Komponen Sumber Daya Sosial Dalam Pengembangan Wilayah Aspek Internal

Secara garis besar terdapat lima subkomponen sumber daya alam dalam pengembangan wilayah di Kapet Bima yakni lahan dan air, perikanan dan kelautan, industri-pertambangan, sumber daya hayati dan panorama wisata. Dari gambar 19 terlihat bahwa lahan dan air merupakan subkomponen dominan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima yakni dengan bobot 0.493, disusul perikanan dan kelautan bobot 0.258, panorama alam dan wisata bobot 0.096, industri dan pertambangan bobot 0.089 dan terakhir sumber daya hayati bobot 0.064. - 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 Lahan dan air Perikanankelautan Industripertambangan Sd hayati Panorama wisata Gambar 19 Persepsi Stakeholders Tentang Dukungan Komponen Sumber Daya Alam Dalam Pengembangan Wilayah Kapet Bima Sumber daya lahan dan air memiliki nilai strategis dalam hidup dan kehidupan manusia karena merupakan tempat hidup, beraktivitas dan melanjutkan generasi dan peradaban manusia. Di Kapet Bima, di atas lahan dan air penduduknya memanfaatkan ruang wilayah untuk pemukiman. Selain itu untuk kegiatan bercocok tanam, peternakan dan perkebunan, melakukan kegiatan industri, perdagangan dan jasa, serta yang paling penting keberadaan lahan dan air adalah sebagai komponen hulu sekaligus hilir dalam suatu ekosistem besar wilayah dan bumi dalam skala luas.

g. Komponen Sumber Daya Sosial Dalam Pengembangan Wilayah

Sumber daya sosial adalah segala aspek sebagai hasil interaksi sosial dalam suatu komunitas yang memberikan pengaruh atau manfaat baik secara langsung atau tidak langsung dalam aktivitas pembangunan wilayah. Sedangkan Putnam 1993 mendefisikan sumber daya sosial sebagai gambaran kehidupan sosial yang memungkinkan para partisipan bertindak secara bersama dan secara sinergik kearah kinerja yang lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Secara garis besar terdapat empat subkomponen sumber daya sosial dalam pengembangan wilayah di Kapet Bima yakni adat istiadat, hubungan masyarakat, keamanan dan mobilitas masyarakat. Adapun gambaran bobot dan peringkat masing-masing subkomponen sumber daya sosial dalam pengembangan wilayah Kapet Bima dapat dilihat pada gambar 20. - 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 Adat istiadat Hub. masy. Keamanan Mobilitas masy. Gambar 20 Persepsi Stakeholders Tentang Dukungan Komponen Sumber Daya Sosial Dalam Pengembangan Wilayah Kapet Bima Dari gambar 20 terlihat bahwa keamanan merupakan subkomponen yang paling penting dalam pengembangan wilayah Kapet Bima yakni dengan bobot 0.409, karena keamanan menentukan tingkat stabilitas yang menjadi prakondisi bagi segala aktivitas di suatu wilayah. Kemudian sub komponen penentu lainnya adalah hubungan masyarakat bobot 0.283, adat istiadat bobot 0.211, dan terakhir mobilitas masyarakat bobot 0.097.

h. Komponen Sumber Daya Buatan Dalam Pengembangan Wilayah

Sumber daya buataninfrastruktur merupakan sumber daya yang mendorong peningkatan nilai sumber daya seperti dalam kegiatan produksi dan pengolahan hasil sumber daya alam, meningkatkan produktivitas kerja sumber daya manusia yakni dengan menggunakan alatmesin dan berwujud bangunan serta meningkatan mobilitas dan interaksi dengan adanya jalan, pasar, tempat ibadah atau perkantoran. Secara garis besar terdapat lima subkomponen sumber daya buataninfrastruktur dalam pengembangan wilayah di Kapet Bima yakni infrastruktur sosial dan budaya, ekonomi dan perdagangan, transportasi dan terakhir informasi dan komunikasi. Adapun gambaran bobot dan peringkat masing-masing subkomponen sumber daya buatan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima dapat dilihat pada gambar 21. - 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 Sosbud Ekonperdgn Transportasi Inkom Iptek Gambar 21 Persepsi Stakeholders Tentang Dukungan Komponen Sumber Daya Infrastruktur Dalam Pengembangan Wilayah Kapet Bima Dari gambar 21 terlihat bahwa infrastruktur ekonomi dan perdagangan merupakan subkomponen yang paling penting dalam pengembangan wilayah Kapet Bima yakni dengan bobot 0.434, disusul infrastruktur transportasi bobot 0.249, infrastruktur sosial dan budaya bobot 0.140, infrastruktur informasi dan komunikasi bobot 0.125 dan terakhir infrastruktur Iptek bobot 0.052. Di Kapet Bima infrastruktur transportasi dan sosial budaya relatif tersedia dibandingkan infrastruktur lainnya, namun yang masih terbatas adalah infrastruktur ekonomi dan perdagangan, seperti untuk kegiatan industri, perdagangan di tingkat perdesaan pasar desa, pasar komoditi, pusat grosir serta pusat-pusat perdagangan lainnya. Padahal infrastruktur ini memberikan dampak yang besar bagi aktivitas penduduk khususnya pada berbagai sektor ekonomi di wilayah Kapet Bima.

5.6.2. Lingkungan Strategis Dalam Pengembangan Wilayah

Kajian lingkungan strategis penting untuk dilakukan, karena keberhasilan dalam pengembangan suatu wilayah terkait erat dengan kemampuan mengelola lingkungannya baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Pada analisis SWOT ini juga dimasukkan hasil analisis pada pembahasan sebelumnya sebagai bagian dari komponen analisis strategi ini sehingga diharapkan adanya sintesa analisis untuk dapat merumuskan dan menentukan strategi yang tepat.

a. Aspek Internal

Lingkungan internal terdiri dari dua faktor, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk mengetahui dan mengidentifikasi elemen-elemen yang menjadi faktor kekuatan strength dan faktor kelemahan weakness.

1. Kekuatan

Kekuatan-kekuatan yang diidentifikasi mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima. 1 Tersedianya lahan yang masih luas untuk pengembangan pertanian, industri dan pengembangan kawasan terbangun lainnya 2 Luas Lautan mencapai 12,180.96 Km 2 63.77 dari total luas wilayah Kapet Bima 3 Memiliki berbagai potensi pengembangan wilayah, meliputi komoditi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan, pariwisata dan sumber daya hayati 4 Pertumbuhan ekonomi Kapet Bima sebesar 4.45 di atas pertumbuhan Propinsi NTB yang hanya mencapai 3.64 , sedangkan Total PDRB Kapet Bima mencapai Rp.2.61 trilyun, dengan kontribusi 46.31 berasal dari sektor pertanian, 16.03 dari sektor perdagangan, hotel dan restoral sedangkan 14.82 berasal dari sektor jasa-jasa 5 Tersedianya sarana dan prasarana sosial dasar dan transportasi yang menghubungkan antar daerah dalam wilayah Kapet Bima serta ketersediaan pelabuhan laut dan bandara udara serta transportasi darat untuk berhubungan dengan luar wilayah 6 Struktur penduduk Kapet Bima dominan berusia produktif 59.21 , dengan tingkat partisipasi dan tingkat pendidikan di Kapet Bima lebih tinggi dari pada Propinsi NTB, dimana yang tidakbelum pernah sekolah di Kapet Bima adalah sebanyak 9.11 sedangkan Propinsi NTB sebanyak 10.57 . Penduduk Kapet Bima yang mencapai tingkat pendidikan SMP ke atas adalah 39.02 , di atas rata-rata Propinsi NTB yang baru mencapai 28.46 7 Memiliki nilai budayakearifan lokal terkait dengan kepemimpinan dan pengelolaan wilayah 8 Berdasarkan analisis IO Kapet Bima, terdapat 8 sektor yang memiliki daya tarik yang kuat terhadap sektor lainnya, yakni peternakan, industri pengolahan, listrik, bangunan, hotel dan restoran, bank dan lembaga keuangan bukan bank, jasa pemerintahan, serta jasa swasta. Terdapat 7 sektor yang memiliki daya dorong yang kuat terhadap sektor lainnya yakni tanaman bahan makanan, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, pos dan telekomunikasi, bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sedangkan berdasarkan analisis LQ terdapat 5 sektor yang menjadi sektor basis, yakni tanaman bahan makanan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan air bersih. 9 Interaksi spasial mobilitas masyarakat dan arus barang dan kendaraaan yang cukup tinggi baik intra maupun inter regional 10 Sekitar 89.42 kebutuhan hidup dan usaha penduduk Kapet Bima saat ini cukup tersedia dalam kabupaten masing-masing, dimana produk-produk hasil kegiatan industri sebagian besar langsung didatangkan dari Surabaya dan Makasar 11 Berdasarkan analisis stakeholders, Pemerintah kabupatenkota dan swasta memiliki tingkat pengaruh yang tinggi dan bersama berbagai elemen masyarakat memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi dalam mendukung pengembangan wilayah di Kapet Bima

2. Kelemahan

Kelemahan-kelemahan yang diidentifikasi mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan wilayah Kapet Bima. 1 Sebagian besar wilayah berupa pegunungan dengan kemiringan lahan yang agak curam dan curam luas wilayah yang memiliki kemiringan 15-40 o = 35.56 dan 40 o = 32.24 , sehingga memiliki faktor kesulitan yang relatif tinggi untuk menghubungkan antar wilayah melalui prasarana jalan yang di bangun serta dalam membangun jaringan irigasi untuk mendukung kegiatan pertanian 2 Luas lahan kering mencapai 94.68 termasuk di dalamnya hutan negara dengan luas mencapai 55.80 . Di sisi lain, luas lahan kritis semakin terus meningkat, yang berkorelasi pula dengan banyaknya pengelolaan lahan dan hutan yang belum dilaksanakan secara optimal baik untuk tujuan ekonomi maupun ekologi. 3 Struktur perekonomian masih bertumpu pada sektor pertanian khususnya pada subsektor tanamanan bahan makanan pangan dan hortikultural sedangkan luas lahan mengalami keterbatasan dan tingkat produksi akan mengalami tingkat kejenuhan 4 Infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang masih kurang serta tidak merata, sehingga dapat menurunkan kualitas SDM. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat adalah ketersediaan prasarana pendidikan yang masih kurang terutama tingkat pendidikan lanjutan. Demikian juga di sektor kesehatan, keberadaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat termasuk tenaga medis masih minim sehingga hal ini dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat 5 Prasarana dan sarana utilitas seperti distribusi air bersih, drainase dan listrik belum sepenuhnya terpenuhi bagi kebutuhan perumahan dan usaha masyarakat khususnya dipedesaan 6 Demikian juga prasarana irigasi dan transportasi yang sangat membutuhkan perbaikan dan pengembangan lebih lanjut untuk pengembangan ekonomi wilayah Kapet Bima dalam skala regional 7 Lembaga ekonomi koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya saat ini sesungguhnya menjadi salah satu pelaku pembangunan, perannya masih belum optimal dalam pengembangan perekonomian di perdesaan 8 Modal yang dimiliki daerah maupun pengusaha lokal sangat terbatas, sedangkan investor luar daerah dan asing sulit didatangkan 9 Sebagian besar kegiatan usaha di Kapet Bima belum mampu menerapkan manajemen modern, masih ada kecenderungan menerapkan manajemen keluargatradisonal. Penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi masih relatif terbatas sehingga belum memiliki daya saing yang tinggi, akibatnya peningkatan nilai tambah produkusaha rendah 10 Masih rendahnya keterkaitan kegiatan ekonomi perdesaan dan perkotaan, industri pengolahan relatif terbatas termasuk pengolahan hasil produk pertanian, peternakan dan perikanan, kehutanan dan perkebunan. Di sisi lain, sebaran kontribusi dan pertumbuhan ekonomi tiap sektor belum merata, khsususnya sektor industri pengolahan. 11 Berdasarkan analisis IO, bahwa total permintaan antara hanya mencapai 23.18 , rendahnya permintaan antara ini menunjukkan bahwa dari total output wilayah hanya 23.18 yang dikembalikan untuk proses kegiatan produksi domestik sehingga tingkat keterkaitan antar sektor rendah yang pada akhirnya juga multiplier efek dari kegiatan ekonomi wilayah juga rendah. 12 Kemampuan pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaannya masih rendah, yakni 1.23 dari total output wilayah. Keadaan ini menggambarkan juga tingkat kemandirian daerah, karena dari struktur anggaran daerah, sumber pendapatan daerah masih sangat bergantung kepada pusat melalui alokasi perimbangan keuangan DAUDAK 13 Keterkaitan kegiatan pemerintah dengan sektor lain khususnya keterkaitan ke depan masih rendah, padahal kegiatan sektor pemerintahan memberikan kontibusi sebesar 14.62 peringkat ke-2 dari total output ekonomi wilayah. 14 Industri pengolahan dan perdagangan sebagai sektor yang memiliki keterkaitan yang kuat daya tarik dan daya dorong yang tinggi dengan sektor lain belum menjadi sebagai sektor basis 15 Hotel dan restoran, jasa swasta dan perusahaan memiliki nilain output dan LQ yang rendah, hal ini memberikan gambaran masih belum berkembangnya pembangunan di sektor pariwisata. 16 Arah pergerakan dan sebaran penduduk tidak menyebar kompak dan merata tapi membentuk pola linear dan melingkar karena permasalahan topografi yang berbukit disamping mengikuti arah perkembangan wilayah yang terpusat dan mengikuti sekitar jalur jalan raya nasional 17 Masih kurang berkembangnya daerah-daerah belakang di bagian utara, selatan dan barat. Di bagian utara terdapat Kecamatan Wera, Ambalawi, Donggo Kabupaten Bima, dan Kilo Kabupaten Dompu. Di bagian selatan, Kecamatan Huu, Pajo Kabupaten Dompu dan Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Sedangkan Bagian Barat adalah Kecamatan Sanggar dan Tambora Kabupaten Bima, Kecamatan Kempo, dan Pekat Kabupaten Dompu. Daerah-daerah belakang ini memiliki kekayaan sumber daya alam. 18 Lemahnya komunikasi dan koordinasi internal pemerintah propinsi maupun antar pemerintah propinsi dan kabupatenkota 19 Kurang tegasnya pembagian tugas wewenang belum adanya prosedur operasi standar antar instansi terkait dengan Kapet Bima. mengakibatkan kurang lancarnya tugas yang diemban oleh BP Kapet Bima 20 Orientasi dan kepentingan pembangunan masih bersifat parsial meskipun telah diantisipasi dengan Musbang Desa dan Kecamatan Rakorbang Tingkat Kabupaten, Tingkat Propinsi dan Rakornas

b. Aspek Eksternal