kapabilitas dasar yang kemudian menghambat mereka untuk mencapai harkat martabat sebagai warganegara. Gagalnya kapabilitas dasar itu sering muncul
dalam berbagai kasus, termarginalisasinya masyarakat miskin dari kehidupan sosial dan membuat mereka semakin tidak berdaya untuk menyampaikan
aspirasinya. Kasus tersebut terjadi sebagai akibat dari proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang memposisikan masyarakat miskin sebagai obyek dan
mengabaikan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan.
12. Rendahnya akses masyarakat terhadap lembaga permodalan Sekitar 50 persen rumahtangga tidak memiliki akses yang baik terhadap
lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan.
8.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai faktor yang menjadi peluang Opportunity dan ancaman
Threat. Peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang antara lain: 1. Pemberlakuan Otonomi Daerah melalui asas Desentralisasi serta iklim
demokratis yang memberikan kewenangan luas kepada daerah Pemberlakuan otonomi daerah merupakan salah satu peluang bagi
pembangunan daerah. Pelaksanaan otonomi daerah yang menggunakan prinsip desentralisasi serta iklim demokrasi, dimana daerah diberi kewenangan mengurus
dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintah pusat. Pergeseran kewenangan tersebut memberikan posisi dan peluang yang lebih besar
pada daerah untuk berperan seoptimal mungkin dalam membangun daerahnya.
Dengan demikian Kabupaten Pandeglang memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengelola sektor-sektor pembangunan yang akan dilaksanakan termasuk di
dalam pengentasan kemiskinan. 2. Adanya perhatian Pemerintah Pusat terhadap penanggulangan kemiskinan
Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen untuk mempercepat pemecahan masalah kemiskinan dengan membentuk Komite Penanggulangan
Kemiskinan yang ditetapkan pada tanggal 7 Desember 2001 melalui Keputusan Presiden No. 124 tahun 2001 yang dilengkapi Kepres No. 8 tahun 2002. Selain iu
berbagai program penanggulangan kemiskinan seperti Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP, Program Pengembangan Kecamatan PPK,
Program Pengembangan Prasarana Perdesaan P2D dan Program Pemberdayaan Masyarakat
untuk Pembangunan
Desa P2MPD,
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM Mandiri, Program Aksi Desa Mandiri Pangan dan Program Agribisnis dan Usaha Perdesaan PUAP telah
memberikan ruang bagi partisipasi masyarakat miskin mulai dari tahapan perencanaan hingga evaluasi.
3. Terdapatnya beberapa lembaga donor, LSM dan swasta dalam upaya pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan tentunya tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah semata tepai juga perlu dukungan dan keterlibatan dari seluruh
komponen masyarakat. Lembaga donor dan LSM tentunya juga memegang peranan dalam pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Swasta
lewat Corporate Social Responsibility CSR juga sangat mendukung program pengentasan kemiskinan.
4. Perkembangan teknologi Perkembangan teknologi pada umumnya menjadi suatu peluang yang
dapat memberikan dampak positif bagi kinerja pembangunan. Akses masyarakat terhadap informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi
semakin terbuka luas. 5. Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta, perbankan atau pihak lain
Kesempatan untuk melakukan kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain baik bagi pemerintah maupun masyarakat masih cukup
terbuka lebar, apalagi dengan potensi sumberdaya yang belum dimanfaatkan secara optimal. Peluang ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada di wilayah miskin. Selain itu pemerintah pada November 2007 juga telah meluncurkan Program Kredit Usaha Rakyat KUR
yang dikhususkan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM dengan pola penjaminan pemerintah.
Beberapa ancaman yang dihadapi oleh Kabupaten Pandeglang dalam upaya penanggulangan kemiskinan, antara lain:
1. Persaingan antar wilayah dan era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi
Adanya persaingan antar wilayah dan era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi menjadi suatu ancaman bagi pembangunan wilayah
Kabupaten Pandeglang karena dalam beberapa hal Kabupaten Pandeglang belum memiliki daya saing yang cukup untuk menghadapi persaingan antar wilayah dan
era globalisasi.
2. Terjadinya degradasi sumberdaya alam akibat eksploitasi SDA yang tidak terkendali
Masyarakat miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan lingkungan. Masyarakat miskin yang tinggal di
daerah perdesaan, daerah pinggiran hutan, kawasan pesisir dan daerah pertambangan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber
penghasilan. Masyarakat miskin mengalami masalah dalam mengakses sumber- sumber air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga dan usaha
tani karena menurunnya kuantitas dan kualitas air yang dapat dimanfaatkan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kapasitas tampung waduk dan kapasitas
pengaliran sungai akibat meningkatnya penggundulan hutan serta sedimentasi. Pengambilan air oleh perusahaan air minum di beberapa daerah hulu
mengakibatkan berkurangnya pasokan air untuk pemenuhan air baku dan irigasi di wilayah hilir sehingga menurunkan intensitas tanam dan kelangkaan air baku.
Proses pemiskinan juga terjadi dengan menyempitnya dan hilangnya sumber matapencaharian masyarakat miskin akibat penurunan mutu lingkungan hidup
terutama hutan, laut dan daerah pertambangan. 3. Dampak kenaikan harga BBM terhadap berbagai harga kebutuhan dasar
masyarakat Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi memperkirakan
orang miskin bisa bertambah 8.55 persen akibat kenaikan harga BBM sebesar 30 persen. Selain itu juga bisa mengakibatkan tambahan inflasi 26.94 persen.
Kenaikan harga BBM dapat menyebabkan daya beli masyarakat akan jauh menurun terutama untuk pangan.
8.1.3 Tahap Masukan