Simulasi Penurunan Tarif Impor

4.13. Simulasi Dampak Kebijakan Pemerintah

Simulasi model dapat berdampak positif maupun negatif atau tidak memberikan dampak sama sekali terhadap masing-masing peubah endogen. Simulasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah simulasi kebijakan perdagangan yang diuraikan sebagai berikut.

7.2.1. Simulasi Penurunan Tarif Impor

Kebijakan perdagangan mengharuskan semua negara yang tergabung ke dalam World Trade Organization WTO mengurangi proteksi secara bertahap. Bagi negara yang tergabung dalam kerjasama regional AFTA, termasuk Indonesia, mulai tahun 1997 dapat dikenakan pada produk pertanian secara bertahap diturunkan menjadi lima persen pada tahun 2003, serta penghapusan tarif pada tahun 2008. Gula merupakan salah satu produk yang termasuk dalam daftar Sensitive List dalam skema Common Effective Preferential Tariff CEPT dimana dikecualikan dalam penurunan tarif sampai batas waktu yang lebih lama yaitu tahun 2010. Tarif impor yang selama ini diterapkan pada gula dan gula rafinasi baik tarif ad volarem dan tarif spesifik, sampai pada tahun 2002 besarnya sama, namun mulai tahun 2003 beban tarif antara kedua jenis gula ini berbeda karena diberlakukannya tarif spesifik yang diterapkan sebagai pajak atau beban tetap tiap unit barang yang diimpor. Namun perbedaannya tidak terlalu jauh sehingga pada penelitian ini jumlah penurunannya tidak dibedakan dan berdasarkan kesepakatan perdagangan internasional di atas dilakukan penurunan tarif sebanyak 20 persen dari tarif yang ada sekarang. Tabel 20. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Penurunan Tarif Impor 20 Persen Perubahan No Peubah Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Kebijakan Unit 1 Luas areal tebu AREA 363.30 363.20 -0.100 -0.028 2 Produktivitas tebu YI 70.10 70.11 0.008 0.012 3 Produksi tebu PROD 25534.00 25533.40 -0.600 -0.002 4 Produksi gula PRODG 1963.30 1963.30 0.000 0.000 5 Total permintaan gula DG 3629.50 3630.10 0.600 0.017 6 Total penawaran gula SG 3309.10 3624.40 315.300 8.699 7 Impor gula IM 921.00 963.20 42.200 4.381 8 Impor gula rafinasi IMR 424.80 698.00 273.200 39.140 9 Impor gula total IMT 1345.80 1661.20 315.400 18.986 10 Permintaan gula rumahtangga DGRT 2802.70 2803.40 0.700 0.025 11 Permintaan gula industri DGI 416.50 416.20 -0.300 -0.072 12 Permintaan gula rafinasi industri DGIR 410.40 410.50 0.100 0.024 13 Harga gula eceran HECR 3549.80 3547.60 -2.200 -0.062 Kebijakan penurunan tarif impor 20 persen, menunjukkan bahwa penurunan tarif impor gula dan gula rafinasi sebanyak 20 persen akan meningkatkan volume impor gula secara keseluruhan, dengan volume impor gula sebesar 4.38 persen untuk gula, dan 39.14 persen untuk gula rafinasi. Perbedaan ini diakibatkan bahwa kebutuhan gula rafinasi oleh industri merupakan suatu keharusan dan besarnya tarif sangat mempengaruhi kelangsungan industrinya, sehingga menurunnya tarif impor akan meningkatkan jumlah impor gula rafinasi. Akibatnya penawaran gula domestik pun meningkat sebanyak 8.70 persen, sehingga harga gula eceran mengalami penurunan sebesar 0.06 persen. Kenaikan impor gula dan gula rafinasi berdampak pada peningkatan penawaran gula untuk konsumsi langsung dan bahan baku gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman. Dengan adanya peningkatan penawaran bahan baku gula rafinasi diharapkan menjadi insentif bagi industri makanan dan minuman untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan penawaran ini juga mengakibatkan konsumsi rumahtangga meningkat. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya perembesan gula rafinasi ke pasar retailrumahtangga. Kebijakan ini mendukung kebijakan pemerintah dalam program peningkatan kesehatan masyarakat karena gula merupakan pemanis yang aman bagi kesehatan dibandingkan pemanis buatan, namun jika tidak ada upaya peningkatan produksi dan produktivitas maka kebijakan ini tidak sempurna, hanya memberikan pemasukan pajak saja bagi pemerintah. Hendaknya dibarengi dengan kebijakan lain untuk meningkatkan produksi dan produktivitas gula.

7.2.2. Simulasi Depresiasi Rupiah