Produksi Gula Model Ekonometrika

komponen akan berpengaruh terhadap komponen yang lain dan biasanya akan terjadi efek balik pada periode waktu yang sama atau periode waktu berikutnya. Model industri gula rafinasi indonesia didasarkan pada kerangka teori maupun fenomena yang terjadi yang mencerminkan keterkaitan yang simultan dan dinamik dengan memasukkan peubah bedakala lagged variable dengan notasi t-1, karena industri memiliki hubungan yang kompleks serta berkesinambungan Gambar 9. Notasi t kecil yang melekat pada peubah mengindikasikan tahun pendugaan, dan t-1 memiliki arti satu tahun sebelumnya. Berdasarkan model ekonometrika dan simulasi model, pengamatan dititikberatkan pada industri gula rafinasi di dalam negeri. Dalam analisis simultan ini, akan dijelaskan perilaku secara sistem antara faktor-faktor penawaran, permintaan, dan harga berikut ini.

4.3.1. Produksi Gula

Model empiris penawaran gula yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya menggunakan model penyesuaian parsial Nerlove. Untuk memperoleh dugaan respon penawaran maka dilakukan pendugaan tak langsung. Hubungan antara luas areal panen, produktivitas dan output produksi, dalam bentuk yang sederhana adalah output dispesifikasikan sebagai perkalian antara luas areal panen, produktivitas serta peubah teknis dan ekonomi lainnya. Dalam melakukan perencanaan produksi, luas areal tanam dan perolehan hasil per satuan luas tanaman yang diusahakan merupakan faktor-faktor penentu bagi seorang petani produsen. Petani akan mengalokasikan sumberdaya lahannya secara optimal dengan mempertimbangkan beberapa faktor, baik teknis maupun ekonomis. Luas areal tebu diduga dipengaruhi oleh harga gula eceran, harga input pupuk urea, harga Gabah Kering Panen GKP, produktivitas tahun sebelumnya dan luas areal tebu tahun sebelumnya. Penggunaan harga di tingkat konsumen atau harga eceran pada persamaan struktural luas areal tebu petani digunakan karena harga gula di tingkat petani selalu diatur oleh pemerintah dengan menetapkan sejenis harga dasar harga provenue , yang mulai tahun 1999 harga provenue tersebut dimodifikasikan menjadi harga talangan, yaitu sejenis harga minimum yang dijamin investor pihak swasta dan dengan pertimbangan menuju era perdagangan bebas, kebijakan pemerintah selama ini melalui penetapan harga provenue dan harga talangan diasumsikan tidak ada lagi. Harga GKP mempengaruhi luas areal tebu karena padi merupakan tanaman saingan alternatif tebu dimana apabila harga padi lebih tinggi maka petani memilih menanam padi daripada tebu. Hal ini merugikan karena tebu menghasilkan lebih baik bila ditanam di lahan sawah dibandingkan lahan kering. Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Padi dan Tebu Tahun 2000-2006 Luas Areal 000 Ha Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Pertumb Padi 11793.48 11500.00 11521.17 11488.03 11922.97 11839.06 11786.43 0.01 Padi Ladang 1175.88 1080.62 1064.19 1093.52 1123.50 1105.48 1073.42 -1.44 Padi Sawah 10617.60 10419.38 10456.98 10394.52 10799.47 10733.58 10713.01 0.17 Tebu 340.66 344.44 350.72 335.73 344.79 381.79 384.02 2.11 Sumber : Diolah dari Departemen Pertanian, 2009 Meskipun belum ada penelitian yang secara khusus meneliti mengenai pemakaian bergantian antara padi dan tebu, tetapi berdasarkan data di atas bahwa dalam setiap beberapa tahun, penurunan luas areal padi dibarengi dengan pertambahan luas areal tebu, seperti pada tahun 2000-2002 dan 2004-2006. Hasil penelitian Gaol dalam Hafsah 2002, menyebutkan bahwa di lahan sawah, usahatani tanaman alternatif yaitu padi, bawang merah, kedelai lebih unggul dalam nilai absolut dibandingkan usahatani tebu. Harga input pupuk sebagai biaya produksi dan biaya modal tingkat suku bunga mempengaruhi keputusan petani dalam menanam tebu karena dengan penghematan biaya produksi yang dikeluarkan akan dapat meningkatkan produksi hablur per hektar. Oleh karena itu, persamaan luas areal tebu dapat dituliskan sebagai berikut: AREA t = a + a 1 HECR t + a 2 HINPR t + a 3 HGKPR t + a 4 YI t-1 + a 5 AREA t-1 + μ 1 ........................................................................................... 4.1 dimana : AREA t = luas areal tebu 000 ha HECR t = harga riil gula eceran Rpkg HINPR t = harga riil input pupuk urea Rpkg HGKPR t = harga riil GKP Rpkg YI t-1 = produktivitas tahun sebelumnya tonha AREA t-1 = luas areal gula tahun sebelumnya 000 ha μ 1 = peubah pengganggu Tanda parameter pendugaan yang diharapkan adalah: a 1 , a 4 0; a 2 , a 3 0; 0a 5 1. Sementara itu, produktivitas tebu selain dipengaruhi oleh karakteristik biologis tanaman tebu itu sendiri juga dipengaruhi oleh jumlah penggunaan input baik input tetap maupun tidak-tetap seperti jumlah tenaga kerja dan pupuk. Pupuk merupakan salah satu input penting bagi usahatani tebu. Pemberian pupuk berpengaruh pada kuantitas dan kualitas tebu yang dihasilkan pabrik gula maupun petani. Jenis pupuk yang digunakan antara lain urea, KCL, ZA dan TSP. Pada penelitian ini, hanya memasukkan harga pupuk urea saja dengan pertimbangan pupuk urea yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri berasal dari pabrik pupuk domestik, bahkan sudah bisa ekspor. Sedangkan pupuk KCL merupakan pupuk impor yang banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaannya baik jumlah maupun waktu. Seperti yang telah dijelaskan pada kerangka pemikiran, pendekatan jumlah pupuk dilakukan dengan harga pupuk urea, demikian pula halnya dengan tenaga kerja, yaitu upah tenaga kerja. Biaya untuk membeli pupuk dan upah tenaga kerja yang semakin meningkat diduga akan mengurangi produktivitas tebu. Pengurangan tenaga kerja memang dapat berarti penghematan sepanjang tidak mengurangi atau menurunkan hasil. Sehingga produktivitas tebu dipengaruhi oleh harga gula di tingkat produsen, harga input pupuk urea, upah tenaga kerja, luas areal tebu, tingkat suku bunga, tren sebagai proksi perkembangan teknologi, dan produktivitas tebu tahun sebelumnya. Sehingga persamaannya sebagai berikut: YI t = b + b 1 HPR t + b 2 HINPR t + b 3 HTKR t + b 4 AREA t + b 5 SB t + b 6 T t + B 7 YI t-1 + μ 2 ……………………...….4.2 dimana : YI t = produktivitas tebu tonha HPR t = harga riil gula di tingkat produsen Rpkg HINPR t = harga riil input pupuk urea Rpha HTKR t = upah riil tenaga kerja pertanian RpHOK AREA t = luas areal tebu 000 ha SB t = tingkat suku bunga T t = tren waktu YI t-1 = produktivitas tahun sebelumnya tonha μ 2 = peubah pengganggu Tanda parameter pendugaan yang diharapkan: b1,b40; b2,b3,b5,b60; 0b71. Produksi tebu merupakan perkalian antara luas areal tebu dengan produktivitas tebu per hektar. PROD t = AREA t YI t …….…...……..…...……………………..4.3 dimana : PROD t = produksi tebu 000 ton AREA t = luas areal tebu 000 ha YI t = produktivitas tebu tonha Dalam menghasilkan gula agar dapat dikonsumsi, maka diperlukan suatu konversi dengan mengalikan suatu faktor rendemen yang telah diukur dan ditentukan dengan produksi tebu. Rendemen merupakan suatu rumus yang digunakan pabrik gula dalam menentukan keuntungan yang memperhitungkan rendemen potensial dan efisiensi pabrik, sehingga diperoleh persamaan berikut: PRODG t = PROD t REND t ……….……………...………..……..4.4 dimana : PRODG t = produksi gula 000 Ton PROD t = produksi tebu 000 ton REND t = rendemen Untuk gula rafinasi, karena pabrik gula rafinasi yang memproduksi gula rafinasi baru terbentuk tahun 2002, maka diasumsikan tidak ada produksi dalam negeri gula rafinasi.

4.3.2. Penawaran Gula