Kebijakan Pemerintah mengenai Gula Rafinasi

industri dalam negeri, tingkat harga domestik terhadap harga dunia serta kebijakan pemerintah dalam industri pergulaan dari mulai tingkat usahatani sampai tingkat industri pengolahan makanan dan minuman. Dilihat dari sisi penawaran dan permintaan, produksi gula rafinasi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan bahan baku industri pengolahan makanan dan minuman, sehingga sisanya harus impor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir 2006 pada salah satu pabrik gula rafinasi, dengan respondennya adalah industri pengguna gula rafinasi yang pernah membeli gula rafinasi di pabrik tersebut menyatakan bahwa 60 persen keputusan pembelian gula yang dilakukan sangat ditentukan oleh perkembangan harga jual gula rafinasi di pasar dunia, sedangkan sisanya disebabkan faktor kualitas dan mutu produk yang dirasakan kurang stabil serta kontinuitas produk.

4.9. Kebijakan Pemerintah mengenai Gula Rafinasi

Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor ini tidak saja berpotensi mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu memberikan kontribusi yang besar dalam transformasi kultural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat yang menunjang pembentukan daya saing nasional. Selama dua dasawarsa sebelum krisis ekonomi, peran sektor industri terhadap perekonomian nasional hampir mencapai 25. Sejak pertengahan tahun 1980-an, peranan sektor industri pengolahan khususnya industri makanan dan minuman meningkat sangat tajam, melebihi peranan sektor migas dan pertanian. Perkembangan yang sangat menakjubkan tidak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga dalam perdagangan internasional. Pada tahun 1996, pangsa nilai ekspor non migas mencapai 76.44 persen dari seluruh nilai ekspor Indonesia. Sekitar 61.14 persen diantaranya berasal dari ekspor barang industri. Kemajuan ekonomi yang diraih Indonesia pada saat itu, menyebabkan Bank Dunia memasukkan Indonesia sebagai salah satu Negara Ajaib di Asia Timur The East Asian Miracle. Kebijakan pemerintah yang terkait dengan masalah industri gula rafinasi berupa beberapa buah surat keputusan menteri. Inti dari kebijakan-kebijakan ini adalah pengaturan dan pengontrolah tata cara impor gula mentah dan gula rafinasi. Keseluruhan kebutuhan bahan baku dari berbagai macam olahan makanan dan minuman harus melalui importir yang telah ditunjuk pemerintah, di samping jumlah impor yang ditetapkan pemerintah. Sebagai komoditas strategis, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pergulaan nasional untuk menghindari masuknya gula impor dengan menetapkan bea masuk impor gula putihgula rafinasi sebesar 20-25 persen melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 568KMK.011999 tanggal 31 Desember 1999 yang kemudian tarif tersebut diubah menjadi tarif spesifik melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 324KMK.012002 tanggal 3 Juli 2002 yang berisi tarif bea masuk gula mentah Rp 550 per kg, dan gula putihgula rafinasi untuk industri sebesar Rp 700 per kg. Surat keputusan yang mengatur ketentuan impor gula adalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 643MPPKep92002 mengenai tataniaga impor gula dimana diatur pula di dalam keputusan tersebut kode HS jenis gula rafinasi yang dapat diimpor yaitu gula kristal mentahgula kasar raw sugar dan gula kristal rafinasi refined sugar adalah gula yang dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi, yang termasuk dalam Pos TarifHS 1701.11.000; 1701.99.191; 1701.99.199 dan 1701.99.900. Tataniaga ini berupa pembatasan importir gula mentah dan gula rafinasi hanya boleh dilakukan oleh Importir Produsen gula yang menggunakan gula tersebut untuk bahan baku proses produksi. Pemerintah kemudian menetapkan kebijakan baru untuk menyempurnakan kebijakan tersebut dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.527MPPKep2004 tanggal 17 September 2004 mengenai pengaturan penggunaan bilangan ICUMSA yaitu suatu parameter nilai kemurnian yang berkaitan dangan warna gula yang diukur berdasarkan standar internasional, dalam satuan Internasional Unit IU untuk gula mentah dan gula rafinasi impor,.yang kemudian disempurnakan oleh Keputusan Menteri Perdagangan No. 02MKepXII2004 tanggal 7 Desember 2004.

VI. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA