Analisis Kemiskinan Rumahtangga Jenis, Variabel dan Sumber Data

Sebaliknya apabila di wilayah tersebut maka diduga bahwa di wilayah tersebut tidak ada aktivitas perdagangan sehingga dapat digolongkan menjadi wilayah desa miskin. Persentase skor tidak memiliki fasilitas ekonomi dihitung dengan melihat skor ketidakadaan kawasan industri, sentra industri, lingkunganperkampungan industri kecil, kelompok pertokoan, bangunan pasar permanen, ATM, kantor penggadaian dan lembaga keuangan mikro informal LDKPBKDLEPMMBMTKelompok Simpan Pinjam. Variabel dan indikator yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6.

4.2.2 Analisis Kemiskinan Rumahtangga

Analisis kemiskinan rumahtangga miskin dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Pandeglang yaitu Data Dasar Rumahtangga DDRT. DDRT dikumpulkan melalui pendataan lengkap sensus rumahtangga dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner DDRT. Pertimbangan pemilihan model ini, antara lain: 1 variabel-variabel yang digunakan merupakan penyempurnaan dari model yang telah digunakan oleh BPS untuk mengidentifikasi rumahtangga miskin, 2 variabel-variabel yang digunakan telah memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, 3 memasukan persepsi pencacah sehingga pengidentifikasian rumahtangga miskin lebih akurat, 4 model ini telah diujicobakan di beberapa kabupaten di wilayah Indonesia Timur dan Tengah, dan 5 Departemen Pertanian telah mengadopsi model ini dalam rangka mendukung Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Jenis pertanyaan yang dikumpulkan terdiri atas 20 pertanyaan inti yang terbagi dalam sembilan kelompok pertanyaan sebagai berikut: 1. Keterangan umum rumahtangga meliputi: a. Pendidikan kepala rumahtangga Tingkat pendidikan tertinggi dikaitkan dengan peluang kerja dan pendapatan. Semakin tinggi pendidikan, peluang kerja dan peningkatan pendapatan semakin besar. b. Banyaknya anggota rumahtangga Jumlah anggota rumahtangga berpengaruh terhadap kesejahteraan rumahtangga, semakin banyak anggota rumahtangga yang tergantung maka semakin kecil tingkat kesejahteraan individu dalam rumahtangga tersebut. c. Banyaknya anggota rumahtangga balita d. Banyaknya anak usia sekolah 7 – 15 tahun e. Banyaknya anak usia 7 – 15 tahun yang masih sekolah Banyaknya anggota rumahtangga balita, anggota rumahtangga yang berumur 7 – 15 tahun dan anak usia 7 – 15 tahun adalah anggota di dalam rumahtangga yang masih memiliki ketergantungan kepada kepala rumahtangga. Rasio ketergantungan dihitung sebagai rasio jumlah anggota rumahtangga yang tidak berada dalam angkatan kerja terhadap mereka yang berada dalam rumahtangga tersebut. Rasio ketergantungan yang tinggi akan berkorelasi positif dengan tingkat kemiskinan rumahtangga. 2. Keterangan kondisi rumah tempat tinggal meliputi: a. Luas lantai b. Jenis lantai c. Sumber air minum d. Sumber penerangan Tempat tinggal menunjukkan pada kerangka kerja keseluruhan dari kehidupan pribadi rumahtangga. Secara umum rumahtangga miskin hidup dalam kondisi yang lebih buruk, lingkungan yang kurang bersih, mempunyai kontribusi terhadap tingkat kesehatan dan produktivitas anggota rumahtangga yang lebih rendah. 3. Keterangan rumahtangga mengkonsumsi dagingayamikantelur selama seminggu yang lalu Penentuan rumahtangga miskin juga didasari atas ketidakmampuan rumahtangga dari sudut ekonomi salah satunya diindikasikan oleh apabila rumahtangga dalam satu minggu terakhir ini tidak mengkonsumsi dagingayamtelurikan selama satu minggu yang lalu. Rumahtangga miskin memiliki daya beli yang rendah sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi dagingayamikantelur yang memiliki harga yang tinggi. 4. Keterangan tentang ketersediaan bahan makanan pokok Penentuan rumahtangga miskin juga didasari atas ketidakmampuan rumahtangga dari sudut ekonomi tentang ketersediaan bahan makanan pokok. Rumahtangga miskin umumnya tidak memiliki persediaan bahan pokok untuk dikonsumsi pada waktu yang akan datang. 5. Keterangan lapangan usaha dari pekerjaan utama rumahtangga Status dan sektor berusaha rumahtangga mempengaruhi peluang dan besaran pendapatan. Kemiskinan banyak terdapat pada penduduk dengan status pekerjaan informal dan mencari nafkah di sektor pertanian. 6. Keterangan tentang kemampuan daya beli rumahtangga yang diukur melalui kemampuan membeli pakaian dalam satu tahun terakhir Penentuan rumahtangga miskin yang didasari atas ketidakmampuan rumahtangga dari sudut ekonomi juga dapat dilihat dari kemampuan daya beli rumahtangga yang diukur melalui kemampuan membeli pakaian dalam satu tahun terakhir. 7. Keterangan tentang kepemilikan asset yang meliputi: a. Luas lahan sawahladangkebun b. Kepemilikan kendaraan bermotor c. Kepemilikan sepedasampankendaraan tidak bermotor lainnya d. Kepemilikan tempat tidur dengan kasurbusa e. Kepemilikan hewan ternak besar babi, sapi, kerbau dan lainnya Kepemilikan aset dimasukkan dalam kelompok variabel yang menjadi penciri kemiskinan dengan pertimbangan bahwa kemiskinan banyak terdapat pada penduduk dengan status pekerjaan pada sektor informal atau berusaha sendiri Susenas, 2003 sehingga kepemilikan asset merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh pendapatan. Kepemilikan asset dapat menjadi agunan apabila rumahtangga memerlukan dana pinjaman modal dari bank atau lembaga kredit formal. Selain itu kepemilikan asset dapat menjadi alternatif sumber pendapatan sementara atau cadangan apabila ada gejolak terhadap pendapatan atau pengeluaran suatu keluarga. 8. Keterangan tentang pengeluaran rumahtangga yang meliputi: a. Pengeluaran untuk makanan sebulan Penentuan rumahtangga kurang mampu juga dilihat dari pola konsumsi makanannya, maka apabila proporsi membeli bahan makanan terhadap pengeluaran rumahtangga keseluruhan dalam satu bulan lebih besar dari 80 persen, maka dianggap rumahtangga tersebut sebagian besar memperoleh pendapatan hanya untuk makanan saja, untuk kebutuhan lain sangat kecil sehingga kemampuan rumahtangga untuk membeli kebutuhan pendidikan, kesehatan dan biaya-biaya listrik, bahan bakar tidak lebih dari 20 persen. b. Total pengeluaran sebulan Struktur pengeluaran konsumsi rumahtangga dapat digunakan untuk mencirikan rumahtangga dengan memberikan gambaran pengeluaran makanan dan non makanan. 9. Pendapat pencacah tentang keadaan rumahtangga apakah miskin atau tidak Verifikasi hasil penetapan rumahtangga miskin juga perlu dilakukan untuk melihat kembali pada persepsi petugas lapangan, sehingga apa yang sudah diamati secara langsung dan diberikan penilaian dapat dijadikan sebagai salah satu dasar yang lebih akurat untuk pengidentifikasian rumahtangga miskin tersebut.

4.2.3 Rekomendasi Strategi Penanggulangan Kemiskinan