Pengembangan Sektor Unggulan dan Optimalisasi Sumber Daya Lahan

ekonomi atau daya tarik lainnya infrastruktur pendidikan, perdagangan dan industri, lapangan pekerjaan dan pendapat yang lebih tinggi, hal ini mengakibatkan makin berkurangnya ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanianperdesaan dan dapat mendorong kemandekan ekonomi secara jangka panjang.

c. Pengembangan Sektor Unggulan dan Optimalisasi Sumber Daya Lahan

Kering dan PesisirKelautan Pertumbuhan ekonomi Kapet Bima sebesar 4.45 di atas pertumbuhan Propinsi NTB yang hanya mencapai 3.64 , sedangkan Total PDRB Kapet Bima mencapai Rp.2.61 trilyun, dengan kontribusi 46.31 berasal dari sektor pertanian, namun struktur perekonomian masih bertumpu pada sektor pertanian khususnya pada subsektor tanamanan bahan makanan pangan dan hortikultura sedangkan luas lahan basah mengalami keterbatasan dan tingkat produksi akan mengalami tingkat kejenuhan. Secara umum ketersedian lahan masih cukup luas untuk pengembangan pertanian, industri dan pengembangan kawasan terbangun lainnya. Luas lahan kering mencapai 94.68 termasuk di dalamnya hutan negara dengan luas mencapai 55.80 . Di sisi lain, luas lahan kritis semakin terus meningkat, yang berkorelasi pula dengan banyaknya pengelolaan lahan dan hutan yang belum dilaksanakan secara optimal baik untuk tujuan ekonomi maupun ekologi. Sedangkan luas lautan mencapai 12,180.96 Km 2 63.77 dari total luas wilayah Kapet Bima juga pemanfaatannya masih dilakukan secara terbatas. Ketersediaan lahan dan perairan dapat dimanfaatkan secara lebih optimal dengan mengembangkan atau mengusahakan komoditi-komoditi unggulan. Sektor unggulan merupakan sektor yang dapat berperan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Perkembangan ekonomi regional terjadi melalui pertumbuhan sektor ekonomi unggulan serta adanya diversifikasi dan keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan peringkat keunggulan sektor, maka yang menjadi sektor unggulan I total skor = 3 adalah : tanaman bahan makanan dan industri pengolahan non migas; Sektor unggulan II total skor = 2 adalah : Peternakan dan hasilnya, Perikanan, bangunan, perdagangan besar dan eceran, angkutan, bank dan lembaga keuangan bukan bank serta sektor jasa pemerintahan umum; Sektor unggulan III adalah total skor = 1 : kehutanan, listrik, air bersih, hotel dan restoran, pos dan telekomunikasi, dan jasa swasta; sedangkan unggulan IV total skor = 0 adalah : tanaman perkebunan, penggalian dan sewa bangunan dan jasa perusahaan. Agar sektor unggulan dan pemanfaatan sumber daya lahan kering dan perairan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah di Kapet Bima, dibutuhkan strategi pengembangan wilayah sebagai berikut : 1 Pengembangan sektor unggulan melalui kegiatan agrobisnis dan agroindustri; 2 Optimalisasi sumber daya pesisir dan kelautan melaui kegiatan penangkapan dan budidaya; 3 Pengembangan sumber daya lahan kering melalui usaha tani lahan kering, industri dan perdagangan; 4 Pengembangan industri pengolahan berbasis sumber daya lokal baik pada sektor hulu maupun hilir; 5 Pengembangan daya saing produk unggulan melalui kebijakan pendukung. Pengembangan sektor unggulan melalui kegiatan agroindustri dan agribisnis merupakan suatu strategi yang dapat meningkatkan keterkaitan sektor unggulan dengan sektor lainnya. Pengembangan sektor unggulan dengan memperhatikan sektor hulu, seperti pengadaan faktor produksi, sampai pada kegiatan sektor hulu, pengolahan, pengemasan dan pemasaran yang dilakukan secara terpadu, serta didukung oleh ketersediaan lembaga pendamping penyuluhan, lembaga keuangan serta kegiatan penelitian untuk alih teknologi berbasis sumber daya lokal akan dapat mendorong peningkatan produksi dan produktivitas, efisiensi dengan skala usaha yang lebih besar, sehingga sektor unggulan di Kapet Bima dapat memiliki keunggulan komparatif sebagai sektor basis dan keunggulan kompetitif berdaya saing terhadap wilayah lainnya. Sektor-sektor unggulan seperti tanaman bahan makanan, peternakan, dan perikanan adalah sektor-sektor primer, sektor yang memiliki keterkaitan langsung dengan sumber daya lahan dan air sumber daya alam. Sektor-sektor ini merupakan sektor basis, yang memiliki pemusatan kegiatan yang tinggi serta merupakan sektor eksport unggulan di Kapet Bima, namun kegiatan usaha sektor ini, perlu didorong agar aktivitas ekonominya memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya. Industri pengolahan non migas dan perdagangan besar dan eceran adalah sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan aktivitas usaha sektor lainnya, namun sektor-sektor ini memiliki aktivitas dan volume usaha yang relatif masih rendah jika dibandingkan dengan daerah lain di Propinsi NTB. Berbagai faktor produksi usaha hulu masih banyak yang didatangkan dari luar kawasan, seperti pakan ikanternak, ayam broiler, pupuk dan obat-obatan pertanian, alat dan mesin usaha perikananpertanian, sedangkan kegiatan industri di sektor hilir juga masih rendah. Karena komoditi yang dijual pada umumnya masih produk mentah dan setengah jadi. Sektor-sektor industri pengolahan, bank dan lembaga keuangan non bank serta perdagangan memiliki kemampuan untuk menggerakkan sektor lainnya karena memiliki keterkaitan kedepan dan atau kebelakang yang kuat dengan sektor lainnya, namun perlu ditingkatkan jumlah usaha dan kelembagaannya, serta nilai produktivitasnya dengan berbasis keunggulan produk spesifik lokal. Sektor-sektor unggulan primer masih bisa dikembangkan lebih besar pada lahan lahan kering dan peraiaran yang masih sangat luas. Selain untuk pengusahaan sektor pertanian, pada lahan kering dapat pula diusahan sektor unggulan non pertanian, yakni sektor industri pengolahan dan perdagangan. Saat ini lahan kering baru sebagian kecil dimanfaatkan untuk usaha peternakan pelepasan ternak dan perkebunan, sedangkan sebagian besar lainnya, masih sebagai lahan tidur, belum diusahakan sama sekali. Ketersediaan air yang terbatas dan tingginya biaya usaha tani adalah menjadi alasan sulitnya berusaha tani lahan kering. Pengusahaan kegiatan usaha tani yang mencirikan usaha tani lahan kering serta kegiatan non pertanian dapat mengeliminir permasalahan dimaksud.

d. Pengembangan Infrastruktur Transportasi dan Perdagangan Skala