Permasalahan Pengembangan Wilayah GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

udara utama dan kedua, yaitu Bajawa, Denpasar, Ende, Kupang, Mataram, Labuan Bajo, Ruteng, Surabaya, Tambulaka dan Waingapu. Adapun keadaan umum dari Bandara tersebut adalah sebagai berikut : ♦ Runway : 1.800 x 30 m ♦ Apron : 172 x 70 m ♦ Taxiway : 100 x 10 m ♦ Shoulder : 2 x 16.000 x 60 m ♦ Over Run : 150 x 30 m ♦ Kekuatan Landasan : 46.000 LBS ♦ Terminal : 294 m 2 . ♦ Lapangan Parkir : 3.218 m 2 ♦ Pergerakan : 12 pergerakanhari Bandara Muhammad Salahudin, terletak ± 15 Km dari kota Bima. Bandara M. Salahuddin dapat didarati secara bebas oleh pesawat jenis Foker 27, Foker 28 dan malah sudah dapat didarati pesawat merpati F 100 dengan rute Bima- Denpasar pulang pergi dan jalur Bima-Denpasar-Jakarta pulang pergi setiap hari. Gambar 4 memberikan gambaran tentang kondisi beberapa infrastruktur transpotasi di Kapet Bima. a b c Gambar 4 Pelabuhan Laut-Bima a, Bandara Salahudin-Bima b, dan Pelabuhan Calabai-Dompu c.

4.6. Permasalahan Pengembangan Wilayah

Beberapa permasalahan yang dapat menghambat pengembangan wilayah di Kapet Bima antara lain sebagai berikut : 1. Sebagian besar wilayah berupa pegunungan dengan kemiringan lahan yang agak curam dan curam, sehingga memiliki faktor kesulitan yang relatif tinggi untuk menghubungkan antar wilayah melalui prasarana jalan yang di bangun serta dalam membangun jaringan irigasi untuk mendukung kegiatan pertanian. Adapun keadaan topografi wilayah di Kapet Bima dapat dilihat pada gambar 5. 2. Makin banyaknya lahan kritis yang berkorelasi pula dengan banyaknya pengelolaan lahan dan hutan yang belum dilaksanakan secara optimal baik untuk tujuan ekonomi maupun ekologi. 3. Struktur perekonomian masih bertumpu pada sektor pertanian secara umum khususnya pada subsektor tanamanan bahan makanan pangan dan hortikultural sedangkan luas lahan mengalami keterbatasan dan tingkat produksi dengan laju yang stagnan. Gambar 5 Keadaan Topografi Wilayah di Kapet Bima 4. Kualitas SDM relatif masih rendah. Secara umum tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yang tidak sekolah atau belum tamat SD mencapai 37.8 walaupun masih di atas tingkat pendidikan rata-rata Propinsi NTB. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat ini adalah prasarana pendidikan yang masih kurang terutama tingkat pendidikan lanjutan. Demikian juga di sektor kesehatan, keberadaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat termasuk tenaga medis masih minim sehingga hal ini dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 5. Prasarana dan sarana utilitas seperti distribusi air bersih, drainase dan listrik belum terpenuhi bagi kebutuhan perumahan dan usaha masyarakat. Demikian juga prasarana irigasi dan transportasi yang sangat membutuhkan perbaikan dan pengembangan lebih lanjut untuk pengembangan ekonomi wilayah Kapet Bima. 6. Lembaga ekonomi koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya saat ini sesungguhnya menjadi salah satu pelaku pembangunan utama, namun perannya masih belum optimal khususnya dalam pengembangan perekonomian di perdesaan. 7. Modal yang dimiliki daerah maupun pengusaha lokal sangat terbatas, sedangkan investor luar daerah dan asing sulit didatangkan. 8. Sebagian besar kegiatan belum mampu menerapkan manajemen modern, masih ada kecenderungan menerapkan manajemen keluarga sedangkan Penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi masih relatif terbatas sehingga belum memiliki daya saing yang tinggi, akibatnya peningkatan nilai tambah sulit tercapai 9. Lemahnya komunikasi dan koordinasi internal pemerintah propinsi maupun antar pemerintah propinsi dan kabupatenkota 10. Kurang tegasnya pembagian tugas wewenang belum adanya prosedur operasional standar antar instansi terkait dengan Kapet Bima mengakibatkan kurang lancarnya tugas yang diemban oleh BP Kapet Bima. 11. Orientasi dan kepentingan pembangunan masih bersifat parsial meskipun telah diantisipasi dengan Musbang Desa dan Kecamatan, Rakorbang Tingkat Kabupaten, Tingkat Propinsi dan Rakornas.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh, selanjutnya dilakukan berbagai teknik analisis untuk bisa menjawab rumusan masalah penelitian. Berikut ini adalah uraian pembahasan hasil analisis dari berbagai fenomena empiris yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. 5.1. Keterkaitan Antar Sektor 5.1.1. Struktur Input-Output IO Tabel Input-Output menggambarkan transaksi barang dan jasa dari berbagai sektor ekonomi yang saling berkaitan dan mempunyai hubungan saling ketergantungan. Penyusunan Tabel Input-output Kapet Bima terdiri dari 18 sektor yang disederhanakan dan diturunkan dari Tabel Input-Output Propinsi NTB Tahun 2004 yang terdiri dari 60 sektor. Adapun gambaran umum perekonomian Kapet Bima berdasarkan Tabel Input-Output Kapet Bima dijelaskan pada tabel 48. Tabel 48 Komponen Penyusun Tabel Input-Output Kapet Bima Tahun 2004 No. Komponen Jumlah Rp.000 Distribusi 1. Sisi Permintaan Output a. Permintaan Antara 876,764,822 23.18 b. Permintaan Akhir 2,905,956,433 76.82 c. Total Permintaan 3,782,721,256 100.00 2. Sisi Penawaran Input a. Input Antara 876,764,822 23.18 b. Import 293,537,967 7.76 c. Jumlah Nilai Tambah Bruto 2,612,418,466 69.06 d. Jumlah Input 3,782,721,256 100.00 Sumber : Data Hasil Analisa Dari Tabel 48 dijelaskan bahwa total nilai output ekonomi wilayah di Kapet Bima adalah sebesar Rp.3.78 trilyun yang terdiri dari permintaan antara sebesar Rp.0.88 trilyun 23.18 dan permintaan akhir sebesar Rp.2.90 trilyun