Sektor Basis HASIL DAN PEMBAHASAN

sektor 14 dan jasa swasta sektor 18. Keberadaan sektor-sektor pada kuadran III ini, hendaknya dapat memanfaatkan secara optimal sektor-sektor di hulu untuk mendukung aktivitas atau dalam kegiatan produksi sehingga dapat menggerakkan nilai total ekonomi wilayah secara signifikan. Kuadran IV, merupakan sektor-sektor yang memiliki hubungan dengan sektor kebelakang hulu yang rendah namun memiliki hubungan dengan sektor ke depan hilir yang tinggi. Adapun sektor-sektor yang masuk dalam kuadran IV ini adalah : kehutanan sektor 4, penggalian sektor 6, air bersih sektor 9, sewa bangunan dan jasa perusahaan sektor 16. Keberadaan sektor-sektor pada kuadran IV ini, cenderung sebagai sektor pendukung bagi pengembangan sektor- sektor lain baik di kegiatan atau industri di hulu maupun di hilir khususnya terhadap kegiatan produksi domestik.

5.2. Sektor Basis

Model ekonomi basis economic base model menjelaskan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh kecenderungan eksport wilayah tersebut. Eksport tersebut dapat berupa tenaga barang, jasa atau tenaga kerja serta dapat juga berupa barang-barang tidak bergerak immobile seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah dan pariwisata. sektor atau industri yang bersifat seperti seperti itu disebut sektor basis. Salah satu metode pengukuran sektor basis adalah dengan metode location quotient LQ. Apabila suatu sektor nilai LQ 1 maka merupakan sektor basis sedangkan bila LQ 1 maka sektor tersebut merupakan non basis. Pada tabel 53 terlihat bahwa dari 18 sektor ekonomi, terdapat 5 lima sektor yang menjadi sektor basis yakni : 1 Tanaman bahan makanan, 3 peternakan dan hasilnya, 4 kehutanan, 5 perikanan dan 9 Air bersih. Sedangkan sektor yang lain merupakan sektor non basis sektor pendukung. Lima sektor basis di Kapet Bima adalah termasuk dalam sektor-sektor primer yakni kegiatan yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam, sedangkan sektor sekunder dan tersier seperti perdagangan, jasa dan industri kapasitas usahanya belum menjadi sektor yang memiki keunggulan komparatif wilayah. Tabel 53 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Location Quotient LQ di Kapet Bima Kode Sektor PDRB Rp.000 LQ PDRB 1 Tanaman Bahan Makanan 799,682,448 1.4892 2 Tanaman Perkebunan 61,151,894 0.7558 3 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 130,132,782 1.0020 4 Kehutanan 92,079,324 2.7388 5 Perikanan 126,803,512 1.5223 6 Penggalian 59,235,026 0.8069 7 Industri Pengolahan Non Migas 79,691,000 0.5262 8 Listrik 7,339,056 0.6834 9 Air bersih 1,737,486 1.1709 10 Bangunan 182,882,966 0.7386 11 Perdagangan Besar dan Eceran 394,075,257 0.9583 12 Hotel 24,772,012 0.3870 13 Angkutan 202,457,556 0.7582 14 Pos dan Telekomunikasi 24,242,501 0.5310 15 Bank dan Lbg Keu. Bukan Bank 23,332,098 0.6756 16 Sewa Bangunan dan Jasa Preusan 15,521,623 0.7261 17 Jasa Pemerintahan Umum 364,150,028 0.9899 18 Jasa Swasta 23,131,897 0.4508 Jumlah 2,612,418,466 1.0000 Sumber : Hasil Analisis Dari Data BPS Propinsi NTB, 2004

5.3. Sektor Unggulan Potensial