4. Pembangunan fasilitas perlindungan sosial yang memadai sehingga
masyarakat dapat mudah mengakses fasilitas perlindungan sosial yang dibutuhkan.
5. Pembangunan jaringan listrik masuk desa sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses listrik.
8.2.3 Kepadatan Penduduk
Desa miskin di daerah berpenduduk jarang secara umum 66.67 persen memiliki persentase lahan yang tidak diusahakan di atas rata-rata, 83.33 persen
desa memiliki persentase rumahtangga penerima kartu sehat di atas rata-rata, 75 persen desa tidak memiliki fasilitas keterampilan yang kurang memadai, 58.33
persen desa tidak memiliki fasilitas pendidikan yang kurang memadai, 91.67 persen desa tidak memiliki fasilitas ekonomi yang tidak memadai dan 58.33
persen desa memiliki nilai rata-rata indikator rumahtangga miskin BKKBN di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti.
Rumusan strategi dalam rangka menanggulangi masalah yang menyebabkan kemiskinan di daerah berpenduduk
jarang adalah sebagai berikut: 1. Optimalisasi pemanfaatan lahan tidur dengan memanfaatkannya untuk
kegiatan usaha produktif baik dibidang on farm, non farm maupun non farm sehingga dapat memberikan penghasilan bagi penduduk desa.
2. Pengentasan rumahtangga miskin dengan berbagai strategi yang dihasilkan. 3. Pembangunan fasilitas pendidikan formal dan non formal keterampilan
sehingga masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan, kapasitas dan
keterampilan sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dapat membuka usaha sendiri.
4. Pembangunan fasilitas ekonomi seperti perkampungan industri kecil, pertokoan, pasar, penginapan, lembaga keuangan mikro dan lain-lain agar
masyarakat dapat melakukan aktivitas ekonomi dengan mudah. Desa miskin di daerah berpenduduk sedang secara umum 75.64 persen
tidak memiliki fasilitas ekonomi yang memadai, sebanyak 70.69 persen desa memiliki persentase rumahtangga penerima kartu sehat di atas rata-rata, 91.38
persen desa memiliki persentase rumahtangga miskin BKKBN di atas rata-rata, 85.76 persen desa memiliki persentase rumahtangga bukan pengguna listrik di
atas rata-rata, 75.64 persen desa tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial yang memadai, 70.51 persen desa tidak memiliki fasilitas pendidikan memadai dan
97.43 persen desa tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan yang memadai. Rumusan strategi dalam rangka menanggulangi masalah yang menyebabkan
kemiskinan di daerah berpenduduk sedang adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan fasilitas ekonomi seperti perkampungan industri kecil,
pertokoan, pasar, penginapan, lembaga keuangan mikro dan lain-lain agar masyarakat dapat melakukan aktivitas ekonomi dengan mudah.
2. Pengentasan rumahtangga miskin dengan berbagai strategi yang dihasilkan. 3. Pembangunan
fasilitas perlindungan sosial yang memadai sehingga masyarakat dapat mudah mengakses fasilitas perlindungan sosial yang
dibutuhkan. 4. Pembangunan fasilitas pendidikan formal dan non formal keterampilan
sehingga masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan, kapasitas dan
keterampilan sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dapat membuka usaha sendiri.
Desa miskin di daerah berpenduduk padat secara umum 58.82 persen tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, 60.78 persen desa tidak
memiliki tenaga medis yang memadai, 54.90 persen tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial yang memadai, seluruh desa miskin tidak memiliki fasilitas
pendidikan keterampilan yang memadai, 66.67 persen desa miskin tidak memiliki fasilitas ekonomi yang memadai dan 54.90 persen desa miskin tidak memiliki
persentase rumahtangga bukan pengguna listrik di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti.
Rumusan strategi dalam rangka menanggulangi masalah yang menyebabkan kemiskinan di daerah berpenduduk padat adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, tempat praktek dokter dan lainnya sesuai standar yang
berlaku agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan. 2. Distribusi tenaga medis seperti dokter, bidan dan perawat ke daerah-daerah
tertinggal sehingga layanan kesehatan bagi masyarakat dapat terpenuhi. 3. Pembangunan
fasilitas perlindungan sosial yang memadai sehingga masyarakat dapat mudah mengakses fasilitas perlindungan sosial yang
dibutuhkan. 4. Pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan sehingga masyarakat dapat
meningkatkan kapasitas dan keterampilan sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dapat membuka usaha sendiri atau
berwirausaha.
5. Pembangunan fasilitas ekonomi seperti perkampungan industri kecil, pertokoan, pasar, penginapan, lembaga keuangan mikro dan lain-lain agar
masyarakat dapat melakukan aktivitas ekonomi dengan mudah sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat.
6. Pembangunan jaringan listrik masuk desa sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses listrik.
Salah faktor penyebab kemiskinan di wilayah pedesaan pada berbagai tipologi adalah tingginya rumahtangga miskin. Agar dapat menanggulangi
kemiskinan di tingkat wilayah tentunya harus memecahkan masalah yang menjadi faktor penyebab kemiskinan wilayah tersebut. Terkait dengan hal tersebut, untuk
menanggulangi kemiskinan di wilayah pedesaan maka perlu mengatasi faktor penyebabnya salah satunya yaitu rumahtangga miskin yang terdapat di wilayah
tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa mengkaji kemiskinan di tingkat rumahtangga dan strategi penanggulangannya sangat penting dalam rangka
menanggulangi kemiskinan di tingkat wilayah. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya dan focus group discussion dengan tokoh masyarakat, aparat,
pendamping desa dan masyarakat maka diperoleh kesimpulan bahwa
pembangunan fasilitas kesehatan perlu dilakukan pada seluruh tipologi, selanjutnya pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan dan pengentasan
kemiskinan rumahtangga perlu juga dilakukan seperti terlihat pada Tabel 57 berikut ini.
Tabel 57. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Tipologi Desa Tiplogi
Jenis Usaha Geografi
Kepadatan Penduduk No
Strategi Pertanian
Non Pertanian
Pesisir Non
Pesisir Jarang
Sedang Padat
1 Pembangunan fasilitas ekonomi
v v
v v
v v
v 2
Pembangunan fasilitas kesehatan v
v v
v 3
Pembangunan fasilitas perlindungan sosial v
v v
v v
4 Distribusi tenaga medis
v v
v 5
Pembangunan fasilitas pendidikan v
v v
6 Pengentasan rumahtangga miskin
v v
v v
v v
7 Pembangunan jaringan listr ik
v v
v 8
Pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan v
v v
v v
v 9
Optimalisasi pemanfaatan lahan tidur v
250
Rumahtangga di desa lokasi penelitian secara umum memiliki jumlah anggota rumahtangga lebih dari empat orang. Hal ini menyebabkan jumlah tenaga
kerja di dalam rumahtangga tinggi. Lapangan usaha kelompok rumahtangga masih di dominasi oleh pertanian, sehingga mereka memiliki keterampilan dalam
berusahatani tanaman pangan, hortikulur maupun perkebunan. Selain itu anggota rumahtangga memiliki keterampilan dalam membuat emping karena bahan baku
pembuatnya yaitu melinjo banyak dihasilkan di Pandeglang. Selain itu ada juga rumahtangga yang memiliki kemampuan dalam membuat batu bata dan rumbia
sebagai bahan pembuat tempat tinggal. Masyarakat di desa penelitian masih memiliki pranata-pranata sosial yang masih dijunjung tinggi. Gotong royong,
arisan, pengajian dan kegiatan sosial lain masing dijumpai di empat desa ini. Disamping kekuatan, tentunya rumahtangga di desa penelitian juga
memiliki berbagai kelemahan, antara lain: 1. Jumlah tanggungan
rumahtangga besar tingginya jumlah anggota rumahtangga dan kepemilikan balita
Rumahtangga miskin di Desa Babakan Keusik yang memiliki jumlah anggota rumahtangga di atas lima orang pada kelompok miskin sebesar 46.1
persen, di Desa Bulagor sebesar 44.8 persen, di Desa Sudimanik sebesar 47.7 persen dan di Desa Cikalong sebesar 32.1 persen. Dilihat dari kepemilikan balita
di desa Babakan Keusik, rumahtangga miskin yang mempunyai balita sebanyak 47.7 persen, Desa Bulagor sebanyak 47.7 persen, Desa Sudimanik sebanyak 54.3
persen persen dan Desa Cikalong sebanyak 53.3 persen. Beban hidup kelompok rumahtangga miskin semakin besar karena jumlah anggota rumahtangga dan
jumlah balita yang dimiliki menjadi tinggi.
2. Tingginya jumlah anak usia 7 – 15 tahun drop out rendahnya tingkat pendidikan
Jumlah anak usia sekolah di empat desa di Kabupaten Pandeglang pada kelompok rumahtangga miskin lebih besar dibandingkan dengan pada kelompok
rumahtangga tidak miskin. Cukup banyak secara umum di atas 20 persen anak- anak yang tidak mampu yaitu dari rumahtangga miskin tidak mendapatkan
kesempatan untuk sekolah. Desa Babakan Keusik pada kelompok miskin anak yang drop out mencapai 24 persen.
3. Kondisi rumah yang tidak memadai luas lahan hunian sempit, jenis lantai hunian dari tanah, sumber air minum kurang sehat dan sumber penerangan
bukan listrik Luas lantai per kapita kasus di empat desa terlihat jelas bahwa pada
kelompok rumahtangga miskin mempunyai karakteristik luas rumah kecil dihuni oleh banyak anggota rumahtangga terlihat dengan tingginya persentase hunian per
kapita kurang dari 5 m
2
dan antara 5-9 m
2
secara umum diatas 60 persen. Jenis lantai hunian pada kelompok rumahtangga miskin terbesar di empat desa secara
umum dari lantai tanah dan bambu dengan persentase secara umum lebih dari 50 persen. Rumahtangga miskin yang mengkonsumsi air dari sumber yang kurang
sehat seperti sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai dan air hujan masih tinggi secara umum dengan persentase di atas 50 persen. Sumber
penerangan di Desa Babakan Keusik dan Desa Cikalong secara keseluruhan masih sangat rendah untuk pemakaian listrik PLN kurang dari 50 persen. Secara umum
mereka menggunakan pelitasentir sebagai sumber penerangan. Sumber
penerangan di Desa Bulagor dan Desa Sudimanik secara keseluruhan sudah cukup baik untuk pemakaian listrik PLN dengan persentase di atas 80 persen.
4. Rendahnya kepemilikan asset lahan, kendaraan bermotor dan tidak bermotor, ternak
Rumahtangga miskin umumnya tidak memiliki lahan, rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan diatas 60 persen. Rumahtangga di Desa
Babakan Keusik, Bulagor, Sudimanik dan Cikalong secara umum tidak memiliki kendaraan bermotor. Di Desa Babakan Keusik, Sudimanik, Bulagor, dan Cikalong
persentase rumahtangga miskin yang tidak memiliki kendaraan bermotor mencapai 88.7 persen, 93.3 persen, 89.2 persen, dan 87.6 persen. Rumahtangga di
Desa Babakan Keusik, Bulagor, Sudimanik dan Cikalong secara umum tidak memiliki kendaraan tidak bermotor. Desa Babakan Keusik, Sudimanik, Bulagor
dan Cikalong persentase rumahtangga miskin yang tidak memiliki kendaraan bermotor mencapai 83.6 persen, 94.9 persen, 88.7 persen dan 94.2 persen. Terkait
dengan pemilikan hewan ternak, rumahtangga miskin umumnya mereka tidak memiliki hewan ternak. Desa Babakan Keusik, Desa Bulagor dan Sudimanik
rumahtangga miskin yang tidak mempunyai ternak jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan
rumahtangga tidak miskin. Sedangkan di Desa Cikalong rumahtangga miskin yang tidak memiliki ternak sebanyak 82.7 persen.
5. Rendahnya kemampuan daya beli Kemampuan rumahtangga untuk mengkonsumsi dagingayamikantelur
selama seminggu yang lalu di Desa Babakan Keusik dan Desa Bulagor pada kelompok rumahtangga miskin kurang dari 32 persen. Sementara itu di Desa
Sudimanik dan Desa Cikalong masih buruk, lebih dari 60 persen yang tidak mengkonsumsi dagingayamikantelur selama seminggu yang lalu.
6. Proporsi pengeluaran untuk pangan tinggi Persentase pengeluaran makan terhadap total pengeluaran di Desa
Babakan Keusik pada kelompok rumahtangga miskin yang memiliki persentase lebih besar dari 80 persen dari total pengeluaran adalah sebanyak 41.7 persen.
Sementara itu di Desa Bulagor sebanyak 61.1 persen, Desa Sudimanik sebanyak 62.2 persen dan Desa Cikalong sebanyak 30.7 persen.
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya dan focus group discussion dengan tokoh masyarakat, aparat, pendamping desa dan masyarakat maka
diperoleh gambaran tentang kondisi lingkungan eksternal sebagai berikut. Peluang yang dimiliki oleh rumahtangga untuk keluar dari kemiskinan adalah sebagai
berikut: 1. Wilayah merupakan daerah sentra produksi tanaman pangan padi palawija,
telur itik, emping, batu bata dan atap rumbia Desa Babakan Keusik, Bulagor, Sudimanik dan Cikalong merupakan
daerah yang menjadi sentra produksi bagi tanaman pangan seperti padi palawija, telur itik, emping, batu bata dan atap rumbia.
2. Permintaan pasar terhadap hasil produksi telur itik dan emping tinggi Permintaan pasar terhadap hasil produksi terutama telur itik dan emping
tinggi. Setiap minggu ada pedagang pengumpul yang membeli hasil produksi mereka. Telur itik misalnya dihargai Rp 900 per butir.
3. Adanya program pengentasan kemiskinan di wilayah desa Sejak tahun 2006 Desa Babakan Keusik, Bulagor, Cikalong dan
Sudimanik mendapat alokasi Program Pengembangan Desa Mandiri Pangan. Target dari program ini adalah rumahtangga miskin. Program dilaksanakan
selama empat tahapan yaitu tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian dimana setiap tahapannya dilakukan selama satu tahun. Komponen
kegiatannya berupa pemberdayaan masyarakat, pengembangan sistem ketahanan pangan dan sarana prasarana. Setiap desa mendapat fasilitasi tenaga pendamping,
penguatan modal usaha, pelatihan dan pembinaan. 4. Adanya tenaga pendamping desa
Desa Babakan Keusik, Bulagor, Cikalong dan Sudimanik seperti diuraikan mendapat alokasi program pengembangan desa. Salah satu fasilitasi
yang diterima adalah adanya tenaga pendamping yang tinggal di desa tersebut. Tenaga pendamping yang direkrut adalah tenaga pendamping yang memiliki
kapasitas dibidang pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha. Masyarakat desa dapat memanfaatkan tenaga pendamping tersebut untuk
meningkatkan kapasitasnya baik dalam hal administrasi, organisasi dan berusaha. Ancaman yang dihadapi oleh rumahtangga untuk keluar dari kemiskinan
adalah sebagai berikut: 1. Adanya rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi
Rumahtangga miskin di Desa Babakan Keusik, Bulagor, Sudimanik dan Cikalong umumnya memiliki modal usaha yang rendah dan sulit untuk mengakses
terhadap sumber permodalan yang ada. Satu-satunya sumber permodalan yang mudah diakses adalah rentenir. Namun hal ini dapat mengancam rumahtangga
yang meminta pinjaman karena rentenir tersebut meminta bunga pinjaman yang tinggi sehingga peminjam tidak dapat membayar pinjamannya.
2. Adanya pengijon yang membeli hasil usahatani dengan harga murah Petani umumnya membutuhkan dana yang cepat untuk dapat menutupi
kebutuhan hidupnya. Tidak jarang petani menjual hasil usahataninya sebelum waktunya. Hal ini menyebabkan harga jual produk tersebut menjadi sangat
rendah. Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal maka beberapa
alternatif strategi dalam penanggulangan kemiskinan rumahtangga di Kabupaten Pandeglang, antara lain:
1. Memanfaatkan tenaga kerja rumahtangga yang memiliki keterampilan untuk memproduksi tanaman pangan, peternakan dan produk olahan serta bahan
bangunan dengan fasilitasi tenaga pendamping sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas sesuai dengan permintaan pasar.
2. Memanfaatkan modal sosial berupa semangat gotong royong, arisan, pengajian dan kegiatan sosial lainnya dalam rangka penanganan kemiskinan.
Modal sosial yang berasal dari lingkungan sendiri akan lebih efektif dalam mengentaskan kemiskinan.
3. Penyuluhan Keluarga Berencana melalui tenaga pendamping dan
kelembagaan-kelembagan yang ada di masyarakat perlu dilakukan agar generasi yang akan datang mempunyai jumlah anggota rumahtangga yang
lebih sedikit sehingga beban hidupnya menjadi berkurang. 4. Tenaga pendamping memberikan motivasi dan penyuluhan kepada anak usia 7
– 15 yang drop out karena alasan biaya untuk sekolah kembali karena saat ini ada Program BOS dimana siswa SD dan SMP dibebaskan dari biaya sekolah.
5. Peningkatan pendapatan rumahtangga miskin melalui pengembangan
kapasitas dan keterampilan melalui fasilitasi tenaga pendamping dan bantuan penguatan modal usaha kelompok sehingga rumahtangga miskin tersebut
memiliki kemampuan untuk berusaha dan dapat memenuhi permintaan pasar yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya beli, dapat memperbaiki kondisi
rumahnya dan meningkatkan asset yang dimiliki. 6. Pembangunan sarana air bersih dan jaringan listrik bagi rumahtangga miskin
melalui dukungan program pengentasan kemiskinan dari sektor terkait. 7. Meningkatkan keterampilan dan kapasitas dari anak yang drop out dan
anggota rumahtangga yang masuk angkatan kerja dengan memanfaatkan peran tenaga pendamping desa untuk menghasilkan produk yang diminta pasar.
8. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan melalui keterampilan yang dimiliki sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai jual tinggi yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada rentenir dan pengijon
9. Memanfaatkan modal sosial yang ada di masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pada pengijon dan rentenir.
10. Peningkatan pendapatan dan mengatur proporsi pengeluaran sehingga dapat mengurangi peran rentenir dan pengijon.
11. Peningkatan kepemilikan asset sehingga dapat mengurangi peran rentenir dan pengijon.
12. Pembatasan jumlah anggota keluarga sehingga menurunkan beban biaya hidup dan ketergantungan kepada rentenir.
Tabel 58. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Secara Terpadu
Tipologi No
Wilayah Jenis Usaha
Geografi Kepadatan Penduduk
Rumahtangga 1
Pembangunan dan perbaikan
sarana dan prasarana
1. Pembangunan fasilitas ekonomi pasar, lembaga permodalan,
sentra-sentra industri kecil 2. Pembangunan fasilitas
kesehatan rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu 3. Pembangunan fasilitas
perlindungan sosial panti asuhan, panti wreda, panti
cacat 4. Distribusi tenaga medis dokter,
bidan, perawat 5. Pembangunan fasilitas
pendidikan SD, SMP, SMU 6. Pembangunan jaringan listrik
7. Pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan
montir, tata boga, komputer, bahasa
1. Pembangunan fasilitas ekonomi pasar, lembaga
permodalan, sentra-sentra industri kecil
2. Pembangunan fasilitas kesehatan rumah sakit,
puskesmas, puskesmas pembantu
3. Pembangunan fasilitas perlindungan sosial panti
asuhan, panti wreda, panti cacat
4. Distribusi tenaga medis dokter, bidan, perawat
5. Pembangunan jaringan listrik
6. Pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan
montir, tata boga, komputer, bahasa
1. Pembangunan fasilitas ekonomi pasar, lembaga permodalan,
sentra-sentra industri kecil 2. Pembangunan fasilitas
kesehatan rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu 3. Pembangunan fasilitas
perlindungan sosial panti asuhan, panti wreda, panti
cacat 4. Distribusi tenaga medis dokter,
bidan, perawat 5. Pembangunan fasilitas
pendidikan SD, SMP, SMU 6. Pembangunan jaringan listrik
7. Pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan
montir, tata boga, komputer, bahasa
Pembangunan sarana air bersih, dan jaringan listrik
2 Meningkatkan
pemanfaatan potensi SDA
Pembangunan fasilitas ekonomi pasar dan sentra-sentra industri
kecil yang memanfaatkan SDA lokal
Pembangunan fasilitas ekonomi pasar dan sentra-
sentra industri kecil yang memanfaatkan SDA lokal
1. Pembangunan fasilitas ekonomi pasar dan sentra-sentra industri
kecil yang memanfaatkan SDA lokal
2. Optimalisasi pemanfaatan lahan tidur
Usahatani tanaman pangan, peternakan dan memproduksi
produk olahan dan bahan bangunan sesuai dengan SDA yang dimiliki.
258
Tabel 58. Lanjutan
Tipologi No
Wilayah Jenis Usaha
Geografi Kepadatan Penduduk
Rumahtangga 3
Meningkatkan kualitas SDM
1. Pembangunan fasilitas pendidikan SD, SMP dan
SMU 2. Pembangunan fasilitas
pendidikan keterampilan montir, tata boga, komputer
dan bahasa 1. Pembangunan fasilitas
pendidikan SD, SMP dan SMU
2. Pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan
montir, tata boga, komputer dan bahasa
1. Pembangunan fasilitas pendidikan SD, SMP dan
SMU 2. Pembangunan fasilitas
pendidikan keterampilan montir, tata boga, komputer
dan bahasa 1. Penyuluhan kepada anak usia 7
– 15 tahun yang drop out untuk sekolah kembali
2. Penyuluhan Keluarga Berencana melalui tenaga
pendamping dan kelembagaan - kelembagan yang ada di
masyarakat
3. Meningkatkan keterampilan dan kapasitas dari anak yang drop
out dan anggota rumahtangga
yang masuk angkatan kerja dengan memanfaatkan peran
tenaga pendamping desa untuk menghasilkan produk yang
diminta pasar.
4 Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam usaha ekonomi
produktif Pembangunan fasilitas ekonomi
pasar, lembaga permodalan dan sentra-sentra industri kecil
Pembangunan fasilitas ekonomi pasar, lembaga
permodalan, sentra-sentra industri kecil
Pembangunan fasilitas ekonomi pasar, lembaga permodalan,
sentra-sentra industri kecil Memanfaatkan tenaga kerja
rumahtangga yang memiliki keterampilan untuk memproduksi
tanaman pangan, peternakan, dan produk olahan dan bahan bangunan
5 Meningkatkan
akses masyarakat
terhadap permodalan
Pembangunan fasilitas lembaga permodalan LKM, BMT, BPR
dan Lembaga Simpan Pinjam Pembangunan fasilitas
lembaga permodalan LKM, BMT, BPR dan Lembaga
Simpan Pinjam Pembangunan fasilitas lembaga
permodalan LKM, BMT, BPR dan Lembaga Simpan Pinjam
Pemanfaatan dana penguatan modal usaha kelompok
259
Tabel 58. Lanjutan
Tipologi No
Wilayah Jenis Usaha
Geografi Kepadatan Penduduk
Rumahtangga 6
Menciptakan lapangan kerja
Pembangunan fasilitas ek onomi pasar, lembaga permodalan dan
sentra-sentra industri kecil Pembangunan fasilitas
ekonomi pasar, lembaga permodalan dan sentra-sentra
industri kecil Pembangunan fasilitas ekonomi
pasar, lembaga permodalan dan sentra-sentra industri kecil
Memanfaatkan tenaga kerja rumahtangga yang memiliki
keterampilan untuk memprod uksi tanaman pangan, peternakan dan
produk olahan dan bahan bangunan
7 Meningkatkan
partisipasi masyarakat
Pembangunan fasilitas perlindungan sosial majelis ta’lim,
LSM dan panti-panti Pembangunan fasilitas
perlindungan sosial majelis ta’lim, LSM dan panti-panti
Pembangunan fasilitas perlindungan sosial majelis ta’lim,
LSM dan panti-panti 1. Memanfaatkan modal sosial
yang ada di masyarakat 2. Rumahtangga miskin
melakukan kegiatan u saha dengan memanfaatkan fasilitasi
pendamping dan dana penguatan modal usaha
kelompok
260
Sahdan 2005 menyatakan bahwa untuk menunjang keberhasilan strategi penanggulangan kemiskinan diperlukan unsur-unsur berikut:
1. Upaya penanggulangan kemiskinan tersebut sebaiknya dilakukan secara menyeluruh, terpadu, lintas sektor dan sesuai dengan kondisi
2. Memberikan perhatian terhadap aspek proses, biarkan orang miskin merasakan bagaimana proses mereka bisa keluar dari lingkaran setan
kemiskinan 3. Melibatkan dan merupakan hasil proses dialog dengan berbagai pihak yang
berkepentingan terutama masyarakat miskin 4. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian di kalangan semua pihak yang terkait,
serta membangkitkan gairah mereka yang terlibat untuk mengambil peran yang sesuai agar tercipta rasa memiliki program
5. Menyediakan ruang gerak yang seluas-luasnya, bagi munculnya aneka inisiatif dan kreativitas masyarakat di berbagai tingkat, pemerintah lebih berperan
hanya sebagai inisiator, selanjutnya bertindak sebagai fasilitator 6. Mereka yang bertanggungjawab dalam menyusun anggaran belanja harus
menyadari pentingnya penanggulangan kemiskinan ini sehingga upaya ini ditempatkan dan mendapat prioritas utama dalam setiap program di setiap
instansi. Poin pertama telah menguraikan bahwa agar strategi penanggulangan
dapat berhasil maka strategi tersebut harus dilakukan secara terpadu. Tabel 58 menyajikan informasi tentang keterpaduan strategi penanggulangan kemiskinan
secara makro di tingkat wilayah dan secara mikro di tingkat desa berdasarkan tipologi dan di tingkat rumahtangga.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penyebab utama kemiskinan pedesaan pada berbagai tipologi adalah fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan dan tenaga medis. Penyebab utama spesifik
tipologi untuk daerah pertanian adalah fasilitas pendidikan keterampilan; daerah non pertanian adalah fasilitas pendidikan; daerah pesisir adalah buruh
tani, fasilitas perlindungan sosial, dan rumahtangga penerima kartu sehat dan di daerah berpenduduk jarang adalah rumahtangga rawan bencana dan
rumahtangga bukan pengguna listrik. 2. Persentase desa miskin lebih banyak tersebar pada desa yang padat penduduk,
berada di pesisir dan memiliki jenis usaha di bidang non pertanian sehingga penanggulangan kemiskinan yang selama ini hanya difokuskan pada daerah
pertanian perlu dirubah, daerah non pertanian, pesisir dan berpenduduk padat juga perlu mendapat prioritas.
3. Desa miskin pada berbagai tipologi merupakan kawasan yang memiliki kekurangan pada fasilitas ekonomi, kesehatan, tenaga medis, pendidikan dan
perlindungan sosial serta adanya sebaran rumahtangga miskin yang tinggi. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik tersebut. 4. Keberhasilan penanganan kemiskinan rumahtangga merupakan salah satu
penentu bagi keberhasilan penanggulangan kemiskinan wilayah. Efektivitas
263
strategi penanggulangan kemiskinan rumahtangga dihasilkan dengan
memperhatikan faktor penciri dan karakteristik rumahtangga miskin. 5. Luas lantai per kapita merupakan faktor penciri utama kemiskinan
rumahtangga. Secara spesifik rumahtangga miskin memiliki karakteristik utama memiliki luas lantai perkapita kurang dari 8.1 m
2
, memiliki luas lantai perkapita kurang dari 8.1 m
2
dan kepemilikan lahan sawahladangkebun kurang dari 0.05 ha, serta tidak mampu membeli pakaian paling sedikit 1 stel
selama setahun. Upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
rumahtangga miskin melalui usaha ekonomi produktif perlu dilakukan sehingga kondisi rumah, kepemilikan aset dan daya beli rumahtangga
mengalami peningkatan. 6. Angka kemiskinan rumahtangga yang dihasilkan dari hasil sensus pada
seluruh rumahtangga dengan sejumlah variabel penentu kemiskinan
menghasilkan angka kemiskinan yang lebih tinggi jika dibandingkan angka kemiskinan yang dihasilkan oleh BPS. Penentuan rumahtangga miskin di
daerah pertanian oleh BPS belum efektif. 7. Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara terpadu antara
strategi penanggulangan makro di tingkat wilayah, maupun secara mikro spesifik tipologi dan rumahtangga. Secara makro di tingkat wilayah perlu
dilakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah, pembangunan dan perbaikan fasilitas
ekonomi, fasilitas kesehatan, perlindungan sosial, tenaga medis dan pendidikan, meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam usaha ekonomi produktif, meningkatkan akses masyarakat
264
terhadap permodalan dan menciptakan lapangan kerja. Secara spesifik tipologi perlu dilakukan pembangunan jaringan listrik pada daerah pertanian dan non
pesisir serta optimalisasi pemanfaatan lahan tidur untuk kegiatan ekonomi produktif pada daerah berpenduduk jarang. Upaya penanggulangan
kemiskinan di tingkat rumahtangga dilakukan melalui pemanfaatan tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan usaha produktif, modal sosial yang dimiliki
masyarakat, penyuluhan dan pembinaan oleh pendamping tentang pentingnya Keluarga Bencana dan Wajib Belajar, pengembangan kapasitas dan
keterampilan rumahtangga miskin serta pembangunan sarana air bersih dan jaringan listrik bagi rumahtangga miskin.
9.2 Saran
Dengan mengacu pada hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Strategi penanggulangan kemiskinan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Daerah Kabupaten Pandeglang
Tahun 2006 - 2010 yaitu penanganan kemiskinan yang diprioritaskan pada kantong-kantong kemiskinan, peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas
pendidikan dan pelayanan kesehatan masih bersifat makro dan berlaku agregat pada seluruh wilayah tertinggal. Pemerintah Daerah Pemda Kabupaten
Pandeglang perlu melakukan strategi penanggulangan kemiskinan spesifik tipologi untuk menanggulangi kemiskinan wilayah sehingga masalah
kemiskinan di Kabupaten Pandeglang dapat segera diatasi. 2. Pemda Kabupaten Pandeglang perlu melakukan pembangunan dan perbaikan
fasilitas ekonomi pasar, lembaga permodalan dan sentra-sentra industri kecil,