Simulasi Depresiasi Rupiah Simulasi Dampak Kebijakan Pemerintah

minuman untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan penawaran ini juga mengakibatkan konsumsi rumahtangga meningkat. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya perembesan gula rafinasi ke pasar retailrumahtangga. Kebijakan ini mendukung kebijakan pemerintah dalam program peningkatan kesehatan masyarakat karena gula merupakan pemanis yang aman bagi kesehatan dibandingkan pemanis buatan, namun jika tidak ada upaya peningkatan produksi dan produktivitas maka kebijakan ini tidak sempurna, hanya memberikan pemasukan pajak saja bagi pemerintah. Hendaknya dibarengi dengan kebijakan lain untuk meningkatkan produksi dan produktivitas gula.

7.2.2. Simulasi Depresiasi Rupiah

Depresiasi nilai tukar pada saat krisis moneter mencapai lebih dari 100 persen, namun sesuai tahun dasar simulasi yaitu tahun 1999-2007, kondisi perekonomian Indonesia relatif stabil. Perubahan nilai tukar selama periode tersebut hanya berkisar 4-10 persen per tahun. Namun dalam penelitian ini hendak dilihat bagaimana pengaruh kinerja perdagangan gula apabila terjadi depresiasi rupiah sebesar 20 persen. Depresiasi rupiah akan berdampak pada impor gula secara total. Ternyata melemahnya nilai tukar ini dapat menurunkan impor gula secara keseluruhan. Impor gula rafinasi mengalami sedikit penurunan sebanyak 4.89 persen dibandingkan impor gula sebanyak 43.68 persen. Hal ini karena gula rafinasi sebagai bahan baku industri makanan dan minuman sebagian besar dipenuhi melalui impor, sehingga dampak nilai tukar tidak terlalu besar. Sebagai salah satu input produksi, berkurangnya jumlah impor berpengaruh pula terhadap permintaan gula oleh industri makanan dan minuman, yang nantinya berimbas pada penurunan produksi. Apalagi depresiasi nilai tukar dianggap mengindikasikan ketidakstabilan suatu negara. Berbeda dengan permintaan gula oleh rumahtangga yang tidak mengalami penurunan, disebabkan adanya peningkatan penggunaan bahan baku gula domestik, dimana keadaan ini kondusif bagi petaniprodusen meningkatkan produktivitas dan produksinya sehingga penawaran gula bisa diimbangi oleh produksi domestik yang meningkat serta mengakibatkan harga gula eceran pun menurun sebesar 0.014 persen. Tabel 21. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Depresiasi Rupiah 20 Persen Perubahan No Peubah Endogen Nilai Dasar Nilai Simulasi Kebijakan Unit 1 Luas areal tebu AREA 363.30 363.20 -0.100 -0.028 2 Produktivitas tebu YI 70.10 107.50 37.400 34.791 3 Produksi tebu PROD 25534.00 39073.30 13539.300 34.651 4 Produksi gula PRODG 1963.30 2996.70 1033.400 34.485 5 Total permintaan gula DG 3629.50 3630.80 1.300 0.036 6 Total penawaran gula SG 3309.10 4042.70 733.600 18.146 7 Impor gula IM 921.00 641.00 -280.000 -43.682 8 Impor gula rafinasi IMR 424.80 405.00 -19.800 -4.889 9 Impor gula total IMT 1345.80 1046.00 -299.800 -28.662 10 Permintaan gula rumahtangga DGRT 2802.70 2804.30 1.600 0.057 11 Permintaan gula industri DGI 416.50 415.90 -0.600 -0.144 12 Permintaan gula rafinasi industri DGIR 410.40 410.05 -0.350 -0.085 13 Harga gula eceran HECR 3549.80 3544.70 -5.100 -0.144 Akibat lebih lanjut dari penurunan impor oleh industri makanan dan minuman yang menggunakan gula rafinasi adalah penurunan produksi makanan dan minuman olahan, karena sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor. Hal ini menyebabkan pentingnya memiliki pabrik industri gula rafinasi, karena itu dalam memperoleh bahan baku gula banyak memperoleh kemudahan impor serta untuk investasi baru dalam industri gula rafinasi pemerintah menerapkan kebijakan bea masuk 5 persen selama dua tahun pertama yang diatur dalam SK Menteri Keuangan No.135KMK.052000.

7.2.3. Simulasi Penurunan Suku Bunga Bank