Pengembangan Sosial Ekonomi Perdesaan

koperasi, yayasan, dan lembaga di dalam negeri lainnya. Objek kerja sama antara lain pembuatan kartu tanda penduduk KTP dan dukumen lainnya, pengembangan dan pendampingan usaha tani, penyediaan kredit usaha kecil dan menengah, pengembangan klaster atau kawasan sentra produksi, serta kerja sama lainnya. Kebijakan otonomi daerah yang mendorong dan memberikan peluang kepada daerah-daerah di Kapet Bima untuk mengelola sumber daya wilayahnya adalah sabagai peluang untuk bekerja sama dengan daerah atau pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah itu sendiri. Kegiatan promosi juga perlu didorong melalui pameranexpo, kampanye, serta pemanfaatan media massa dan internet sehingga informasi tentang berbagai keunggulan dan kekayaan berbagai sumber daya wilayah dapat diketahui dan direspon oleh pihak atau daerah lain yang pada akhirnya akan melahirkan transaksi dan kerjasamakemitraan. Untuk mendukung promosi dan kerjasama, maka yang tidak kalah pentingnya adalah penciptaan image suatu produk suatu wilayah. Dibutuhkan promosi dan kerjasama yang yang efektif untuk membangun pencitraan komoditi dan wilayah yang didukung oleh pengembangan mutu dan ciri produk yang khas varietasspesifik lokal sehingga dapat membentuk trade mark Kapet Bima.

b. Pengembangan Sosial Ekonomi Perdesaan

Sebagian besar wilayah di Kapet Bima bercirikan agraris dan perdesaan, dengan topografi yang berbukit dan berupa pegunungan dengan kemiringan lahan yang agak curam dan curam luas wilayah yang memiliki kemiringan 15-40 o = 35.56 dan 40 o = 32.24 , sehingga memiliki faktor kesulitan yang relatif tinggi untuk menghubungkan antar wilayah melalui prasarana jalan yang di bangun serta dalam membangun jaringan irigasi untuk mendukung kegiatan pertanian. Arah pergerakan dan sebaran penduduk tidak menyebar merata tapi membentuk pola linear dan melingkar karena permasalahan topografi yang berbukit disamping mengikuti arah perkembangan wilayah yang terpusat dan mengikuti sekitar jalur jalan raya negara. Daerah-daerah belakang Kapet Bima bagian utara, selatan dan barat secara relatif kurang berkembang dibandingkan daerah di pusat wilayah Kota Bima dan daerah disekitar jalan negara jalan arteri. Di bagian utara terdapat Kecamatan Wera, Ambalawi, Donggo Kabupaten Bima, dan Kilo Kabupaten Dompu. Di bagian selatan, Kecamatan Huu, Pajo Kabupaten Dompu dan Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Sedangkan Bagian Barat adalah Kecamatan Sanggar dan Tambora Kabupaten Bima, Kecamatan Kempo, dan Pekat Kabupaten Dompu. Daerah-daerah belakang ini memiliki kekayaan sumber daya alam. Untuk mengembangan kondisi sosial ekonomi perdesaan maka dibutuhkan beberapa strategi pengembangan wilayah, yakni : 1 Pengembangan infrastruktur sosial ekonomi perdesaan; 2 Peningkatan kualitas SDM dan ketrampilan usaha masyarakat desa; 3 Pemberdayaan KUKM serta lembaga lokal lainnya; dan 4 Pengembangan pusat pertumbuhan pelayanan di daerah hinterland. Pengembangan infrastruktur sosial ekonomi perdesaan ditujukan untuk meningkatkan derajat kesejahteran masyarakat. Peningkatan tingkat pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar penduduk diperdesaan akan dapat mendorong produktivitas masyarakat yang pada akhirnya dapat menggerakkan perekonomian wilayah serta memiliki daya saing atau kemampuan berkompetisi dengan daerah lainnya. Secara relatif, Struktur penduduk Kapet Bima dominan berusia produktif 59.21 , dengan tingkat partisipasi dan tingkat pendidikan di Kapet Bima lebih tinggi dari pada Propinsi NTB, dimana yang tidakbelum pernah sekolah di Kapet Bima adalah sebanyak 9.11 sedangkan Propinsi NTB sebanyak 10.57 . Penduduk Kapet Bima yang mencapai tingkat pendidikan SMP ke atas adalah 39.02 , di atas rata-rata Propinsi NTB yang baru mencapai 28.46 , namun tingkat pendidikan yang diharapkan adalah outcome-nya dapat memanfaatkan potensi sumber daya khususnya di perdesaan. Untuk itu dibutuhkan pendidikan- pendidikan informal dan sekolah-sekolah kejuruan yang berbasis sumber daya lokal sekolah kejuruan pertanian, peternakan, perikanan, industri, ekonomi, dan lainnya yang tersedia di tingkat perdesaan sehingga akan terjadi alih pengetahuan dan teknologi yang mendorong modernisasi di tingkat perdesaan. Untuk mendukung aktivitas sosial ekonomi perdesaan, maka diperlukan peran lembaga koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah UKMK serta lembaga-lembaga lokal lainnya. Peningkatan kapasitas lembaga dan usaha sosial ekonomi perdesaan, dapat dilakukan melalui pendampingan manajemen usaha, kemitraan dan perkuatan permodalan. Perkuatan lembaga-lembaga perdesaan tidak berarti meninggalkan nilai- nilai setempatkearifan lokal. Nilai-nilai tersebut dapat diadopsi mulai dari pembentukan kelompok dan pemilihan pengurus dengan kriteria kepemimpinan ”nggusu waru”, penanaman jiwa kepemimpinan ”katohompara wekiku sura dou mari na labo dana”, prinsip pengambilan keputusan ”nggahi ra sama kai”, penanaman prinsip kerja ”nggahi rawi pahu” dan nilai-nilai pengendalian ”majo labo dahu” serta kearifan budaya lainnya. Berkembangnya infrastruktur dan aktivitas sosial dan ekonomi dengan karakteristik spesifik masing-masing wilayah wilayah sebagai keunggulan komparatif wilayah akan meningkatkan interaksi dan transaksi dengan wilayah lainnya. Untuk mendorong pertumbuhan wilayah serta meningkatkan efisiensi usaha dalam skala ekonomi tingkat wilayah maka perlu dibangun pusat-pusat pertumbuhan sekaligus sebagai pusat pelayanan pedesaan di daerah hinterland. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhanpelayanan di daerah hinterland memungkinkan untuk dilakukan, karena di daerah sekitarnya sudah terbentuk pula pusat pertumbuhanpelayanan yang dapat mendukung atau mendorong daerah hinterland. Disamping itu pula sekitar 89.42 kebutuhan hidup dan usaha penduduk Kapet Bima saat ini cukup tersedia dalam kabupaten masing-masing, walaupun produk-produk hasil kegiatan industri sebagian besar didatangkan dari Surabaya dan Makasar, sehingga kebutuhan hidup dan usaha masyarakat perdesaan dapat dipenuhi melalui suply barang jasa tersebut ke pusat pelayanan daerah hinterland-nya. Pengembangan wilayah dan pusat-pusat pertumbuhanpelayanan di daerah-daerah belakang dapat meningkatkan akselarasi pertumbuhan ekonomi secara agregat di tingkat reginal Kapet Bima serta dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah. Tingginya kesenjangan antar wilayah dapat mendorong perpindahan penduduk migrasi secara berlebihan akibat alasan ekonomi atau daya tarik lainnya infrastruktur pendidikan, perdagangan dan industri, lapangan pekerjaan dan pendapat yang lebih tinggi, hal ini mengakibatkan makin berkurangnya ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanianperdesaan dan dapat mendorong kemandekan ekonomi secara jangka panjang.

c. Pengembangan Sektor Unggulan dan Optimalisasi Sumber Daya Lahan