Simulasi Dampak Kebijakan Perdagangan

sistematik yang ditunjukkan oleh penyimpangan nilai simulasi dari nilai aktualnya, proporsi regresi adalah indikator kesalahan dari komponen regresi yang menunjukkan penyimpangan kemiringan slope regresi dengan nilai aktualnya, dan proporsi disturban adalah komponen bias residual sebagai kesalahan yang tidak sistematik. Optimalnya komponen bias dan regresi adalah mendekali nol dan komponen disturban mendekati satu. Dalam melakukan proyeksi dengan model simultan ini, dalam prakteknya secara langsung nilai proyeksi untuk peubah- peubah endogen yang ditentukan secara langsung diperoleh dari hasil program pengolahan model dengan menggunakan programaplikasi komputer SASETS Statistical Analysis System Econometric Times Series version 9.1 Seluruh besaran dan nilai dalam proyeksi ini didapat sebagai output pengolahan SASETS.

4.6. Simulasi Dampak Kebijakan Perdagangan

Analisis dampak dari kebijakan perdagangan pada industri gula ini dilakukan dengan melakukan simulasi dengan beberapa skenario. Simulasi dilakukan untuk menangkap perilaku suatu data historis, dengan tujuan untuk mencari model yang tepat, bagaimana perubahan perilaku peubah eksogen sebagai fungsi dari satu atau lebih peubah eksogen. Apabila suatu model yang tepat dan sesuai sudah ditemukan maka model persamaan tersebut dapat digunakan untuk melakukan simulasi atau meramalkan nilai-nilai peubah endogen dengan nilai- nilai tertentu peubah eksogen. Analisis simulasi model dilakukan dengan menggunakan simulasi kebijakan pemerintah yang pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor gula dan gula rafinasi serta bertujuan untuk melihat keefektifan intervensi pemerintah dalam melindungi pasar dalam negeri dan apa pengaruhnya bila intervensi tersebut dikurangi sebagai dampak dari perdagangan bebas dan mewujudkan swasembada gula yaitu: 1. Penurunan tarif impor gula sebesar 20 persen. Tarif impor yang selama ini diterapkan pada gula dan gula rafinasi sekitar 36-20 persen sejak tahun 1980. Menuju era perdagangan bebas diharapkan tarif secara bertahap menurun bahkan nol pada tahun 2010. Namun penerapan tarif nol persen tidak mungkin dilakukan, berdasarkan kondisi ini, maka dicoba skenario sehingga tarif sebanyak 20 persen dimana penurunan tarif dalam kondisi normal sebesar 15-25 persen. 2. Depresiasi Rupiah sebesar 20 persen. Depresiasi nilai tukar pada saat krisis moneter mencapai lebih dari 100 persen, namun sesuai tahun dasar simulasi yaitu tahun 1999-2007, kondisi perekonomian Indonesia telah dianggap relatif stabil. Perubahan nilai tukar selama periode tersebut hanya berkisar 4-10 persen per tahun, sehingga simulasi ini dilakukan untuk melihat dampak penurunan nilai tukar terhadap impor gula. 3. Penurunan suku bunga bank sebesar 10 persen. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang menentukan besar- kecilnya investasi yang ditanamkan. Skenario ini dimaksudkan untuk melihat dampak dari usaha pemerintah memberikan insentif kepada sektor perkebunan untuk meningkatkan produksi. Skenario penurunan suku bunga sebesar 10 persen sejalan dengan rata-rata pertumbuhannya per tahun. 4. Simulasi kombinasi kebijakan penurunan tarif impor gula sebesar 20 persen, depresiasi Rupiah sebesar 20 persen dan penurunan suku bunga bank sebesar 10 persen untuk melihat dampaknya terhadap keragaan industri gula khususnya gula rafinasi baik dari sisi produksi, permintaan, penawaran dan harga di dalam negeri.

V. KONDISI PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA

RAFINASI INDONESIA

4.4. Sejarah Perkembangan Industri Gula Rafinasi

Industri gula rafinasi mulai berdiri di Indonesia pada tahun 1996. Pabrik gula dalam negeri sebelum tahun 1996 menghasilkan gula kristal putih melalui proses sulfitasi dan karbonatasi. Dari standar proses yang ada selama ini, kedua proses yang ada tersebut sulit diharapkan dapat mencapai kualitas yang memenuhi syarat untuk industri makanan, minuman dan farmasi. Untuk konsumsi industri kualifikasi gula yang dibutuhkan lebih tinggi daripada gula untuk konsumsi rumahtangga. Teknologi yang digunakan sangat menentukan mutu produk gula yng dihasilkan. Secara umum dapat dilihat spesifikasi kualitas jenis gula yang dibedakan berdasarkan teknologi proses pembuatannya. Tabel 7. Spesifikasi Kualitas Gula Uraian Gula mentah Gula putih Gula putih Gula rafinasi Proses defiksasi sulfitasi karbonatasi rafinasi Purity Polarisasi 96.0-99.50 99.70-99.80 99.70-99.80 99.95-99.98 Warna IU 1 000-7 000 137-370 60-150 38.6-80 Abu 0.3 max 0.03-0.14 0.02-0.12 0.002-0.008 Invert sugar 0.3 max 0.2 max 0.1 max 0.015 max SO 2 ppm 6 max 7-14 4-8 0.2-0.4 Moisture 0.5 max 0.02-0.04 0.02-0.05 0.02-0.04 Sumber : AGRI, 2009 Kebutuhan gula putih mutu tinggi diperkirakan terus meningkat sesuai dengan perkembangan industri makanan dan minuman. Selama ini produksi gula dalam negeri yang betul-betul memenuhi syarat untuk industri baru mencapai sekitar 40 ribu ton per tahun pada tahun 1995. untuk mengatasi kekurangan