Permintaan Gula Industri Makanan dan Minuman Permintaan Gula Rafinasi Industri Makanan dan Minuman

karena beberapa faktor kesehatan. Data Susenas tahun 1999-2005 menunjukkan pertumbuhan penggunaan gula sebagai bahan pemanis untuk konsumsi langsung sebesar 2.04 persen dengan jumlah konsumsi rata-rata 8.87 kgkapitatahun. Sebagai kebutuhan pokok, konsumsi gula meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan pendapatan, khususnya di negara berkembang. Produk Domestik Bruto PDB mengindikasikan pendapatan nasional. Pendapatan per kapita merupakan PDB dibagi oleh jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh perubahan pendapatan per kapita penduduk per tahun yang menunjukkan pengaruh positif.

4.11.7. Permintaan Gula Industri Makanan dan Minuman

Kebutuhan gula selain untuk konsumsi langsung rumahtangga, juga untuk konsumsi tidak langsung yaitu kebutuhan industri makanan dan minuman. Berbeda dengan permintaan gula rumahtangga, gula rafinasi untuk industri ini merupakan barang substitusi bagi gula. Hal ini dilihat dari harga impor gula rafinasi memiliki pengaruh yang positif. Input produksi industri makanan dan minuman ini adalah gula sehingga harga yang dihadapi adalah harga di tingkat eceran. Ternyata harga gula eceran memberikan arah yang berlawanan dan bersifat elastis. Hal ini mengindikasikan industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku gula tidak tergantung pada gula karena memiliki substitusi yaitu gula rafinasi, sehingga perubahan yang terjadi pada harga gula eceran, direspon dengan cepat oleh industri makanan dan minuman. Perubahan PDB industri dan tren menunjukkan arah yang sesuai positif dimana bila kemampuan suatu perusahaan untuk membayar pendapatan yang tercermin dalam peubah PDB industri meningkat maka akan mendorong industri untuk meningkatkan produksinya sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah permintaan gula, meskipun pengaruhnya tidak signifikan. Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Gula Industri Elastisitas Peubah Parameter Dugaan P-value Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -107.8840 0.2866 harga gula eceran 0.1117 a 0.0216 0.9567 1.2898 harga impor gula rafinasi 10.2181 0.1566 perubahan pdb industri 0.0003 0.2549 tren 0.6910 0.3673 permintaan gula industri tahun sebelumnya 0.2583 c 0.1248 0.2543 0.3428 R 2 = 0.28485; DW = 1.82175; Dh = 0.868957456 Respon peubah permintaan gula industri tahun sebelumnya ini memiliki arah positif dan signifikan, menunjukkan terjadinya penyesuaian yang cepat terhadap meningkatnya permintaan gula bila terjadi perubahan kondisi perekonomian dan kondisi lainnya.

4.11.8. Permintaan Gula Rafinasi Industri Makanan dan Minuman

Permintaan gula industri makanan dan minuman dalam penelitian ini adalah permintaan gula rafinasi sebagai salah satu input dalam hasil produksi mereka. Sampel industri makanan dan minuman yang digunakan adalah perusahaan- perusahaan industri skala besar dan menengah yang diperoleh dari data statistik industri BPS berdasarkan klasifikasi usaha, dimana diperoleh sekitar 19 jenis industri pengguna gula rafinasi sebagai bahan baku untuk proses pengolahan makanan dan minuman. Permintaan gula industri makanan dan minuman ini diduga dipengaruhi oleh harga impor gula rafinasi sebelumnya tidak signifikan, negatif, harga output industri makanan dan minuman signifikan, positif, harga gula eceran tidak signifikan, negatif, PDB industri pengolahan makanan dan minuman tahun sebelumnya signifikan, positif, tren tidak signifikan, positif dan permintaan gula industri makanan dan minuman tahun sebelumnya signifikan, positif, meskipun dalam jangka pendek maupun jangka panjang respon semua peubah adalah inelastis yang menandakan bahwa industri makanan dan minuman tidak dapat bertindak responsif untuk meningkatkan permintaan gula rafinasi. Harga impor gula rafinasi mempunyai pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan berarti apabila harga impor gula rafinasi naik mengakibatkan penurunan permintaan gula, tetapi kenaikan ini tidak berpengaruh secara signifikan karena gula rafinasi impor dengan kualitas serta mutu yang tetap merupakan bahan baku industri ini. Bagi industri makanan dan minuman, gula bersifat komplementer, sebab meningkatnya permintaan gula akan meningkatkan permintaan gula rafinasi. Abidin 2000, meneliti mengenai permintaan gula oleh industri makanan dan minuman dengan memasukkan peubah pemanis buatan chemically pure fructose sebagai alternatif pengganti gula, dengan hasil bahwa pemanis buatan berpengaruh signifikan terhadap permintaan gula indsutri. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa industri makanan dan minuman yang menjadi sampel adalah industri pengguna gula rafinasi yang penggunaan gula diawasi secara ketat, sehingga tidak ada alternatif pemanis lainnya. Peubah lain yang berpengaruh positif terhadap permintaan gula rafinasi adalah harga output industri itu sendiri. Harga output ini merupakan proksi untuk menghitung output industri, yang diperoleh dengan pendekatan ekspor produk olahan dari industri tersebut. Tabel 17. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Gula Rafinasi Industri Elastisitas Peubah Parameter Dugaan P-value Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -23.2396 0.4329 harga impor gula rafinasi -0.2221 0.4869 harga output industri 48.6705 b 0.0941 0.4400 0.4457 harga tingkat eceran -0.0422 0.1662 pdb industri tahun sebelumnya 0.0008 a 0.0205 0.6233 0.6313 tren 10.1768 b 0.0562 0.5790 0.5864 permintaan gularafinasi industri tahun sebelumnya 0.0127 0.4775 R 2 = 0.92135; DW = 2.254597; Dh = 2.936477848 PDB industri makanan dan minuman tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan positif yang menunjukkan bahwa semakin meningkatnya pendapatan sektor industri akan diikuti oleh semakin berkembangnya industri makanan dan minuman Indonesia. Menurut Purwoto et al. 1999 tingkat partisipasi tidak langsung gula cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah pendapatan, artinya masyarakat semakin banyak mengkonsumsi makanan olahan dan minuman kemasan yang merupakan sumber konsumsi gula tidak langsung. Didukung oleh data Susenas dan modul tiap tahun yang menyebutkan konsumsi langsung gula putih semakin menurun yaitu pada tahun 2002 sampai 2005 berturut-turut sebesar 8.26, 9.20, 9.07, 8.93, dan 8.91 kgkaptahun. Hal ini merupakan penjelasan peubah tren yang mempunyai pengaruh positif. Permintaan gula rafinasi oleh industri makanan dan minuman tidak responsif terhadap perubahan seluruh peubah, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Akan tetapi dalam jangka panjang respon perubahan PDB industri lebih besar daripada harga output.

4.11.9. Harga Gula Eceran