Produksi Gula Rafinasi KONDISI PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA

tersebut di samping dapat dipenuhi dari impor, maka digunakanlah gula putih hasil karbonatasi dengan terlebih dahulu dimurnikan dengan instalasi pemurnian yang dibuat khusus sehingga memenuhi syarat untuk keperluannya. Definisi menurut AGRI 2009, gula rafinasi atau gula super putih adalah gula konsumsi yang berkualitas dengan derajat kemurnian gula yang tinggi dan kadar abu serta SO 2 yang sangat rendah serta memenuhi syarat keamanan pangan sehingga sesuaicocok untuk kebutuhan gula konsumsi industri makanan dan minuman serta farmasi. Industri gula rafinasi menggunakan bahan baku dari gula mentah untuk proses produksinya diawali dengan berdirinya PT Bernas pada tahun 1996 dengan kapasitas produksi sebesar 150 ribu tontahun dan sejak tahun 2003 diambil alih oleh PT Angels Products dengan peningkatan kapasitas menjadi 500 ribu tontahun. Tahun 2002 mulai beroperasi pabrik PT Jawamanis Rafinasi, disusul kemudian PT Sentra Usahatama Jaya, PT Permata Dunia Sukses Utama, PT Dharmapala Usaha Sukses terakhir PT Sugar Labinta. Dengan demikian sampai tahun 2008 terdapat 6 pabrik gula rafinasi dengan kapasitas ijin 2.44 juta tontahun. Sedangkan jumlah produksi tahun 2008 adalah 1.26 juta ton.

4.5. Produksi Gula Rafinasi

Untuk memperoleh gula yang bermutu tinggi maka bahan baku gula mentah harus diolah dengan proses yang dikenal dengan rafinasi. Dalam keadaan standar proses rafinasi menghasilkan gula yang memenuhi syarat untuk keperluan industri Kuswurj, 2008. Proses pembuatan gula rafinasi adalah dengan mengolah gula mentahraw sugar dengan tahapan proses: 1 affinasi yaitu proses pencucian dan pelarutan, 2 karbonatasi yaitu proses pemurnian dengan susu kapur dan gas CO2, 3 filterasi yaitu proses penyaringan, 4 pertukaran ion yaitu proses penghilangan warna, 5 kristalisasi yaitu proses pemasakan dengan vacum fan supaya menjadi kristal, 6 sentifugal yaitu proses pemisahan dan penyaringan kristal gula, dan 7 proses pengepakan dengan mengemas dalam bag 50 kg. Mutu gula rafinasi yang dihasilkan mutu I 45 icumsa dan mutu II 80 icumsa. Menurut Tjokrodirdjo et al. 1999, pabrik rafinasi yang ada selama ini terdiri dari 2 tipe, yaitu pabrik rafinasi Tipe A yang menyatu dengan pabrik gula dan pabrik rafinasi yang berdiri sendiri Tipe B. Pabrik rafinasi Tipe A memperoleh bahan baku dan energi dari pabrik gula sehingga lebih menghemat biaya transportasi dan energi, serta dapat mengontrol kualitas bahan bakunya., sedangkan pabrik rafinasi Tipe B memperoleh bahan baku dari pabrik gula lain atau bahkan impor. Pabrik yang mampu memproduksi gula rafinasi ini sampai akhir tahun 2008 ada enam perusahaan yakni PT Sentra Usahatama Jaya, PT Permata Dunia Sukses Utama, PT Angels Product, PT Jawa Manis Rafinasi, PT Dharmapala Usaha Sukses dan PT Sugar Labinta. Kelima perusahaan itu telah mendapat izin impor raw sugar bahan baku gula rafinasi Departemen Perdagangan atas rekomendasi Departemen Perindustrian. Importir Terdaftar IT adalah para pihak yang diberi izin oleh Pemerintah seperti PT Rajawali, PT Perkebunan Negara untuk mengimpor gula jika stok gula konsumsi lokal atau petani kurang. Sedangkan Importir Produsen IP adalah industri gula rafinasi yang tergabung dalam Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI yang diizinkan Pemerintah untuk mengimpor gula sebagai bahan baku industri gula rafinasi lokal. IP juga diberikan oleh Pemerintah pada industri makanan dan minuman termasuk UKM sebagai bahan baku utama sekitar 35 persen pembuatan produk makanan dan minuman. Tabel 8. Kapasitas dan Produksi Gula Rafinasi Tahun 2006-2008 Kapasitas Izin 000 ton Produksi 000 ton N o Perusahaan 2006 2007 2008 2006 2007 2008 1 PT Angels Products 500 500 500 329 324 269 2 PT Jawamanis Rafinasi 500 533 533 225 292 271 3 PT Sentra Usahatama Jaya 540 540 540 297 430 321 4 PT Permata Dunia Sukses Utama 390 396 396 261 374 327 5 PT Dharmapala Usaha Sukses 250 250 250 27 25 40 6 PT Sugar Labinta - - 225 - - 28 Jumlah 2 180 2 219 2 444 1 139 1 445 1 256 Sumber : AGRI, 2009 Produksi gula rafinasi mengalami peningkatan sesuai dengan kapasitas izin pabrik, penurunan pada tahun 2008 disebabkan izin impor gula mentah yang diberikan pemerintah akibat belum tersedianya produksi gula mentah dalam negeri dan untuk mencegah masuknya gula rafinasi ke pasar retail. Dari keenam pabrik rafinasi yang ada, hanya satu pabrik yang tidak melakukan impor gula mentah. Gula mentah diperoleh dari plantation tanaman tebu milik sendiri.Bahan baku berupa gula mentah dapat diimpor dengan mudah dari negara tetangga seperti Thailand, Australia, Fiji, Philiphina dan pasar dunia seperti Brazil dan Kuba. Namun akibat adanya pembatasan oleh pemerintah tersebut, maka pabrik rafinasi sulit mengantisipasi rencana produksi karena sangat tergantung pada impor gula mentah. Selain untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi, industri rafinasi gula memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan industri gula putih biasa, karena lebih banyak tertuju pada industri makanan dan minuman di dalam negeri. Investasi baru dan pengembangan industri gula rafinasi menjadi peluang besar bagi peningkatan kapasitas industri domestik dan penyerapan lapangan kerja.

4.6. Permintaaan Gula Rafinasi