahtangga, serta faktor sumber penerangan. Selanjutnya, kelima faktor ini akan dilibatkan dalam analisis
gerombol. Analisis gerombol melalui teknik berhierarki dengan pendekatan metode
ward digunakan untuk menentukan desa miskin dan tidak miskin. Penentuannya dilihat melalui nilai rata-rata faktor pada masing-masing kelonpok. Santoso
2002, interpretasi dan pemberian nama pada masing-masing kelompok dalam analisis gerombol dilakukan dengan membandingkan rata-rata peubahnya dengan
rata-rata peubah seluruh observasi. Data yang digunakan telah terstandarisasi maka rata-rata seluruh observasinya bernilai nol 0. Interpretasi kelompok-
kelompok yang terbentuk dapat dilihat melalui nilai positif +, nilai negatif - dan besaran angka peubahnya. Apabila rata-rata peubah pada suatu kelompok
nilainya berada di bawah rata-rata peubah seluruh observasi maka kelompok tersebut memiliki nilai rata-rata kurang, dapat diinterpretasikan kelompok “tidak
baik”. Apabila rata-rata peubah pada suatu kelompok nilainya berada di atas rata- rata peubah seluruh observasi maka kelompok tersebut memiliki nilai rata-rata
lebih, dapat diinterpretasikan kelompok “baik”. Perlu diketengahkan disini bahwa rata-rata setiap kelompok dalam analisis gerombol dengan metode berhirarki tidak
tersedia pada outputnya sehingga dapat digunakan analisis diskrimanan untuk memperolehnya.
Hasil pengolahan seperti yang terlihat pada Lampiran 2 menunjukkan, dari 243 desa yang memiliki usaha di bidang pertanian, 84 desa 34.57 persen
104
diantaranya dikategorikan miskin dan 159 desa 65.43 persen dikategorikan tidak miskin. Penetapan ini didasarkan pada nilai rata-rata faktor pada masing-masing
kelompok seperti yang tertera pada Tabel 24. Pada tabel, kelompok satu dikategorikan sebagai kelompok miskin. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata
faktor positifnya lebih banyak dari kelompok dua. Nilai-nilai positif pada kelompok satu adalah faktor ekonomi dan keterampilan, faktor sosial dan
pendidikan, faktor status rumahtangga miskin dan faktor sumber penerangan sedangkan faktor kesehatan bernilai negatif. Sementara nilai-nilai pada kelompok
dua merupakan kebalikan dari kelompok satu, dengan demikian kelompok dua dikategorikan sebagai kelompok tidak miskin. Nilai-nilai positif dari faktor
ditetapkan sebagai penentu kemiskinan desa miskin sebaliknya nilai-nilai negatif sebagai penentu desa tidak miskin.
Tabel 24. Nilai Rata-Rata Skor Faktor pada Masing-Masing Kelompok di Desa Pertanian
Faktor Kelompok 1
Miskin Kelompok 2
Tidak Miskin Ekonomi dan keterampilan
0.33 -0.17
Kesehatan -0.83
0.44 Sosial dan pendidikan
0.28 -0.15
Status kemiskinan rumahtangga 0.51
-0.27 Sumber penerangan
0.18 -0.09
Jumlah desa 84.00
159.00 Persentase
34.57 65.43
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Selanjutnya, penjabaran karakteristik desa miskin dan tidak miskin digunakan indikator yang signifikan pada masing-masing faktornya seperti yang
pada Tabel 25. Apabila nilai rata-rata suatu indikator berada di atas nilai rata-rata seluruh desa total maka nilai indikator tersebut rendah buruk dan dapat
105
mencerminkan kemiskinan. Artinya indikator tersebut perlu mendapat perlakuan pemerintah dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Sebaliknya apabila nilai
rata-rata setiap indikator berada di di bawah nilai rata-rata seluruh desa maka nilai indikator tersebut tergolong baik dan dapat mencerminkan desa tidak miskin.
Tabel 25. Nilai Rata-Rata Indikator dan Total Menurut Status Desa di Desa Pertanian
Status Desa Indikator
Miskin Tidak Miskin
Total Fasilitas Ekonomi
98.04
95.22 96.19
Keterampilan
99.82
96.57 97.69
Perlindungan Sosial 83.15
78.49 80.10
Rumahtangga Miskin
57.85
48.21 51.54
Kartu Sehat
45.21
29.22 34.75
Pengguna Listrik
58.57
52.61 54.67
Fasilitas Kesehatan 75.54
94.43
87.90 Tenaga Medis
68.21
77.48
74.28 Fasilitas Pendidikan
43.09
43.77
43.54
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 25 menunjukkan bahwa terdapat tiga indikator yang memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa total yaitu ketiadaan fasilitas kesehatan, ketiadaan
tenaga medis dan ketiadaan fasilitas pendidikan. Namun, selisih nilai indikator ketiadaan fasilitas pendidikan dengan nilai totalnya tidak terlalu besar sehingga
indikator ini belum sensitif mengindikasikan kemiskinan. Meskipun digolongkan sebagai kelompok desa tidak miskin namun rata-rata proporsi ketersediaan
fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga medis di kelompok desa tersebut masih rendah. Sedangkan pada kelompok desa miskin, terdapat enam indikator yang
memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa total yaitu ketiadaan fasilitas ekonomi, ketiadaan fasilitas pendidikan keterampilan, ketiadaan fasilitas
perlindungan sosial, rumahtangga miskin BKKBN, rumahtangga penerima kartu sehat serta rumahtangga bukan pengguna listrik.
106
Secara spesifik, karakteristik desa miskin dan tidak miskin dapat divisualisasikan melalui diagram batang bar chart. Apabila nilai persentase
suatu indikator berada di atas 50 persen pada masing-masing kelompok desa maka indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai permasalahan yang perlu diperhatikan
pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Gambar 7. Karakteristik Kemiskinan Desa Pertanian Berdasarkan Indikator pada Faktor Satu
Gambar 7 menunjukkan karakteristik desa di wilayah pertanian berdasarkan indikator yang signifikan pada faktor satu. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa sebanyak 124 desa tidak miskin 77.99 persen dan 74 desa miskin 88.10 persen tidak memiliki fasilitas ekonomi di atas rata-rata seluruh
desa pertanian yang diteliti. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar desa baik miskin atau tidak miskin masih kekurangan fasilitas ekonomi. Begitu juga dengan
indikator desa yang tidak memiliki fasilitas keterampilan, sebanyak 139 desa tidak miskin 87.42 persen dan 83 desa miskin 98.81 persen tidak memiliki fasilitas
107
keterampilan di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Artinya, sebagian besar desa baik miskin maupun tidak miskin di wilayah pertanian kekurangan fasilitas
keterampilan. Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa ketiadaan fasilitas ekonomi dan fasilitas keterampilan di wilayah pertanian Kabupaten
Pandeglang masih tergolong tinggi.
Gambar 8. Karakteristik Kemiskinan Desa Pertanian Berdasarkan Indikator pada Faktor Dua
Gambar 8 menunjukkan karakteristik desa di wilayah pertanian berdasarkan indikator yang signifikan pada faktor dua. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa sebanyak 114 desa tidak miskin 72.33 persen dan 15 desa miskin 17.86 persen tidak memiliki fasilitas kesehatan di atas rata-rata seluruh
desa pertanian yang diteliti. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar desa tidak miskin masih kekurangan fasilitas ekonomi. Begitu juga dengan indikator desa
yang tidak memiliki fasilitas tenaga medis, sebanyak 91 desa tidak miskin 57.23 persen dan 20 desa miskin 23.81 persen tidak memiliki tenaga medis di atas
108
rata-rata seluruh desa total di wilayah pertanian. Artinya, sebagian besar desa tidak miskin di wilayah pertanian kekurangan jumlah tenaga medis. Secara
keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa ketiadaan fasilitas kesehatan dan tenaga medis di wilayah pertanian Kabupaten Pandeglang untuk desa tidak miskin
masih tergolong tinggi.
Gambar 9. Karakteristik Kemiskinan Desa Pertanian Berdasarkan Indikator pada Faktor Tiga
Gambar 9 menunjukkan karakteristik desa di wilayah pertanian berdasarkan indikator yang signifikan pada faktor tiga. Gambar tersebut
menunjukakkan bahwa sebanyak 91 desa tidak miskin 57.23 persen dan 70 desa miskin 83.33 persen tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial di atas rata-rata
seluruh desa total di wilayah pertanian. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar desa baik miskin atau tidak miskin masih kekurangan fasilitas perlindungan
sosial. Begitu juga dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan, sebanyak 108 desa tidak miskin 67.92 persen dan 52 desa miskin 61.90 persen
109
tidak memiliki fasilitas pendidikan di atas rata-rata seluruh desa total di wilayah pertanian. Artinya, sebagian besar desa baik miskin maupun tidak miskin di
wilayah pertanian masih kekurangan fasilitas pendidikan. Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa ketiadaan fasilitas perlindungan sosial dan fasilitas
pendidikan di wilayah pertanian Kabupaten Pandeglang masih tergolong tinggi.
Gambar 10. Karakteristik Kemiskinan Desa Pertanian Berdasarkan Indikator pada Faktor Empat
Gambar 10 menunjukkan karakteristik desa di wilayah pertanian berdasarkan indikator yang signifikan pada faktor empat. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa sebanyak 62 desa tidak miskin 38.99 persen dan 51 desa miskin 60.71 persen memiliki persentase penduduk miskin di atas rata-rata
seluruh desa total di wilayah pertanian. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar desa miskin memiliki persentase penduduk miskin yang besar. Begitu juga dengan
indikator kepemilikan kartu sehat, sebanyak 41 desa tidak miskin 25.79 persen dan 52 desa miskin 61.90 persen penduduknya tidak memiliki kartu sehat di atas
110
rata-rata seluruh desa total di wilayah pertanian. Artinya, sebagian besar penduduk desa miskin di wilayah pertanian tidak memiliki kartu sehat. Secara
keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa desa miskin di wilayah pertanian Kabupaten Pandeglang, sebagian besar penduduknya berstatus miskin dan tidak
memiliki kartu sehat.
Gambar 11. Karakteristik Kemiskinan Desa Pertanian Berdasarkan Indikator pada Faktor Lima
Gambar 11 menunjukkan karakteristik desa di wilayah pertanian berdasarkan indikator yang signifikan pada faktor lima. Gambar tersebut
menujukkan bahwa sebanyak 71 desa tidak miskin 44.65 persen dan 45 desa miskin 53.57 persen memiliki penduduk yang tidak menggunakan listrik di atas
rata-rata seluruh desa total di wilayah pertanian. Dapat dikatakan bahwa akses listrik oleh sebagian besar penduduk di desa miskin di wilayah pertanian
Kabupaten Pandeglang tergolong belum memadai. Secara keseluruhan, uraian karakteristik kemiskinan desa di wilayah
pertanian di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa permasalahan diantaranya,
111
pada kelompok desa miskin yaitu: 1 minimnya fasilitas pendidikan, 2 minimnya fasilitas pendidikan keterampilan, 3 minimnya fasilitas perlindungan
sosial, 4 akses penduduk ke listrik masih tergolong rendah, 5 minimnya fasilitas ekonomi, 6 tingginya proporsi penduduk miskin dan 7 tingginya
proporsi penduduk yang menerima kartu sehat. Sedangkan permasalahan yang dijabarkan pada kelompok desa tidak miskin yaitu: 1 minimnya fasilitas
penddikan, 2 minimnya fasilitas pendidikan keterampilan, 3 minimnya fasilitas kesehatan, 4 minimnya tenaga medis, 5 minimnya fasilitas perlindungan sosial,
dan 6 minimnya fasilitas ekonomi.
6.1.2 Non Pertanian