gula. Hal ini menunjukkan kebijakan tarif yang selama ini dilakukan pemerintah tidah berpengaruh secara signifikan bagi pengurangan impor gula. Produksi yang
ada tidak mampu mengimbangi peningkatan konsumsi. Dari persamaan impor gula di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peubah
harga gula eceran dapat menjadi instrumen kebijakan dalam mengendalikan impor gula, sebab naiknya produksi gula akan mensubtitusi impor gula dan naiknya
harga merupakan signal adanya keterbatasan ketersediaan gula sehingga akan menaikkan impor. Produksi gula juga harus mampu mencukupi kebutuhan dalam
negeri.
4.11.5. Impor Gula Rafinasi
Impor gula yang dilakukan oleh indonesia selama ini meliputi tiga jenis gula yaitu gula kristal mentahgula kasar raw sugar, gula kristal rafinasi refined
sugar, dan gula kristal putih plantation white sugar. Pemisahan impor gula
gula putih dan impor gula rafinasi karena sesuai tujuan penelitian ingin melihat perbedaan karakteristik kedua jenis gula ini. Sedangkan gula mentah tidak diteliti
karena gula mentah merupakan bahan baku proses produksi pembuatan gula rafinasi, dimana pabrik gula rafinasi baru berdiri sekitar tahun 2002.
Impor gula rafinasi memiliki arah negatif oleh harga impor gula rafinasi, dimana apabila harga impor gula rafinasi tinggi maka impor gula rafinasi
menurun. Meskipun impor gula rafinasi tidak respon terhadap perubahan harga gula rafinasi dunia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini
disebabkan oleh ketergantungan yang sangat besar pada kualitas gula rafinasi impor. Darmawan 2008 menyebutkan bahwa pelaku industri makanan dan
minuman khususnya yang berskala besar seperti Nestle, Coca-cola dan Unilever, meminta impor gula rafinasi perlu tetap dilakukan karena kualitas gula rafinasi
dalam negeri belum sebaik impor, dan karena itu dapat mempengaruhi kualitas produk karena produk-produk perusahaan asal luar negeri ini telah memiliki
standar kualitas tertentu tentang penggunaan gula rafinasi. Demikian pula dengan peubah tarif impor gula rafinasi, walaupun tidak secara signifikan mempengaruhi
impor, tetapi tingginya tarif impor membuat impor gula rafinasi berkurang. Tabel 14. Hasil Pendugaan Parameter Impor Gula Rafinasi
Elastisitas Peubah
Parameter Dugaan
P- value
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Intercept 1545.525
0.0724 harga impor gularafinasi
-11.3255 0.3098
harga gula eceran -0.2763
b 0.0600
-3.9222 -6.8234
permintaan gularafinasi industri tahun sebelumnya 1.502253
a 0.0150
1.5715 2.7339
nilai tukar rp terhadap dolar -0.07473
a 0.0154
-1.7872 -3.1093
tarif impor gula rafinasi -13.2633
0.1918 impor gula rafinasi tahun sebelumnya
0.425192 a
0.0722 R
2
= 0.75497; DW = 2.14679; Dh =0.91544
Nilai koefisien pendugaan harga gula eceran bernilai negatif dan dan elastis menunjukkan bahwa bila harga gula eceran tinggi, maka impor gula rafinasi
menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa gula rafinasi bersifat komplementer dengan gula biasa, dimana kenaikan harga gula eceran menyebabkan penurunan
permintaan gula rafinasi. Sifat komplementer ini bisa berupa pemakaian bersama- sama antara konsumen satu dengan konsumen lain pada suatu waktu. Hasil
penelitian Munir 2006, menyatakan bahwa gula rafinasi ditinjau dari segi kualitas memang lebih baik daripada gula putih dan layak dikonsumsi, namun
kenyataan kadangkala gula putih lebih disukai karena rasa manis lebih tinggi, sementara gula rafinasi tidak dirasakan seperti gula putih umumnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 527MPPkep92004 tentang ketentuan impor gula, pada satu sisi pemerintah
memberikan ijin pendirian yang mudah untuk mengembangkan industri gula rafinasi, namun pada sisi lain memberikan kemudahan kepada industri makanan
dan minuman untuk mengimpor gula rafinasi, sehingga dua kebijakan ini dijalankan bersama-sama tanpa memperhitungkan kebutuhan industri, meskipun
sampai saat ini pemerintah masih mengatur penggunaan gula rafinasi hanya untuk industri. Akibatnya gula rafinasi dipasar menjadi over supply dan masuk ke pasar
umumrumahtangga. Kondisi inilah yang membuat posisi petani sebagai produsen gula menjadi terancam, karena dengan harga yang bersaing serta kualitas yang
berbeda, konsumen dapat memilih gula yang disukainya. Nilai tukar rupiah memiliki arah negatif, dan impor gula rafinasi berespon
terhadap perubahan nilai tukar baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini berbeda dengan gula biasa, pengguna gula rafinasi kebanyakan
merupakan industri makanan dan minuman berskala besar dan sedang sehingga dalam memutuskan untuk melakukan impor, maka kestabilan nilai tukar sangat
penting. Perubahan permintaan industri berpengaruh secara signifikan positif dimana bila permintaan gula untuk kebutuhan industri ini meningkat maka impor
juga akan meningkat. Impor gula rafinasi berespon terhadap perubahan permintaan gula industri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Impor gula rafinasi tahun sebelumnya berpengaruh positif menunjukkan adanya peluang meningkatnya impor pada tahun yang akan datang.
4.11.6. Permintaan Gula Rumahtangga