Analisis Deskriptif Pola Interaksi Wilayah Analisis Deskriptif StakeholdersKelembagaan Analisis Hirarki Proses AHP

3.4.8. Analisis Deskriptif Pola Interaksi Wilayah

Analisis ini pada dasarnya untuk melengkapi analisis grafitasi dalam mengkaji interaksi spasial. Hal ini penting untuk melakukan cross check dan sekaligus untuk menggali lebih dalam bagaimana bentuk keterkaitan antar wilayah tersebut bisa terjadi. Terjadinya interaksi wilayah, selain disebabkan oleh adanya massa tiap wilayah tersebut seperti populasi, tingkat pendapatan wilayah, serta fasilitas yang terdapat disuatu wilayah, juga dapat dipengaruhi oleh daya tarik atau daya dorong suatu wilayah seperti berkaitan dengan keadaan sosial-budaya atau karena adanya keterkaitan sejarah antar wilayah. Analisis deskriptif ini akan mengkaji dan memberikan gambaran dari aspek kuantitatif dan kualitatif terhadap aktivitas interaksi spasial.

3.4.9. Analisis Deskriptif StakeholdersKelembagaan

Dalam analisis ini akan diidentifikasi bentuk-bentuk institusi yang terlibat dan terkait dengan pembangunan wilayah di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Kapet Bima. Institusi ini bisa berbentuk institusi formal maupun non formal, antara lain seperti BP Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Kapet Bima, Pemda Propinsi Nusa Tenggara Barat, Pemda Kabupaten Bima, Pemda Kota Bima, Pemda Kabupaten Dompu, Swasta, Pemerintah Pusat, serta institusi masyarakat lokal. Model institusi seperti ini tentunya akan dapat memberikan informasi yang memadai terhadap keberadaan berbagai lembagastakeholders, baik terkait fungsi-peran maupun tingkat keterlibatan suatu lembagastakeholders dalam pengelolaan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Kapet Bima.

3.4.10. Analisis Hirarki Proses AHP

Pemilihan Pendekatan strategi pengembangan Kapet Bima adalah dengan menggunakan Analisis Hirarki Proses AHP. Analisis Hirarki Proses AHP adalah metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah yang disederhanakan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dalam pengambilan keputusan yang efektif atas masalah tersebut Marimin 2004. Alasan digunakannya metode AHP adalah untuk menangkap secara rasional persepsi berbagai stakeholders yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan pengembangan wilayah melalui prosedur yang didesain sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. Dengan metode ini diharapkan dapat ditarik kesimpulan tentang pendekatan strategi pengembangan wilayah di Kapet Bima. Analisis AHP dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons untuk mendapatkan tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dan dapat dinyatakan dengan jelas proses perbandingan berpasangan ini yang dilakukan untuk setiap level atau tingkat, yakni meliputi : tingkat 1 sasaran, tingkat 2 Pendekatan Strategi, tingkat 3 Dukungan Sumber Daya dan tingkat 4 Komponen Sumber Daya. KOMPONEN : SUMBER DAYA 1 2 3 4 5 6 SUB KOMPONEN : a a a a a a b b b b b b c c c c c c d d d d d e e e f Gambar 2 Struktur AHP Strategi Pengembangan Wilayah Kapet Bima STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KAPET BIMA YANG BERIMBANG KETERPADUAN ANTAR SEKTOR A KETERPADUAN ANTAR WILAYAH B KETERPADUAN ANTAR INSTITUSI C SASARAN : PENDEKATAN STRATEGI : Keterangan : Komponen sumber daya dalam pengembangan wilayah : 1. Sumber daya manusia, meliputi : a. Jumlah penduduk b. Tingkat pendidikan c. Lapangan pekerjaan d. Tingkat kesehatan 2. Sumber daya alam, meliputi : a. Sumber daya lahan dan air b. Perikanan dan kelautan c. Industri dan pertambangan d. Keanekaragaman sumber daya hayati e. Panorama alam wisata 3. Sumber Daya BuatanInfrastruktur, meliputi : a. Sosial dan budaya b. Ekonomi dan perdagangan c. Transportasi d. Informasi dan komunikasi e. Ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Sumber daya sosial, meliputi : a. Adat istiadat b. Hubungan masyarakat c. Keamanan d. Tingkat mobilitas 5. Sumber daya finansial, meliputi : a. Modal asing b. Modal domestik dalam negeri c. Modal domestik dalam kapet Menurut Saaty 1993 tahapan analisis data sebagai berikut : 1. Mendifinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Pendekatan AHP dalam rangka penentuan prioritas strategi pengembangan wilayah, untuk menyusun analisis perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah di Kapet Bima. 2. Membuat struktur hirarki. Struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan penentuan berbagai pendekatan strategi, serta dukungan sumber daya dan berbagai komponennya. Adapun struktur hirarki strategi pengembangan wilayah dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar 2. 3. Membuat matriks dan nilai perbandingan berpasangan. Matriks perbandingan berpasangan ini menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya. Perbandingan didasarkan kepada Judgement pendapat dari para pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Membuat matriks komparasi berpasangan dimaksudkan untuk menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing- masing tujuan atau kriteriakepentingan yang setingkat diatasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan. Teknik komparasi berpasangan yang dipakai dalam AHP adalah Judgement dari narasumber yang memahami permasalahan dipilih sebagai expertkey informan dengan cara melakukan wawancara langsung dan menilai tingkat kepentingan satu elemen dan dibandingkan dengan elemen lainnya. Penilaian dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing komponen dengan komparasi berpasangan yang dimulai dari tingkat yang paling tinggi sampai dengan yang terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan Judgment para narasumber berdasarkan skala komparasi 1-9. Nilai skala komparasi digunakan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif. Skala banding secara berpasangan tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Matriks Nilai Perbandingan Tingkat kepentingan Definisi 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya 7 Satu elemen sangat jelas lebih penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai yang diberikan apabila ragu-ragu antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Jika vektor pembobotan elemen-elemen kegiatan A1,A2,… An dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = W1,W2,… Wn, maka intensitas kepentingan elemen kegiatan A1 dibandingan dengan A2 dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen kegiatan A1 terhadap A2, dimana nilai perbandingan elemen kegiatan A1 terhadap A2 adalah 1 satu dibagi dengan nilai perbandingan elemen kegiatan A2 terhadap A1. sehingga matriks perbandingannya sebagai mana yang tertuang pada tabel 4. Tabel 4 Matriks Perbandingan Berpasangan A1 A2 A3 An A1 A2 A3 . An W1W1 W1W2 W1W3 ……… W1Wn W2W1 W2W2 W2W3 ……… W2Wn W3W1 W3W2 W3W3 ……… W3Wn WnW1 WnW2 WnW3 …….. WnWn 4. Penentuan Prioritas Setelah setiap kriteria dan alternative dilakukan perbandingan berpasangan pair wise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternative. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan Judgment yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 5. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Untuk membantu dalam analisis hirarki proses sampai pada penentuan konsistensi pendapat consistency ratio maka digunakan software : Expert Choice 2000.

3.4.9. Analisis SWOT