3. Strategi ST Strength-Threats
1 Pengembangan infrastruktur sosial ekonomi perdesaan 2 Pengembangan daya saing produk unggulan melalui kebijakan pendukung
4. Strategi WT Weakness- Threats
1 Pengembangan pusat pertumbuhan pelayanan di daerah hinterland 2 Reposisi dan restrukturisasi BP Kapet Bima
3 Perencanaan dan penganggaran pembangunan di Kapet Bima secara reguler pada jangka pendek, menengah dan panjang
5.6.4. Rumusan Strategi Pengembangan Wilayah
Setelah dilakukan analisis identifikasi potensi dan masalah dalam pengembangan wilayah, analisis keterkaitan wilayah, analisis interaksi spasial,
analisis fungsi dan keterlibahan stakeholderlembaga, analisis persepsi stakeholders serta analisa SWOT, maka selanjutnya dilakukan sintesa kolaborasi
analisis untuk mengetahui dan menentukan strategi alternatif pengembangan wilayah Kapet Bima.
Tabel 78 Rumusan Strategi Umum Pengembangan Wilayah di Kapet Bima
SWOT STRATEGI PENGEMBANGAN
SO SO1-SO6 ST ST1-ST2
ST RATEG
I PE NGEM
B A
NGA N
WT WT1-W T3
1. Pengembangan kerjasama dan peningkatan kapasitas institusi SO1, SO6, WT2, WT3
2. Pengembangan sosial ekonomi perdesaan SO2, ST1, WO3, WT1
3. Pengembangan sektor unggulan dan optimalisasi sumber daya lahan kering dan pesisirkelautan SO3, SO4, ST2,
WO1, WO2 4. Pengembangan infrastruktur transportasi dan
perdagangan skala regional SO5 1. SDI
DUK UN
G A
N SUM B
ER DAY
A 2. SDM
3. SDF
WO W
O 1
-WO 3
4. SDA 5. SDS
6. SDB 1.
KETERPADUAN INSTITUSI
2. KETERPD SEKTORAL
3. KETERPD WILAYAH
AHP PENDEKATAN
STRATEGI
Berdasarkan analisis persepsi stakeholders, maka secara garis besar, strategi pengembangan wilayah dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan,
dengan prioritas secara berturut-turut adalah sebagai berikut : 1 Keterpaduan Institusistakeholders, 2 Keterpaduan sektoral dan 3 keterpaduan wilayah.
Dari hasil analisis silang pada tabel 78, maka dapat dirumuskan strategi umum pengembangan wilayah di Kapet Bima, yakni sebagai berikut :
1. Pengembangan kerjasama dan peningkatan kapasitas institusi 2. Pengembangan sosial ekonomi perdesaan
3. Pengembangan sektor unggulan dan optimalisasi sumber daya lahan kering dan pesisirkelautan
4. Pengembangan infrastruktur transportasi dan perdagangan skala regional
a. Pengembangan Kerjasama dan Peningkatan Kapasitas Institusi
Pengembangan Wilayah Kapet Bima melibatkan berbagai pihak dan secara administratif Kapet Bima terdiri dari tiga kabupatenkota, yakni :
Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu dan Kota Bima. Konsekuensi dari hal di atas adalah dibutuhkan koordinasi dan kerjasama antar pemerintah kabupatenkota
serta dengan pelaku pembangunan lainnya. Untuk memenuhi hal tersebut maka dibutuhkan pengembangan kerjasama
dan peningkatan kapasitas institusi yang meliputi strategi : 1 Pengembangan kerjasama antar kabupatenkota dalam Pengelolaan Kapet Bima; 2 Penyusunan
dan penganggaran pembangunan Kapet Bima secara reguler pada jangka pendek, menengah dan panjang; 3 Reposisi dan restrukturisasi BP Kapet Bima dan
4 Promosi dan kerjasama inter regional. Kerjasama antar pemerintah kabupatenkota dalam lingkup wilayah Kapet
Bima merupakan syarat utama dalam pengembangan wilayah Kapet Bima secara terpadu karena permasalahan struktural-adiministratif, kendala teknis dan
keterbatasan infrastruktur merupakan kendala utama dalam kegiatan pembangunan. Selain itu alternatif lainnya adalah dengan melakukan
penggambungan daerah administratif. Hal ini sesuai dengan pasal 4 sampai dengan pasal 7 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang dalam
pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 tahun 2000 yang