Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

Q e t = f Pg t , Pw t , ER t ,K t ……...……………………………….....…3.33 dimana: Q e t = penawaran ekspor unit Pw t = harga ekspor FOB USunit ER t = nilai tukar RpUS

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perkembangan industri gula tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam sistem industri itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar industri gula. Faktor kebijakan makro merupakan faktor di luar industri gula yang paling berpengaruh dan memberikan dampak secara langsung, seperti kebijakan tataniaga input, kebijakan harga dan perdagangan. Kebutuhan akan konsumsi gula ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan semakin bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri yang baru serta kenaikan kesejahteraan dan pendidikan masyarakat. Sedangkan permasalahan di bidang produksi meliputi penurunan areal tebu, inefisiensi ditingkat usaha tani dan inefisiensi ditingkat pabrik gula. Semakin berkembangnya industri makanan dan minuman, kebutuhan akan gula dengan mutu tinggi atau dikenal sebagai gula rafinasi pun meningkat, sehingga produksi maupun pengadaan harus direncanakan secara mantap untuk menghindarkan gejolak harga. Kebutuhan gula yang semakin meningkat digunakan untuk keperluan rumahtangga konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung maupun bahan baku industri. Bertitik tolak dari pemikiran ini kajian mengenai aspek permintaan dan penawaran gula dan gula rafinasi perlu dilakukan. Gambar 9. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan : Peubah Endogen Peubah Eksogen Terdapat beberapa instrumen kebijakan atau intervensi yang digunakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan pada industri gula Indonesia selain melalui peningkatan teknologi, diantaranya kebijakan tarif impor dan kebijakan yang diharapkan berguna untuk investasi yaitu nilai tukar dan suku bunga untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran gula. Kebijakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melindungi industri gula dalam negeri dan industri gula rafinasi, serta konsumen. Pada satu sisi pemerintah mengembangkan industri gula rafinasi secara longgar melalui pemberian ijin yang mudah dan kemudahan mengimpor, tetapi pemerintah juga membatasi penggunaan gula rafinasi hanya untuk industri. Akibatnya gula rafinasi menjadi kelebihan penawaran dan berpeluang masuk ke pasar rumahtangga. Hal ini menyebabkan petani tebu sebagai produsen gula terancam. Dari uraian diatas perlu dianalisis mengenai kebijakan yang tepat yang menpengaruhi permintaan dan penawaran gula dengan mempertimbangkan adanya gula rafinasi lebih spesifik dengan memperhitungkan juga efisensi dalam produksi gula rafinasi sehingga tidak mengorbankan petani tebu atau konsumen.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan deret waktu time series sejak tahun 1980 sampai dengan 2007 yang diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi terkait dengan penelitian ini, antara lain Badan Pusat Statistik BPS, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Dewan Gula Indonesia DGI, Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia AGRI serta Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia GAPMMI. Data dari berbagai instansi ini digunakan sebagai pelengkap dalam melakukan analisis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2009.

4.2. Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama digunakan analisis deskriptif dengan melakukan analisis mendalam berkenaan dengan kondisi industri gula rafinasi di Indonesia. Data yang bersumber dari instansi terkait akan digunakan sebagai pelengkap pada analisis ini. Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua dan ketiga yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan industri gula, khususnya gula rafinasi dan untuk menganalisis dampak dari penerapan kebijakan pemerintah adalah menggunakan model persamaan simultan dengan melakukan simulasi beberapa skenario kebijakan perdagangan.