Daerah Kabupaten Bima dan Kota Bima memiliki drainase cukup baik, yakni dengan luas lahan yang tidak tergenang 1.085 ha atau
91,7 sedangkan areal tergenang terus menerus seluas 98 ha 8,3 dan lokasinya tersebar. Sedangkan daerah Kabupaten Dompu seluas 98,65
229.312 ha tidak tergenang air dan yang tergenang secara periodik hanya seluas 1.35 atau 3.019 ha BP Kapet Bima 2004.
4.3.4. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Pulau Sumbawa skala 1 : 250.000, Kabupaten Bima dan Kota Bima tersusun atas kelompok batuan endapan permukaan seperti
krikil, pasir, lempung dan andesit, batuan gunung api muda dan tua, batuan endapan dan batuan terobosan. Tingkat erosi tanah di Kabupaten Bima dan Kota
Bima relatif tinggi yaitu sebesar 91,34 418.89 ha.
Kabupaten Dompu tersusun dari batuan hasil gunung api lebih tua, tua, muda, batuan endapan permukaan, lempeng tufan dan terumbu karang. Sedangkan
tanah yang peka erosi di Kabupaten Dompu sebesar 62,10 114.34 Ha.
4.3.5. Tanah
Jenis tanah di wilayah Kapet Bima pada umumnya terdiri dari jenis aluvial, Komplek Regusol, Litosol dan Komplek Mediteran. Sedangkan tekstur
tanah dikelompokkan atas tekstur kasar pasir lempung berdebu, dan pasir berdebu, tekstur sedang lempung berdebu dan lempung liat berpasir dan tekstur
halus liat, liat berlempung, liat berpasir dan lempung liat berpasir. Tekstur sedang memiliki daerah penyebaran yang paling luas yaitu mencapai 77,81 ,
tekstur halus hanya 0,93 dan sisanya tekstur kasar seluas 21,26 BP Kapet Bima 2004.
4.4. Pola Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan di wilayah Kapet Bima cukup beragam, namun penggunaan untuk hutan adalah yang paling dominan, yakni meliputi Hutan
Rakyat 54.39 Ha 7.86 dan Hutan Negara 386,25 Ha 55.80 . Pada tabel 19 dijelaskan bahwa sawah beririgasi hanya 36,823 Ha 5.32 sedangkan sisanya
berupa lahan kering, baik untuk jenis penggunaan padang rumput 3.59 , perkebunan 1.93 , tegalan 7.08 , ladang 1.34 maupun yang belum
diusahakan 3.63 . Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa ketersediaan lahan kering yang cukup besar di Kapet Bima 38.40 atau seluas 94.68 jika
termasuk hutan negara menjadi permasalahan dalam pengembangan usaha tani lahan basah, namun menjadi keunggulan komparatif tersendiri untuk
pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang berbasis komoditi lahan kering palawija, peternakan, perkebunan dan kehutanan serta kegiatan industri.
Tabel 19 Jenis Penggunaan Lahan Di Wilayah Kapet Bima Jenis Penggunaan Lahan
Luas Ha
Tanah Sementara Tidak Diusahakan 25,083
3.62 Kolamempangrawa 68
0.01 Hutan Rakyat
54,389 7.85
Hutan Negara 386,242
55.80 Padang Rumput
24,902 3.60
Perkebunan 13,331
1.92 Perumahan
6,377 0.92
Sawah irigasi 1 x panen 16,297
2.35 Sawah irigasi 2 x panen
20,526 2.96
Sawah tadah hujan 6,601
0.95 Tambak 3,054
0.44 Tegalan 48,984
7.07 Ladanghuma 9,238
1.33 Lainnya 77,053
11.13 Total 692,145
100,00 Sumber : BP Kapet Bima, 2004
4.5. Potensi Pengembangan Wilayah
Kapet Bima memiliki ragam sumber daya, baik ketersediaan sumber daya alamnya seperti potensi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan
dan kehutanan, perikanan dan peternakan, serta potensi tambang dan galian. Selain itu juga didukung potensi sumber daya manusia, sosial dan budaya, serta
infrastruktur yang meliputi infrastruktur industri perdagangan, utilitas wilayah, serta perhubungan.
4.5.1. Komoditi Pertanian
Sebagai daerah yang memiliki karakteristik agraris, maka aktivitas pertanian dalam arti umum masih memberikan kontribusi besar dalam
perekonomian Kapet Bima. Usaha tani tersebut meliputi subsektor padi dan palawija 7 komoditas, sayuran 15 komoditas, buah-buahan 16 komoditas,
perkebunan 15 komoditas, peternakan 13 komoditas dan perikanan 56 komoditas.
Tabel 20 Komoditas Pertanian Dominan di Kapet Bima
No. Komoditi Kapet Bima
Kapet Thdp NTB A. Padi
Palawija Ha
Ton Ha
Ton 1.
Padi 88,872.00
369,538.00 27.26
25.19 2. Kacang Tanah
14,945.00 18,198.00
36.43 36.97
3. Kacang Kedelai
36,952.00 44,172.00
48.84 48.28
B. Sayur-Sayuran Ha
Ton Ha
Ton 1.
Bawang Merah 6,859.00
62,441.00 71.73
80.84 C. Buah-buahan
Pohon Ton
Pohon Ton
1. Sirsaksrikaya
290,715.00 30,593.00
71.13 88.00
2. Pepaya
120,599.00 4,343.00
54.28 45.49
3. Nangka
93,122.00 40,366.00
19.36 35.19
D. Perkebunan Ha
Ton Ha
Ton 1.
Kopi 2,897.40
1,464.13 23.24
32.50 2.
Jambu Mete 17,427.50
4,827.41 31.88
38.77 3.
Asam 1,467.90
2,001.53 49.64
56.84 4.
Kemiri 2,178.50
1,258.07 68.13
79.00 5.
Wijen 1,056.10
381.03 86.77
50.24 6.
Jarak 1,821.81
669.89 85.32
88.40
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Dari tabel 20 diketahui bahwa terdapat beberapa komoditi dominan yang diusahakan di Kapet Bima dengan nilai produksi 300 ton atau pengusahaan
1,000 Ha serta memberikan kontribusi yang tinggi terhadap nilai produksi pertanian di Propinsi Nusa Tenggara Barat 25 . Adapun komoditi dominan
yang dimaksud adalah : - Padi dan palawija : padi, kacang tanah dan kacang kedelai
- Sayur-sayuran : Bawang Merah - Buah-buahan : Sirsaksrikaya, papaya dan nangka
- Perkebunan : Kopi, jambu mete, asam, kemiri, wijen dan jarak Diantara komoditas dominan tersebut, yang memberikan kontribusi yang
paling tinggi terhadap produksi pertanian di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah: - Padi dan palawija : Kacang Kedelai 48,28
- Sayur-Sayuran : Bawang Merah 80.84 - Buah-buahan : Sirsaksrikaya 88.00
- Perkebunan : Jarak 88.40 Pada Subsektor peternakan, komoditas dominan yang diusahakan di Kapet
Bima dengan nilai pengusahaan 10,000 ekor dan tingkat kontribusi 20 terhadap produksi atau nilai populasi ternak di Propinsi Nusa Tenggara
Barat dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Komoditas Peternakan Dominan Di Kapet Bima
No. Jenis Ternak
Kapet Bima Ekor Kapet Thdp NTB
1 Kuda
16,777 22.07
2 Sapi
105,442 24.75
3 Kerbau
44,443 28.35
4 Kambing
69,242 23.06
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Dari tabel 20 di atas terlihat bahwa terdapat 4 jenis ternak yang merupakan komoditas dominan yakni : kuda, sapi, kerbau dan kambing. Komoditi dominan
yang memiliki jumlah populasi paling banyak adalah jenis ternak sapi 105,442 ekor sedangkan yang memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap nilai produksi atau populasi ternak di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah kerbau 28.35 .
Salah satu aktivitas usaha yang paling dominan di Kapet Bima adalah di subsektor perikanan. Kegiatan itu meliputi perikanan laut yakni berupa usaha
penangkapan, budidaya mutiara dan kerapu, sedangkan pada usaha perikanan darat adalah kegiatan budidaya air payau.
Tabel 22 Usaha Perikanan Dominan Di Kapet Bima No.
Komoditi Produksi Ton
Kapet Thdp NTB 1.
Ikan Laut Tangkapan 29,453.00
35.00 2.
Biji Mutiara 0.50
42.00 3.
Kerapu 62.20
32.00 4.
Budidaya Air Payau 5,359.30
53.00 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004 Dari tabel 22 menjelaskan bahwa beberapa kegiatan yang memberikan
kontribusi paling besar terhadap nilai produksi usaha perikanan di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah budidaya mutiara 42 untuk usaha perikanan laut, dan
budidaya air payau 53 untuk usaha perikanan darat. Sumber daya perikanan laut di Kapet Bima terdiri dari 56 jenis komoditi,
namun yang memiliki produksi 50 ton dan memberikan kontribusi 30 terhadap produksi Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah 26 komoditas. Adapun
komoditi perikanan laut dominan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 23. Dari 26 komoditas perikanan laut dominan di atas, maka yang memiliki
produksi tertinggi adalah peperek 2,246.20 ton, kembung 2,418.40 ton, Sunglir 2,932.20 ton, teri 2,963.40, Lemuru 3,978.10 ton dan Layang 4,270.30.
Sedangkan yang memberikan kontribusi terhadap produksi perikanan laut Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah komoditi Beloso 89.31 , udang dogol
89.54 , rajungan kepiting 85.45 , rumput laut 89.47 , dan ikan sunglir 89.98 .
Potensi berbagai komoditas pertanian di atas cukup tinggi dan diusahakan oleh sebagian besar masyarakat di Kapet Bima, namun pengelolaannya masih
sederhana dan bersifat tradisional padahal di sisi lain kegiatan perikanan ini dapat mendorong perkembangan hotel dan restoran, kepariwisataan, serta industri
pengolahan ikan. Disamping itu komoditi udang, kepiting dan rumput laut adalah komoditi yang memiliki keunggulan komparatif serta bernilai jual tinggi untuk
kegiatan eksport. Tabel 23 Komoditi Perikanan Laut Dominan Di Kapet Bima
No. Jenis Komoditi
Kapet Bima Ton Kapet Thdp NTB
1. Udang Lainnya
52.70 32.55
2. Udang Putih
63.20 52.89
3. Kepiting
90.10 56.95
4. Udang Windu
105.30 64.88
5. Beloso
117.00 89.31
6. Udang Dogol
117.30 89.54
7. Rajungan Kepiting
143.30 85.45
8. Sotong
146.30 50.92
9. Belanak
171.20 34.59
10. Gulamah
175.90 50.00
11. Cumi-Cumi
179.30 32.75
12. Tuna
193.70 35.36
13. Rumput Laut
219.20 89.47
14. Ikan Terbang
264.40 53.79
15. Kurisi
343.50 34.45
16. Merah Bambangan
365.70 39.92
17. Cakalang
712.40 28.01
18. Layur
808.20 63.73
19. Selar
1,099.50 45.54
20. Tembang
1,851.20 40.46
21. Peperek
2,246.20 42.50
22. Kembung
2,418.40 50.24
23. Sunglir
2,932.20 83.98
24. Teri
2,963.40 51.66
25. Lemuru
3,978.10 59.47
26. Layang
4,270.30 72.91
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
4.5.2. Pertambangan dan Galian
Potensi bahan galian di Kapet Bima cukup beragam, yang terdiri dari empat komoditi bahan galian B yakni belerang, emas, pasir besi dan perak, serta
enam komoditi bahan galian golongan C. Adapun sebaran potensi bahan galian golongan B dan C dapat dilihat pada tabel 24 dan tabel 25.
Tabel 24 Potensi Bahan Galian Golongan B di Kapet Bima Ton
No. Jenis Galian
Dompu Bima
Kota Bima Kapet Bima
1 Belerang
183.90 -
- 183.90
2 Emas
- 0.39
- 0.39
3 Pasir Besi
2,745,400.00 17,218.83
- 2,762,618.83
4 Perak
- 3.90
- 3.90
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Dari tabel 24 terlihat bahwa pasir besi memiliki nilai ketersediaan yang sangat besar yakni 2,76 juta ton yang tersebar di dua kabupaten, yakni Kabupaten
Bima sebanyak 17,21 ribu ton dan yang terbanyak di Kabupaten Dompu sebanyak 2.75 juta ton.
Tabel 25 Potensi Bahan Galian Golongan C m
3
No. Jenis Galian
Dompu Bima
Kota Bima Kapet Bima
1 Batu Bangunan
9,605,177.71 49,555,888.03 2,148,094.00 61,309,159.74
2 Pasir
- 1,000.00 - 1,000.00
3 Sirtu Pasir Kerikil
1,065,953.00 132,198.00 68,000.00 1,266,151.00
4 Batu Kapur
2,074.00 3,671,511.98
- 3,673,585.98 5
Tanah Liat 858,782.33
3,977,364.50 4,645,000.00 9,481,146.83 6
Marmer - 62,270,163.00 95,999,500.00 158,269,663.00
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Potensi bahan galian golongan C tersebar hampir merata di tiga KabupatenKota yang ada di Kapet Bima, dan yang paling besar ketersediaannya
adalah marmer sebanyak 156.27 juta m
3
, dengan rincian 62.27 juta m
3
di
Kabupaten Bima dan 96 juta m
3
di Kota Bima. Potensi bahan galian golongan B di Kapet Bima pada umumnya pengelolaannya masih berstatus eksploratif.
Sedangkan bahan galian golongan C pada umumnya sudah diusahakan dan dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat dan pemerintah, baik untuk
berbagai macam penggunaan terutama untuk perumahan dan bangunan lainnya.
4.5.3. Panorama Alam dan Potensi Pariwisata
Kapet Bima merupakan salah satu daerah transit wisata yang belum dioptimalkan potensinya. Terdapat banyak panorama alam dan objek wisata yang
tersebar diseluruh wilayah yang meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata pantai, dan laut.
Tabel 26 Sebaran Objek Wisata dan Panorama Alam di Kapet Bima
No. Nama Jenis
Obyek Wisata
Lokasi
1 Pulau Nisa sura
Wisata Alam Bahari Langgudu
2 Pantai Wane
Wisata Alam Bahari Monta
3 Pantai Lere
Wisata Alam Bahari Monta
4 Pantai Mrada
Wisata Alam Bahari Monta
5 Pantai Papa
Wisata Alam Bahari Lambu
6 Pantai Lambu
Wisata Alam Bahari Lambu
7 Pantai Nisa Nae
Wisata Alam Bahari Sape
8 Pantai Lamere
Wisata Alam Bahari Sape
9 Pantai Kelapa
Wisata Alam Bahari Sape
10 Pantai So See
Wisata Alam Bahari Sape
11 Pantai Matamboko
Wisata Alam Bahari Sape
12 Taman Laut Bajo Pulo
Wisata Alam Bahari Sape
13 Taman Laut Torowamba
Wisata Alam Bahari Sape
14 Gua Anak Fari
Wisata Alamlaut Sape
15 Pesanggrahan Sape
Wisata budaya Sape
16 Dam Sumi Dimu Woro
Wisata alam Lambu
17 Taman Rekreasi Oi Wobo
Wisata alam Wawo
18 Lengge Maria
Wisata budaya
Wawo 19
Rumah Adat Sambori Wisata budaya
Wawo
No. Nama Jenis
Obyek Wisata
Lokasi
20 Pesanggrahan Wawo
Wisata budaya Wawo
21 Rumah Adat Mbawa
Wisata budaya Donggo
23 Wadu Pa’a
Situs budaya Donggo
24 Pesanggrahan Donggo
Situs Budaya
Donggo 25
Karombo Wera Wisata budaya
Wera 26
Pulau Sangiang Situs budaya
Wera 27
Pantai Oi Fanda Wisata Alamlaut
Wera 28
Pantai Nangaraba Wisata Alam Bahari
Wera 29
Pulau Ular Wisata Alam Bahari
Wera 30
Mada Oi Pangga Wisata alam
Madapangga 31
Air terjun Sori Panihi Wisata alam
Tambora 32
Mata air Tampuro Wisata alam
Sanggar 32
Mata air Tampuro Wisata alam
Sanggar 33
Puncak gunung Tambora Wisata alam
Tambora 34
Kebun kopi Wisata alam
Tambora 35
Pantai Lawata Wisata Alam Bahari
Teluk Bima 36
Pantai Ule Wisata Alam Bahari
Asakota 37
Pantai Kolo Wisata Alam Bahari
Asakota 38
Pulau Kambing Wisata Alam Bahari
Teluk Bima 39 Benteng
Asakota. Wisata
Budaya Asakota
40 Istana Kesultanan Bima
Wisata Budaya Rasanae Barat
41 Bukit dantraha komplek makam
kesultanan Bima Wisata Budaya
Rasanae Barat 42
Pantai Labuhan Kananga Wisata Alam Bahari
Tambora 43
Pantai Huu Wisata Alam Bahari
Hu’u 44
Pantai Lakey di Teluk Cempi Wisata BahariSurfing
Hu’u 45
Pantai Riwo Wisata Alam Bahari
Woja 46
Pantai Hodo Wisata TirtaBahari
Kempo 47
Pantai Ria Wisata alambahari
Woja 48
Pulau Satonda dan Sekitarnya Wisata alambahari
PekatTambora 49
Gili Nae Nisa Panihi Wisata alambahari
Kempo 50 Gili
Bajo Wisata
alambahari Kempo
51 Gili Macangkir
Wisata alambahari
Kempo 52 Gili
Torobero Wisata
alambahari Kempo
53 Gili Sapeno
Wisata alambahari
Kempo 54 Gili
Saroko Wisata
alambahari Kempo
Sumber : Dari Berbagai Data Sekunder.
Dari tabel 26 diketahui bahwa di Kapet Bima teridentifikasi sedikitnya 54 obyek wisata dan panorama alam yang memiliki karakteristik dan keunikan
masing-masing dan tersebar hampir merata diseluruh wilayah Kapet Bima, mulai dari ujung timur Kecamatan Sape dan Lambu sampai ujung barat wilayah Kapet
Bima yakni Kecamatan Tambora dan Pekat, namun obyek wisata dan panorama alam tersebut umumnya belum dikelola dengan baik dan professional sebagai
suatu potensi ekologi, ekonomi dan sosial wilayah yang bernilai tinggi.
4.5.4. Sumber Daya Hayati
Kapet Bima memiliki karakteristik wilayah yang relatif beragam. Wilayahnya berbukit-bukit namun juga merupakan daerah pesisir yang dikelilingi
lautan, sedangkan dibeberapa tempat terdapat hutan belukar serta hamparan rumput dan ilalang. Di dalam wilayah tersebut terdapat kekayaan sumber daya
hayati. Sumber daya hayati yang cukup terkenal dari Kapet Bima adalah madu
merah dan madu kristal. Madu memiliki kalori tinggi dan kaya khasiatnya sebagai suplemen energi dan obat berbagai penyakit. Sumber penghasil madu di wilayah
Kapet Bima ada di beberapa tempat, namun yang terkenal adalah di Kawasan Gunung Tambora 2.851 mdpl, tepatnya di Desa Piong Kecamatan Sanggar. Di
sekitar gunung yang pernah meletus Tahun 1815 itu terdapat kawasan hutan seluas 122,600 Ha, tumbuh pepohonan sebagai sumber nektar madu dan koloni
lebah madu berkembang biak. Madu kristal madu putih yang juga merupakan madu hutan liar tidak
dibudidayakan mengandung 100 kali serbuk sari dibandingkan madu merah, terdapat di lereng Gunung Tambora pada ketinggian 900-2000 mdpl,
terkonsentrasi di areal seluas 15,000 Ha. Di lokasi tersebut tumbuh “taride bura” tumbuhan liar berbunga putih atau Moschosma Polystachlyum yang diduga
sebagai nektar sehingga menjadi sebab mengkristalnya madu tersebut, namun anggapan tersebut diragukan oleh para peneliti LIPI.
Menurut Soenarto Adisoemarto dan Anita Hanna Atmowidjojo Peneliti LIPI yang menjelajah kawasan Tambora 16 September-1 Oktober 1986 bahwa
kristalisasi madu tersebut masih dianggap misteri dan langka karena jenis
tumbuhan yang termasuk suku labitae tersebut ada juga di daerah lain, seperti di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, NTB, NTT dan daerah lainnya, namun madu
kristal itu tidak ada di daerah-daerah lain selain di Lereng Gunung Tambora Hamzah, 2004.
Selain madu, masih banyak sumber daya hayati yang terdapat di Kapet Bima diantaranya adalah sebagai berikut Hamzah, 2004 :
- Susu kuda liar, dapat menyembuhkan kanker, tumor dan liver. - Jamblang duwe, dapat membantu memperbaiki gangguan pencernaan dan
menurunlan kadar glukosa darah - Delima talima, dapat membantu menghentikan pendarahan dan anti virus.
- Mahkota dewa, dapat membantu menghilangkan gatal dan anti kanker. - Patah Tulang bake tula, dapat membantu menyembuhkan rematik dan nyeri
saraf. - Sesuru, dapat berfungsi sebagai anti radang dan sesak napas.
- Tapak liman, dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penawar racun - Tasbeh, dapat membantu menyembuhkan demam dan hipertensi.
4.5.5. Sumber Daya Manusia, Sosial dan Budaya a. Komposisi Penduduk, Pendidikan dan Lapangan Usaha
Pesatnya pertumbuhan dan kepadatan penduduk jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia serta lapangan pekerjaan yang
cukup, malah menjadi suatu permasalahan besar dalam pengembangan suatu wilayah, baik aspek sosial ekonomi dan politik. Berbagai permasalahan yang
dapat ditimbulkannya antara lain rendahnya tingkat produktifitas dan pendapatan baik secara total maupun perkapita, tingkat pengangguran dan kemiskinan yang
tinggi, kriminalitas dan beban sosial lainnya dapat menjadi semakin besar. Jumlah penduduk di wilayah Kapet Bima pada tahun 2001 adalah
694.362 jiwa dengan rincian di Kabupaten Bima 396.626
jiwa, di Kabupaten Dompu 184.846
jiwa dan Kota Bima 112.890 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 rata-rata 1,78 pertahun dimana KabupatenKota Bima tumbuh
1,24 per tahun, Kabupaten Dompu banyak menerima transmigran tumbuhnya 2,31
pertahun.
Penyebaran penduduk tidak merata dan konsentrasinya relatif tinggi pada kecamatan-kecamatan yang berada dilintasan jalan negara yaitu Kecamatan Woja,
Dompu, Bolo, Woha, Belo, RasanaE Barat, RasanaE Timur, Wawo Utara dan Sape. Kepadatan penduduk Kapet Bima rata-rata 100,32 jiwaKm
2
dengan kepadatan di Kabupaten Bima 90,66 jiwaKm
2
, Kabupaten Dompu 79,51 jiwa Km
2
dan Kota Bima 507,94 jiwa Km
2
. Kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Bima yaitu 7 jiwaKm
2
berada di Kecamatan Tambora yang merupakan Kecamatan terluas kedua setelah Kecamatan Sanggar yaitu 505,00 Km
2
. Kondisi yang relatif sama di Kabupaten Dompu terdapat di Kecamatan Pekat yaitu kepadatan 27 jiwaKm
2
dengan luas 875,17 Km
2
kecamatan terluas. Penduduk terpadat di Kabupaten Bima yaitu sebesar 510 jiwaKm
2
terdapat di Kecamatan Woha dengan luas 75,25 Km
2
dan untuk Kabupaten Dompu terdapat di Kecamatan Dompu dengan kepadatan 166
jiwaKm
2
dengan luas wilayahnya 223,27 Km
2 .
Sementara itu kepadatan penduduk di Kota Bima, memiliki kepadatan penduduk diatas rata-rata kepadatan
penduduk Kapet Bima yakni terbanyak di Kecamatan Rasanae Barat sebesar 603 jiwaKm
2
luas 103,38 Km
2
dan terjarang 425 jiwaKm
2
luas 118,87 Km
2
di Kecamatan Rasanae Timur . Struktur umur penduduk Kapet Bima di Kabupaten Bima, Dompu dan
Kota Bima relatif sama. Diawal pembentukan Kapet Bima, penduduk usia 0 – 14 Tahun rata-rata terbanyak 54,70 , usia produktif 15 – 64 Tahun sebesar 41,55
dan usia di atas 65 Tahun sebesar 3,75, namun berdasarkan Data Susenas NTB, struktur umur penduduk Kapet Bima mengalami perubahan. Pada tahun 2004
diketahui bahwa persentase penduduk menurut kelompok umur didominasi oleh kelompok usia produktif penduduk berumur 15-64 tahun yakni 59.21 , namun
angka ini berada dibawah rata-rata NTB yakni 62.58 . Keadaan ini menggambarkan keberhasilan program kependudukan keluarga berencana yang
didukung oleh tingkat kesadaran dan pendidikan serta kesejahteraan masyarakatnya yang semakin baik.
Tabel 27 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kapet Bima Kelompok
Umur Dompu
Bima Kota Bima Kapet Bima
NTB 0-14 37.56
37.06 30.97
36.20 33.20
15-64 58.98 57.89
64.13 59.21
62.58 65+ 3.46
5.05 4.89
4.59 4.22
Jumlah 100.00 100.00
100.00 100.00
100.00 Sumber : Susenas NTB, 2004
Tabel 27 menggambarkan komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur. Kelompok umur 0-14 tahun di Kapet Bima yakni sebesar 36.20 . Pada
kelompok umur ini Kota Bima memiliki persentase paling rendah yakni 30.97 dan memiliki persentase paling tinggi pada kelompok umur 15-64 tahun yakni
54.13 . Untuk kelompok umur 65+ tahun, Kabupaten Dompu memiliki persentase paling rendah, yakni 3.46 dan angka ini berada dibawah rata-rata
Kapet Bima sebesar 4.59 . Tabel 28 Persentase Penduduk Berumur 5-24 Tahun Menurut
Partisipasi Sekolah Di Kapet Bima Partisipasi
Sekolah Kabupate
n Dompu Kabupate
n Bima Kota
Bima Kapet
Bima NTB
TdkBelum Pernah Sekolah
8.38 10.42
5.65 9.11
10.57 Masih Sekolah
65.15 62.05
67.03 63.68
57.41 Tidak Sekolah Lagi
26.47 27.54
27.42 27.23
32.02 Total
100.00 100.00
100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas NTB, 2004 Tabel 28 menggambarkan tingkat partisipasi sekolah di Kapet Bima.
Penduduk berumur 5-24 tahun yang tidakbelum pernah sekolah adalah sebanyak 9.11 , sementara di Kota Bima jauh lebih rendah lagi yakni 5.65 . Yang masih
sekolah 63.68 , sementara di Kota Bima lebih tinggi lagi yakni 67.03 demikian juga Kabupaten Dompu yakni 65.15 . Sedangkan penduduk yang
tidak sekolah lagi adalah sebanyak 27.23 . Tingkat partisipasi sekolah di Kapet Bima lebih baik jika dibandingkan angka partisipasi sekolah Propinsi NTB.
Penduduk Propinsi NTB berumur 5-24 tahun, yang tidakbelum pernah sekolah adalah sebanyak 10.57 , yang masih sekolah 57.41 , Sedangkan penduduk
yang tidak sekolah lagi adalah sebanyak 32.02 . Tabel 29 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Di Tamatkan Di Kapet Bima Tk. Pendidikan
Dompu Bima
Kota Bima
Kapet Bima
NTB
TdkBlm Pernah Sklh 12.68
13.98 11.55
12.74 19.82
TdkBlm Tamat SD 27.82
29.71 17.79
25.11 25.36
SD 22.43
26.29 20.69
23.14 26.36
SMP 16.35
13.06 18.27
15.89 13.55
SMU 16.74
15.07 26.03
19.28 12.23
Diploma 1.69
0.98 2.65
1.77 1.11
PT 2.29
0.91 3.02
2.07 1.57
Jumlah 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
Sumber : Susenas NTB, 2004 Tabel 29 menggambar struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
penduduk berumur 10 tahun ke atas. Tingkat pendidikan adalah salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kualitas manusia di suatu wilayah.
Secara umum penduduk yang mencapai tingkat pendidikan SMP keatas baru mencapai 39.02 . Angka ini di atas rata-rata NTB yang baru mencapai 28.46 .
Angka ini juga berkorelasi dengan terus tumbuhnya sekolah dan perguruan tinggi di Kapet Bima khususnya di Kota Bima. Output dari sekolah dan perguruan tinggi
ini akan menghasilkan penduduk yang memiliki tingkat intelektual dan skill yang relatif lebih tinggi pula, jika didukung oleh fasilitas, kurikulum dan kultur
akademik yang baik. Karakteristik Kapet Bima sebagai daerah agraris sangat mempengaruhi
aktivitas usaha kehidupan masyarakatnya, hal ini diketahui dari tabel 30 yang menginformasikan bahwa sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian
utama bagi masyarakat di Kapet Bima yakni sebanyak 53.51 . Sedangkan aktivitas masyarakat di sektor industri masih sangat minim yakni baru 4.95 ,
keadaan ini masih lebih rendah jika dibandingkan daerah lain di NTB yakni dengan rata-rata 10.40 , namun jika dibandingkan dengan data di awal
pembentukan Kapet Bima, pada tahun 1998 jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 71.47 , sedangkan sektor industri sebanyak 5.22
dan perdagangan adalah sebanyak 10.23 . Sedangkan jasa adalah sebesar 7.31 . Fenomena ini menjelaskan adanya transformasi ekonomi di Kapet Bima
yang ditunjukkan dengan perubahan struktur tenaga kerja dari sektor pertanian primer ke sektor sekunder dan tersier.
Tabel 30 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kapet Bima
Lapangan Usaha Dompu
Bima Kota Bima
Kapet Bima NTB
Pertanian 63.83
71.83 24.86
53.51 50.92
Industri 2.21
3.03 9.60
4.95 10.40
Perdagangan 12.84
1.14 23.91
15.96 15.62
Jasa 11.66
6.06 26.61
14.78 10.87
Lainnya 9.46
7.94 15.02
10.81 12.19
Jumlah 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
Sumber : Susenas NTB, 2004 Di sektor perdagangan dan jasa, persentase penduduk Kapet Bima yang
bekerja adalah 30.74 , dan khusus Kota Bima malah mencapai 50.52 , jauh lebih tinggi dari wilayah lain di NTB yakni dengan rata-rata 26.49 . Dari
struktur penduduk di atas diketahui bahwa Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima memiliki kecenderung penduduknya bekerja di sektor pertanian yang
didukung oleh aktivitas penduduk di Kota Bima dominan bekerja di sektor industri, perdagangan dan jasa.
Kegiatan industri, perdagangan dan jasa jika memiliki keterkaitan sektoral dengan aktivitas pertanian maka akan dapat memberikan nilai tambah value
added terhadap produk-produk pertanian, sehingga pada akhirnya nilai tambah tersebut secara signifikan akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat dalam Kapet Bima.
b. Kearifan Nilai Budaya Dalam Pembangunan Wilayah
Koentjaraningrat 1992 mengemukakan bahwa konsep budaya dan kebudayaan itu sangat luas, meliputi seluruh pikiran, karya dan hasil karya
manusia yang tidak bersifat naluri, tetapi yang dicetuskan oleh manusia setelah
melalui proses belajar yang melahirkan unsur-unsur universal sebagai isi dari semua kebudayaan di dunia. Secara garis besarnya dapat dibagi dalam tujuh
unsur, yaitu : 1 sistem religi dan upacara keagamaan; 2 sistem dan organisasi kemasyarakatan; 3 sistem pengetahuan; 4 bahasa; 5 kesenian; 6 sistem mata
pencaharian dan kebutuhan hidup; 7 sistem teknologi dan peralatan. Selanjutnya ketujuh unsur universal ini dapat di rangkum ke dalam tiga wujud, yakni :
1 keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan; 2 keseluruhan aktivitas tingkah laku manusia sosial yang berpola;
3 keseluruhan hasil karya manusia. Gambar 3 merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat Kapet Bima berupa pakaian tradisional yang bahannya
memanfaatkan sumber daya lokal dan selaras dengan nilai religi Islam yang dianut masyarakat setempat.
Nilai-nilai budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat dapat diaktualisasikan sebagai spirit dan bagian dari suatu komponen sumber daya
dalam pembangunan daerah dan wilayah. Menurut Syamsudin 1999, Manusia menciptakan dan membutuhkan budaya bagi kesejahteraan hidupnya dan mereka
memiliki potensi untuk dapat melaksanakannya, karena hanya masyarakat manusia sajalah yang mampu meracang dan memiliki pranata institusi budaya
dan merealisasikannya dengan memperhatikan banyak hal termasuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
Gambar 3 Salah Satu Bentuk Pakaian Tradisional di Kapet Bima
Berikut ini beberapa potensi nilai budaya masyarakat yang dapat menjadi determinan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima, antara lain sebagai
berikut :
1. Kriteria Pemimpin : “Nggusu Waru” OktagonalDelapan Sisi
Terdapat delapan kriteria kepemimpinan yang hendaknya ada dalam diri setiap masyarakat Bima. Menurut Mochtar 1999 delapan kriteria kepemimpinan
ini telah disampaikan dalam bentuk suatu nasehat luhur baik untuk kalangan atas bangsawan maupun kepada masyarakat awam yang disampaikan oleh para
ulama, inang pengasuh, dan orang-orang tua, tersirat dalam pelaksanaan adat dan peringatan hari besar islam maupun pada saat upacara perkawinan dan khitanan.
Adapun kriteria kepemimpinan nggusu waru tersebut adalah sebagai berikut :
- Ma to’a di ruma labo rasul yang taat kepada Allah dan Rasul - Ma loa ra bade yang cerdas dan berpengetahuan luas
- Ma ntiri nggahi ra kalampa yang jujur dalam berbicara dan berbuat - Ma poda nggahi ra paresa yang menegakkan kebenaran
- Ma mbani ra disa yang gagah berani - Ma tenggo ra wale yang kuat dan gigih berjuang
- Ma bisa ra guna yang saktiberwibawaberkharismatik dan berdaya guna untuk negerinya
- Londo dou taho dari keturunanlingkungan baik
2. Jiwa Kepemimpinan : “Katohompara Wekiku Sura Dou Mori Na Labo
dana” Tidak Peduli Untuk Diriku, Asalkan Untuk Rakyat dan Negara
Menurut Tajib 1999 kalimat itu disebut epilogi yang diucapkan sejak Bima mengenal sistem pemerintahan berbentuk kerajaan. Calon raja atau setiap
pemimpin sebelum dilantik mengucapkan kalimat epilogi itu sebagai tanggapan atas usulan, peringatan dan bahkan ancaman yang disampaikan pejabat atau
komponen kerajaan dan disaksikan oleh rakyat umum, dengan naskah lengkapnya sebagai berikut :
Karentaku ba reraku di dou ma labo dana, Indokapo ra’a saciri ma kamorina weki,
Saraka nu’u mancuri kantuwu.
Na su’u sawaleku ra kalampa sara, Ba dei ru’u taho ra ncihi kai dana ro rasa,
Katohompara wekiku sura dou mori na labo dana Aku ikrarkan dengan lidahku kepadamu rakyat dan negeri,
Adapun darah setetes menghidupkan diriku, Sampai kepada anak cucu.
Mereka akan mematuhi dan menjunjung tinggi ketentuan pemerintah, Demi kebaikan dan kemaslahatan negeri,
Tidak peduli untukku asalkan untuk orang banyak.
3. Prinsip Pengambilan Keputusan : “Nggahi Ra Sama Kai”
KataKeputusan Yang Disepakati Bersama
Sumber dari prinsip musyawarah adalah adat lama sejak zaman ncuhi sebelum zaman kerajaan yang dikenal sebagai ungkapan tua “nggahi ra sama
kai” atau katakeputusan yang telah disepakati bersama. Untuk mencapai kesepakatan bersama ini ada suatu pedoman falsafah
kepemimpinan, yang umpamanya seorang pemimpin itu laksana duduk di atas sehelai tikar selembar lampit, merentang tali sipat yang tegak lurus, menaruh
jangkar yang tepat bundar dan dacin yang tepat berimbang, untuk menuju kesamaan pemikiran dan satunya kehendak demi kebaikan bersama Maryam
1999.
4. Prinsip Kerja : “Nggahi Rawi Pahu” Satunya Kata dan Perbuatan
Untuk Mewujudkan Kenyataan
Menurut Tajib 1999 kalimat itu adalah petunjuk awal pelaksanaan epilogi, untuk konsekuen terhadap apa yang diniat dan direncanakan sehingga
harus diimplementasikan dalam suatu aksi sampai berwujud suatu hasil. Sedangkan Maryam 1999 menyatakan rumusan “nggahi rawi pahu” merupakan
kebenaran ucapan yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku sebagaimana peribahasa Bima “Ka Sabuaku Nggahi Ma Labo Rawi” satukan kata dan
perbuatan adalah prinsip yang sampai sekarang dianggap oleh orang
BimaDompu sebagai pertanda sifat orang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
5. Nilai Pengendalian : “Maja Labo Dahu” Malu dan Takut
Maja labo dahu ialah budaya malu dan takut kepada Tuhan dan kepada orang banyak bila melakukan suatu perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai
luhur dan peraturan yang berlaku. Maryam 1999 menyatakan Maja labo dahu berfungsi pula sebagai alat
kontrol baik vertikal maupun horizontal terhadap pelaksanaan epilogi, serta mengandung pula makna :
- Malu dan takut taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya.
- Patuh kepada semua ketentuan yang berlaku dan norma yang ada dalam masyarakat
- Mengerjakan yang baik, meninggalkan yang batil - Rendah hati, tidak sombong dan takabur
- Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah - Sabar dan pantang mundur
4.5.6. Ketersediaan Infrastruktur dan Kelembagaan Usaha a. Infrastruktur Pendidikan, Kesehatan dan Keagamaan
Untuk mendukung kualitas kehidupan masyarakat maka dibutuhkan ketersediaan infrastruktur sosial. Infrastruktur penting dibidang sosial adalah
pendidikan, kesehatan dan kegiatan keagamaan. Di Kapet Bima Keberadaan Sekolah tersedia mulai dari tingkat taman
kanak-kanak sampai tingkat perguruan tinggi, selain sekolah umum juga tersedia sekolah menengah kejuaraan yakni sejumlah 13 unit sedangkan Madrasah Aliyah
sejumlah 27 unit dan pondok pesantrennya sejumlah 33 unit yang tersebar di tiga daerah administratif Kapet Bima. Adapun gambaran Jumlah Sekolah Pada
Berbagai Tingkat Pendidikan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 31
Tabel 31 Jumlah Sekolah Pada Berbagai Tingkat Pendidikan di Kapet Bima Unit
No. Tingkat Sekolah Dompu
Bima Kota Bima
Kapet Bima 1 TK
58 141
46 245
2 SD 203
388 79
670 3 M.Ibtidaiyah
28 45
7 80
4 SLTP 26
44 13
83 5 M.
Tsanawiyah 22
24 6
52 6 SMU
16 27
17 60
7 M. Aliyah
10 12
5 27
8 SMK 3
5 5
13 9 Pondok
Pesantren 3
23 7
33 10 PT
1 1
7 9
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Tabel 32 Perbandingan Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Sekolah di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit
No. Tingkat Sekolah
Dompu Bima
Kota Bima Kapet Bima
1 TK 3,437
2,974 2,531
3,000 2 SD
982 1,081
1,474 1,097
3 M.Ibtidaiyah
7,120 9,318 16,632 9,189
4 SLTP 7,668
9,530 8,956
8,856 5 M.
Tsanawiyah 9,062
17,471 19,404
14,136 6 SMU
12,460 15,530
6,849 12,251
7 M. Aliyah
19,936 34,942
23,285 27,225
8 SMK 66,452
83,860 23,285
56,545 9 Pondok
Pesantren 66,452 18,231
16,632 22,275
10 PT 199,357 419,302
16,632 81,676
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Tabel 32 menggambarkan perbandingan ketersediaan sekolah dengan jumlah penduduk. Jumlah SD di Kapet Bima adalah sebanyak 670 unit atau
dengan ratio 1,097 jiwa penduduk per unit. Jumlah SLTP adalah sebanyak 83 unit atau dengan ratio 8,856 jiwa penduduk per unit. Jumlah SMU adalah sebanyak 60
unit atau dengan ratio 12,251 jiwa penduduk per unit. Sedangkan Jumlah Perguruan Tinggi adalah sebanyak 9 unit atau dengan ratio 81,675 jiwa penduduk
per unit.
Keberadaan Sekolah Dasar di Kapet Bima tersedia di seluruh desakelurahan, sekolah setingkat SLTP dan SMU pada umumnya tersedia di
tingkat kecamatan, namun masih terdapat kesenjangan ratio antara Kota Bima dengan Kabupaten Bima dan Dompu, sehingga di Kabupaten Dompu dan
khususnya di Kabupaten Bima perlu dibangun lagi sekolah setingkat SLTP dan SMU agar peluang masyarakat untuk memperoleh pendidikan lebih besar.
sedangkan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi hanya ada di tingkat kabupaten atau pada beberapa kecamatan saja. Berbagai perguruan tinggi tersebut
memberikan pilihan program studi yang dibutuhkan masyarakat masih terbatas. Fasilitas peribadatan di Kapet Bima meliputi 693 unit masjid, 382 unit
langgar dan 235 unit mushalla yang tersebar di tiga kabupatenkota. gereja terdapat 10 unit yang juga tersebar di tiga kabupatenkota, sedangkan pura
berjumlah 9 unit yang hanya tersedia di Kabupaten Dompu dan Kota Bima. gambaran tentang jumlah tempat peribadatan di Kapet Bima dapat dilihat pada
tabel 33. Tabel 33 Jumlah Tempat Peribadatan Di Kapet Bima Unit
No. Uraian Kab Dompu
Kab Bima Kota Bima
Kapet Bima 1 Masjid
228 349
116 693
2 Langgar 55
261 66
382 3 Mushalla
54 106
75 235
4 Pura 7
- 2
9 5 Gereja
5 2
3 10
Jumlah 349
718 262
1329 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004 Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan rutin dan dilakukan setiap saat
oleh pemeluknya, sehingga fasilitas peribadatan harus cukup tersedia khususnya bagi umat muslim sebagai masyarakat mayoritas di Kapet Bima, karena tempat
peribadatan merupakan ruang yang digunakan untuk melaksanakan ritual hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, juga sebagai salah satu sentral dalam
berinteraksi dengan sesama. Pada tabel 34 terlihat bahwa bahwa setiap unit masjid
digunakan oleh paling tidak 1,061 jiwa penduduk sedangkan langgar dan mushalla adalah masing-masing sebanyak 1,924 dan 3,128 jiwa penduduk.
Tabel 34 Perbandingan Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Tempat Peribadatan di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit
No. Uraian Kab
Dompu Kab
Bima Kota Bima
Kapet Bima 1
Masjid 874
1,201 1,004
1,061 2
Langgar 3,625
1,607 1,764
1,924 3
Mushalla 3,692
3,956 1,552
3,128 4
Pura 28,480
- 58,213
81,676 5
Gereja 39,871
209,651 38,808
73,508 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004 Keberadaan berbagai jenis fasilitas kesehatan di Kapet Bima relatif
tersedia namun masih terbatas, tercatat baru 2 dua rumah sakit umum yang ada di 3 tiga KabupatenKota di Kapet Bima, artinya setiap rumah sakit melayani
367,542 jiwa penduduk. Ketersediaan apotik baru 11 buah sedangkan Kapet Bima terdiri dari 25 kecamatan dengan jarak di antaranya cukup berjauhan,
sedangkan Puskesmas hanya tersedia 32 unit dengan ratio pelayanan setiap unit 22,971 jiwa penduduk yang dibantu oleh Puskesmas Pembantu Pustu sebanyak
127 unit atau dengan ratio pelayanan terhadap 5,788 jiwa penduduk. Pada umumnya Puskesmas Pembantu tersedia di tiap desakelurahan. Adapun
gambaran tentang jumlah fasilitas kesehatan di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 35 sedangkan ratio pelayanan setiap unit fasilitas kesehatan terhadap jumlah
penduduk pada tabel 36. Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Sebagai ilustrasi, dengan keberadaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Dompu selama 5 lima tahun terakhir 2000-2004,
angka harapan hidup terus meningkat. Pada tahun 1999 angka harapan hidup penduduk adalah 57.9 tahun meningkat menjadi 59.5 tahun pada tahun 2004,
sedangkan Infant Mortality Rate IMR atau angka kematian bayi AKB pada Tahun 1999 sebanyak 80 kasus per 1000 kelahiran hidup kemudian menurun
menjadi 71 kasus per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2004 Bappeda Dompu, 2006.
Tabel 35 Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Kapet Bima No. Unit Kesehatan
Dompu Bima
Kota Bima Kapet Bima
1 Rumah Sakit Umum
1 -
1 2
2 Rumah Sakit Lainnya
- 1
1 2
3 Puskesmas 9 18
5 32
4 Pustu 44 70
13 127
5 Apotik 1
1 9
11 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004 Tabel 36 Perbandingan Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit No. Unit Kesehatan
Dompu Bima
Kota Bima Kapet Bima
1 Rumah Sakit Umum
199,357 - 116,425
367,542 2
Rumah Sakit Lainnya - 419,302
116,425 367,542
3 Puskesmas
22,151 23,295
23,285 22,971
4 Puskesmas Pembantu
4,531 5,990
8,956 5,788
5 Apotik
199,357 419,302
12,936 66,826 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004 b. Infrastruktur dan Aktivitas Industri, Perdagangan dan Koperasi
Lebih dari 26 penduduk di Kapet Bima bekerja di Sektor industri dan perdagangan serta lebih dari 10 sudah mulai bekerja di sektor jasa. sektor ini
sangat strategis dalam menggerakkan ekonomi riil wilayah baik untuk menarik sisi produksinya supply maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyakat
lainnya demand. Tabel 37 Jumlah Sarana Perdagangan Di Kapet Bima
No. Jenis Sarana
2003 2004
Perub. 1
Pasar Umum 28
28 0.00
2 Pasar Desa
2 5
150.00 3
Toko 1,174
1,419 21.00
4 KiosWarung
1,248 1,383
11.00
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka akan semakin meningkat pula kebutuhan hidup dan usaha masyarakat sehingga sangat dibutuhkan
ketersediaan sarana perdagangan yang memadai. Dari tabel 37 di atas terlihat bahwa pada tahun 2004 sarana perdagangan di Kapet Bima mengalami
peningkatan kecuali pasar umum. Tabel 38 Perbandingan Jumlah Penduduk Terhadap Ketersediaan Sarana
Perdagangan di Kapet Bima Jumlah JiwaUnit No. Jenis
Sarana Jumlah Sarana
Unit JiwaUnit
1
Pasar Umum
28 24,503
2
Pasar Desa
5 147,017
3
Toko
1,419 518
4
KiosWarung
1,383 532
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Pada tabel 38 terlihat bahwa rasio pelayanan setiap pasar umum yakni 24,503 jiwa penduduk, sedangkan Jumlah pasar desa meningkat 150 yakni dari
2 unit menjadi 5 unit namun beban pelayanan setiap unit masih tinggi yakni sebanyak 147,017 jiwa penduduk, sehingga ketersediaan pasar desa perlu
ditingkatkan, karena seharusnya merupakan fasilitas perdagangan terdekat dengan masyarakat desa, sehingga segala kebutuhan hidup dan usaha masyarakat tersedia
dan dengan mudah untuk mendapatkannya. Kios warung mengalami peningkatan sebesar 11 , sedangkan toko jumlahnya meningkat 21 dari sebelum 1,174 unit
pada tahun 2003 menjadi 1,419 unit pada tahun 2004. fenomena ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas perdagangan, khususnya pada
ekonomi skala kecil atau menengah. Jumlah perusahaan industri di Kapet Bima sebanyak 5,874 buah yang
terdiri dari 4,549 buah perusahaan industri non formal dan 1,325 buah perusahaan formal. sedangkan dari total serapan tenaga kerja sebanyak 16,383 orang, pada
industri formal adalah 7,660 orang sedangkan industri non formal adalah 8,723 orang.
Nilai investasi yang diserap industri formal adalah 21.6 milyar rupiah, jauh lebih besar dari pada industri non formal yakni hanya 3.9 milyar rupiah, namun
rasio nilai produksi terhadap investasi masih lebih unggul industri non formal yakni 2.83 dibandingkan industri formal adalah sebesar 1.46. Adapun gambaran
tentang jumlah perusahaan, tenaga kerja dan nilai investasi dirinci menurut kelompok industri di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 39.
Tabel 39 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Dirinci Menurut Kelompok Industri Di Kapet Bima
No Uraian
Satuan Dompu
Bima Kota Bima
Kapet Bima Industri Formal
1 Perusahaan
Buah 296
755 274
1,325 2
Tenaga Kerja Orang 1,880
4,455 1,325
7,660 3
Investasi Rp.Juta
4,423 12,849
4,385 21,657
4 Produksi
Rp.Juta 9,924
15,484 6,250
31,658 Industri Non Formal
1 Perusahaan
Buah 1,287
3,142 120
4,549 2
Tenaga Kerja Orang 2,847
5,626 250
8,723 3
Investasi Rp.Juta
777 2,119
990 3,886
4 Produksi
Rp.Juta 3,363
4,815 2,815
10,993 Jumlah
1 Perusahaan
Buah 1,583
3,897 394
5,874 2
Tenaga Kerja Orang 4,727
10,081 1,575
16,383 3
Investasi Rp.Juta
5,200 14,968
5,375 25,543
4 Produksi
Rp.Juta 13,287
20,299 9,065
42,651 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004
Terdapat 21 jenis kegiatan industri dominan yang nilai produksinya Rp.300 juta, yang terdiri 13 jenis usaha dari industri hasil pertanian dan
kehutanan IKAHH dan 8 jenis usaha dari industri logam, mesin dan Kimia ILMEA. Jenis usaha yang memiliki nilai produksi paling tinggi adalah industri
genteng Rp.5.32 milyar, penjahitankonveksi Rp.4.19 milyar dan furniture
dan kayu Rp.3.32 milyar sedangkan nilai produksi industri kacang mete Rp.0.35 milyar, vulkasnisir Rp.0.40 milyar dan Industri tahu Rp.0.41 milyar.
Kegiatan industri di Kapet Bima di dominasi oleh industri berbasis pertanian, namun limpahan sumber daya pertanian belum diolah secara optimal,
hasil pertanian selain untuk konsumsi rumah tangga dan masyarakat sekitar juga dijual keluar daerah, namun komoditi pertanian yang diperdagangkan masih
dalam bentuk produk mentah dan sedikit yang dalam bentuk produk olahan setengah jadi. Adapun gambaran tentang jenis industri dominan dan nilai produksi
di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 40. Tabel 40 Beberapa Jenis Industri Dominan dan Nilai Produksi
Di Kapet Bima
No. Uraian
Kapet Bima Rp.000,- Formal
Non Formal Jumlah
I. Bidang IKAHH
1 Es Batu
1,001,724 -
1,001,724 2
Pengeringan Cumi 1,600,000
- 1,600,000
3 Pengasinan Ikan
- 776,454
776,454 4
Foto Copy 409,625
48,540 458,165
5 Furniture dan Kayu
2,910,945 406,286
3,317,231 6
Garam Rakyat 265,000
817,000 1,082,000
7 Barang Dari Semen
1,163,356 -
1,163,356 8
Batu Bata 556,648
525,275 1,081,923
9 Genteng
4,915,810 409,090
5,324,900 10
Penggilingan Daging 514,642
- 673,315
11 Kacang Mete
190,800 -
355,225 12
Tahu 252,879
- 406,530
13 Pengolahan Susu Kuda
1,285,635 30,545
1,316,180 II. Bidang
ILMEA 1
PenjahitanKonveksi 1,477,060
153,296 4,190,356
2 Pertenunan
1,328,303 1,131,250
2,884,553 3
Reparasi Kendr. Roda 24 1,557,200
- 2,669,200
4 Pengelasan
402,900 1,125
616,025 5
Air Isi Ulang 1,840,000
872,540 2,712,540
6 Vulkanisir
401,455 -
401,455 7
Tukang Kaleng -
964,628 964,628
8 Tukang Emas dan Perak
1,061,605 -
1,616,705 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu
dan Kota Bima, 2004
Produk-produk perikanankelautan seperti rumput laut oleh masyarakat setempat sudah mulai diolah dalam bentuk dodol, namun dengan volume usaha
yang masih sangat kecil. Kemudian jenis usaha perikanan bandeng perikanan air
payau sudah mulai diproduksi dalam bentuk presto. pengolahan ikan laut baru dilakukan pengasinan dan pengeringan. sedangkan komoditi ternak dijual keluar
daerah masih dalam keadaan hidup demikian juga komoditi kedelai atau bawang pada umumnya dijual dalam bentuk glondongan sementara industri pengolahan
tahu atau tempe sangat terbatas. Kegiatan pengolahan pascapanen atau kegiatan agroindustri di Kapet Bima relatif masih kurang sementara potensi sumber daya
cukup besar, sehingga peluang pengembangan agroindustri masih sangat besar dan dibutuhkan suatu strategi kebijakan yang dapat menggarap sumber daya
wilayah secara optimal khususnya pada berbagai aktivitas ekonomi masyarakat sehingga tercipta multiplier effect pembangunan yang lebih luas.
Sebagai lembaga usaha ekonomi kerakyatan, secara umum kinerja koperasi semakin membaik. Jika pada tahun 2002 jumlah koperasi 409 unit maka
pada tahun 2004 terdapat 441 unit. Di sisi lain terdapat juga koperasi yang tidak aktif yang sampai 2004 sebanyak 117 unit. Adapun gambaran tentang keragaan
koperasi di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 41. Tabel 41 Keragaan Koperasi di Kapet Bima
No. Uraian Satuan
2002 2004
Perub. 1
Jumlah Koperasi Unit
409 441
3.85 2
Jumlah Anggota Orang
57,009 94,038
32.22 3
Pelaksanaan Rat Unit
215 240
5.68 4
Koperasi Aktif Unit
299 324
4.10 5
Koperasi Tdk Aktif
Unit 110
117 3.18
6 Pengurus
Orang 1,404
1,482 2.77
7 Pengawas
Orang 1,145
1,142 0.01
8 Manajer
Orang 76
77 0.66
9 Karyawan
Orang 736
791 3.67
10 Modal Sendiri
Rp.000 31,505,736
48,180,888 23.92
11 Modal Luar
Rp.000 26,299,184
30,007,558 6.83
12 Volume Usaha
Rp.000 97,973,963
116,085,180 9.60
13 SHU
Rp.000 4,326,764
5,507,781 20.90
14 Asset
Rp.000 57,804,920
78,188,446 16.40
Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima, 2004
Peran koperasi dalam perekonomian wilayah semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah
anggota koperasi sebesar 32.22 yakni 57,009 orang pada tahun 2002 menjadi 94,038 orang pada Tahun 2004. selain itu kinerja dari sisi produktivitas dan
keuangan koperasi di Kapet Bima juga mengalami perkembangan yang baik. Tercatat rata-rata peningkatan modal sendiri setiap tahun adalah 23.92 , SHU
sampai mencapai 20.90 sedangkan peningkatan rata-rata asset sebesar 16.40 per tahun.
c. Ketersediaan Utilitas Wilayah