Ekspor dan Impor Gula

diasumsikan bahwa konsumen ingin memaksimalkan kepuasannya dari mengkonsumsi sekumpulan komoditi dengan jumlah tertentu.

3.1.3. Ekspor dan Impor Gula

Menurut Krugman dan Obstfeld 2000, perdagangan internasional antar negara terjadi karena dua alasan yang masing-masing menjadi sumber bagi adanya keuntungan perdagangan yaitu: 1 karena negara tersebut berbeda satu sama lain, sehingga dari perbedaan itu akan memberikan keuntungan apabila mereka memperdagangkan komoditi yang berbeda, dan 2 karena negara tersebut ingin mencapai skala ekonomis. Perbedaan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu negara menyebabkan negara tersebut berusaha menghasilkan komoditas dengan biaya yang relatif lebih murah ketimbang harus mengimpor dari negara lain, sehingga dengan perdagangan nasional memungkinkan setiap negara melakukan spesifikasi produksi pada barang-barang tertentu sehingga mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dengan skala produksi yang besar. Perbedaan sumberdaya ini akan menyebabkan perbedaan harga dan akan menentukan keputusan suatu negara dalam menjual atau membeli dari negara lain atau melakukan ekspor dan impor. Mengamati laju peningkatan produksi gula Indonesia setiap tahun yang tidak mampu mengikuti laju konsumsi masyarakat, telah mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gula dalam negerinya dengan melakukan kegiatan ekspor dan impor. Menurut Hafsah 2002, Thailand dan Cina merupakan negara Asia terbesar yang memasok gulanya ke Indonesia. Selain dari Asia, Indonesia juga mengimpor gula yang berasal dari Brazil, Australia dan Amerika Serikat. Kondisi net importer Indonesia menunjukkan adanya defisit produksi excess demand, sedangkan sebagai negara pengekspor, menunjukkan adanya kondisi surplus excess supply. Sebelum adanya perdagangan kondisi excess demand mengakibatkan kenaikan harga. Sebaliknya, kondisi excess supply mengakibatkan terjadinya penurunan harga Tweeten, 1992. Perbedaan harga ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perdagangan antar negara, dimana terjadi kecenderungan produk mengalir dari daerah surplus ke daerah defisit, dengan asumsi tidak ada biaya transportasi. Tanpa perdagangan, harga gula di negara eksportir sebesar P E dan di negara importir P I . Jika di negara eksportir harga di atas P E , produsen akan memproduksi lebih besar dari Q E yang selama ini diminta konsumen. Gambar 6. Mekanisme Penawaran dan Permintaan Gula antar Negara Eksportir dan Negara Importir di Pasar Dunia Sumber: Tweeten, 1992. S E D E D W S W D I S I E E P W P E O Q E Q Q Q W E W E I Q I Q Excess Supply Negara Excess Demand Negara Pasar Dunia Pasar Negara Eksportir Pasar Negara Importir P P P Di negara importir, bila harga di bawah P I , konsumen akan meminta lebih banyak dari Q I . Jadi fungsi permintaan di bawah keseimbangan E I mencerminkan excess demand negara importir. Bila terjadi perdagangan antara dua negara, dengan asumsi biaya transportasi nol, maka penawaran dan permintaan di pasar dunia merupakan kurva excess supply dan excess demand kedua negara. Keseimbangan terjadi pada titik E W dengan tingkat harga P W dan volume yang diperdagangkan sebesar Q W yang diekspor = yang diimpor. Fenomena ekonomi ini berkaitan dengan banyak faktor, selain penawaran, permintaan, harga, ekspor dan impor gula. Dari ilustrasi tersebut, diperoleh bahwa jumlah impor dipengaruhi oleh harga impor P i , selain itu juga oleh pendapatan suatu negara I juga besarnya impor sebelumnya M t-1 , sehingga model impor dapat diformulasikan sebagai berikut: M = f P i , I, M t-1 …………….……………………..……………….3.29 Demikian pula dengan persamaan ekspor : E = f P e , I, E t-1 …………………………………………….……….3.30

3.1.4. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Perdagangan