II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
2.1. Konsep Wilayah dan Kawasan
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administrasi dan atau aspek fungsional Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992. Sedangkan menurut Glasson diacu dalam Kasikoen 2005 wilayah
merupakan area kontinue yang terletak antara tingkat lokal dan tingkat nasional. Dinyatakan pula, pendefinisian wilayah itu sendiri bergantung pada tujuan
analisis atau tujuan perumusan kebijakan pembangunan wilayah yang akan disusun.
Rustiadi et al. 2005 mendefinisikan wilayah sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana bagian-bagian dari wilayah tersebut
subwilayah satu sama lain berinteraksi secara fungsional. Dari definisi tersebut, terlihat bahwa tidak ada batasan yang spesifik dari luasan suatu wilayah. Batasan
yang ada lebih bersifat “meaningful” untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian maupun evaluasi. Dengan demikian, batasan wilayah
tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis berubah- ubah.
Konsep wilayah yang paling klasik Hagget, Cliff dan Frey 1977 dalam Rustiadi et al. 2005 mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep
wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu : 1 wilayah homogen uniform homogenous region; 2 wilayah nodal nodal region; dan 3 wilayah
perencanaan planning region atau programming region. Konsep homogenitas, menetapkan wilayah berdasarkan beberapa
persamaan unsur, baik aspek fisik, sosial maupun ekonomi Anwar 2005. Pada dasarnya terdapat beberapa faktor penyebab homogenitas wilayah. Secara umum
terdiri atas penyebab alamiah dan penyebab artificial. Faktor alamiah yang dapat menyebabkan homogenitas wilayah adalah kemampuan lahan, iklim dan berbagai
faktor lainnya. Sedangkan homogenitas yang bersifat artificial adalah homogenitas yang didasarkan pada pengklasifikasian berdasarkan aspek tertentu
yang dibuat oleh manusia. Contoh wilayah homogen artificial adalah wilayah homogen atas dasar kemiskinan yang antara lain dalam bentuk peta kemiskinan
Rustiadi et al. 2005. Konsep nodal menetapkan wilayah berdasarkan perbedaan struktur tata
ruang, dimana terdapat sifat ketergantungan secara fungsional, misal antara wilayah pusat inti yang biasanya kawasan perkotaan dengan wilayah belakang
yang biasanya kawasan perdesaan. Hubungan secara fungsional ini bisa berupa : arus mobilitas penduduk, barang dan jasa, maupun komunikasi dan transportasi.
Dalam satu unit wilayah bisa terdapat struktur tata ruang yang bertingkat hirarki, hirarki tertinggi orde satu berupa kota metropolitan, kemudian kota besar, kota
kecil sampai perdesaan dengan tingkat orde yang lebih rendah Anwar 2005. Konsep ketiga adalah batas wilayah administrasi seperti propinsi,
kabupaten atau kecamatan. Perencanaan pembangunan wilayah yang banyak dilakukan adalah berdasar batas wilayah administratif, walaupun berdasar batas
fungsional seperti konsep nodal, sering kali menemui hambatan karena pertimbangan-pertimbangan politis. Untuk itu bentuk perencanaan pembangunan
wilayah yang seimbang baik antar maupun intra wilayah, sangat mendukung keberhasilan pembangunan wilayah yang berdimensi ruang Anwar 2005.
Di Indonesia, berbagai konsep nomenklatur kewilayahan seperti “wilayah”, “kawasan”, “daerah”, “regional”, “area”, “ruang” dan istilah-istilah
sejenis, banyak dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan pengertiannya walaupun masing-masing memiliki bobot penekanan pemahaman yang berbeda-
beda. Secara teoritik tidak ada perbedaan nomenklatur antara istilah wilayah, kawasan dan daerah, semuanya secara umum dapat diistilahkan dengan wilayah
region. Penggunaan istilah kawasan di Indonesia digunakan karena adanya
penekanan fungsional suatu unit wilayah. Dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pengertian “kawasan” adalah wilayah
dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Karena itu definisi konsep kawasan adalah adanya karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komponen-
komponen di dalam suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional.
2.2. Disparitas Regional