Interaksi Spasial Intra-Inter Regional 1. Pola Hubungan Wilayah Intra-Inter Regional

5.4. Interaksi Spasial Intra-Inter Regional 5.4.1. Pola Hubungan Wilayah Intra-Inter Regional Setiap wilayah memiliki potensi sumber daya dan karakteristik masing- masing baik sebagi faktor endowment maupun sebagai faktor buatan berupa teknologi dan hasil interaksi sosial-ekonomi wilayah lainnya. Perbedaan sumber daya supply side serta disisi lainnya perbedaan kebutuhan demand side menyebabkan terjadinya transaksi dan interaksi sosial maupun ekonomi wilayah. Mobilisasi sumber daya dan pemenuhan kebutuhan masing-masing wilayah sehingga terjadinya hubunganinterksi wilayah dapat berwujud arus atau pergerakan orang, kendaraan atau barang serta komponen wilayah lainnya seperti teknologi, modal dan informasi melalui jalan dan transportasi, sistem atau kelembagaan yang melaksanakannya. dan tingkat dan sifat interaksi akan menentukan perkembangan suatu wilayah. Tabel 55 Persepsi Orientasi PerjalananBepergian Penduduk Di Kapet Bima No. Keperluan Daerah Tujuan Dlm Desa Dlm Kec Dlm Kab Luar Kab Jumlah 1 Membeli Sembako 29.73 37.84 27.03 5.41 100.00 2 Membeli Saprotan 15.15 30.30 45.45 9.09 100.00 3 Membeli Pakaian 7.41 37.04 48.15 7.41 100.00 4 Membeli Bahan Bangunan 6.45 35.48 51.61 6.45 100.00 5 Membeli Barang Elektronik 6.90 27.59 55.17 10.34 100.00 6 Membeli Alat dan Mesin 5.00 15.00 65.00 15.00 100.00 7 Membeli Sepeda 8.00 32.00 48.00 12.00 100.00 8 Membeli Sepeda Motor 9.09 36.36 45.45 9.09 100.00 9 Membeli Mobil - 14.29 64.29 21.43 100.00 10 RekreasiTraveling 8.57 37.14 40.00 14.29 100.00 11 Menjual Produk Usaha 14.71 32.35 47.06 5.88 100.00 Rerata 10.09 30.49 48.84 10.58 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer Sifat pergerakan penduduk sendiri secara garis besar terbagi dua macam. Yang pertama adalah pergerakan yang bersifat sementara, yakni perjalanan atau bepergian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan atau usahanya kemudian selanjutnya akan kembali lagi ke tempat asalnya. Sedangkan yang kedua adalah pergerakan yang bersifat tetap, yakni perpindahan penduduk dari suatu tempat ketampat lain dengan tujuan untuk menetap secara permanen. Pergerakan penduduk yang bersifat sementara, tergambar dari orientasi perjalananbepergian penduduk di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 55. Dari tabel 55 dapat dijelaskan bahwa untuk memenuhi berbagai keperluannya, penduduk selain mendapatkan dari lingkungannya desakelurahan sendiri juga lebih banyak didapat dari luar desakelurahannya. Yang relatif mudah untuk didapat dalam desakelurajan adalah membeli sembako dan saprotan sarana produksi pertanian sedangkan 9 sembilan keperluan lainnya relatif sulit didapat. Secara umum keperluan yang dapat dipenuhi dalam desakelurahan sebanyak 10.09 . Dalam kecamatan biasanya di ibu kota kecamatan adalah sebanyak 30.49 dan yang paling banyak adalah di dalam wilayah Kabupaten di ibu kota kabupaten atau pusat perdagangan kabupatenkota, seperti di Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Dompu, Ibu Kota Kecamatan Sape, Sila Bolo, Tente Woha, dan Manggelewa adalah sebesar 48.84 , diantaranya untuk membeli alat dan mesin, membeli mobil serta membeli barang elektonik. Uraian di atas menunjukkan bahwa tiap keperluan penduduk barangjasa memiliki tingkat ketersediaan yang berbeda-beda, jika sembako kebutuhan primer dan saprotan tersedia hampir di seluruh tingkat desakelurahan, sedangkan pakaian, bahan bangunan kebutuhan sekunder dan sepeda, sebagian besar penduduk mendapatkan di pasar tingkat kecamatan, maka alat dan mesin, sepeda motor dan mobil kebutuhan tersier, pada umumnya penduduk mendapatkannya di pusat perdagangan tingkat kabupaten. Sehingga terdapat kecenderungan bahwa ada hubungan antara hirarki ketersediaan barangjasa dengan hirarki tingkat perkembangan suatu wilayah di Kapet Bima, atau dengat kata lain, pengaruh ketersediaan barangjasa yang dibutuhkan penduduk akan sangat menentukan tingkat perkembangan suatu wilayah. Pergerakan penduduk yang kedua adalah pergerakan yang bersifat tetap, yakni perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat lain dengan tujuan untuk menetap secara permanen. Dengan objek kajian tingkat desakeluarahan maka dapat digambarkan pola perpindahan penduduk berdasarkan daerah asal dan tujuannya. Pola Perpindahan Penduduk Berdasarkan Daerah Asal 52.37 23.79 17.62 5.72 0.50 - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 Dlm Kec Dlm Kab Dlm Prop Dlm Negeri Luar Negeri Daerah Asal P e nd uduk Y a n g P ind a h Gambar 8 Rerata Persentase Penduduk Pendatang Tiap DesaKelurahan Berdasarkan Daerah Asal di Kapet Bima Dari gambar 8 diperoleh informasi bahwa persentase penduduk yang pindah ke suatu desakelurahan di Kapet Bima, sebanyak 52.37 berasal dari desa tetangga sekitarnya dalam satu kecamatan, selanjutnya 23.79 berasal dari kecamatan lain dalam satu kabupaten, 17.62 dari kabupaten lain dalam satu propinsi, 5.72 dari propinsi lain dan 0.50 berasal dari negara lain. Dari uraian di atas terdapat kecenderungan bahwa pola perpindahan penduduk ke suatu desakelurahan di Kapet Bima makin tinggi searah dengan makin dekatnya jarak daerah asalnya. Dari gambar 9 diketahui bahwa dari jumlah penduduk yang pindah ke luar desakelurahannya, sebanyak 41.83 ke propinsi lain, 28.76 ke kabupaten lain dalam satu propinsi, 10.84 ke desa lain dalam 1 kecamatan, 9.57 ke negara lain dan 9.00 ke kecamatan lain dalam satu kabupaten. Data ini menunjukkan bahwa perpindahan penduduk suatu desakelurahan di Kapet Bima ke daerah lain tidak dipengaruhi oleh jarak antar wilayah tapi di tentukan oleh daya tarik atau daya dorong suatu wilayah. Pola Perpindahan Penduduk Berdasarkan Daerah Tujuan 10.84 9.00 28.76 41.83 9.57 - 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 Dlm Kec Dlm Kab Dlm Prop Dlm Negeri Luar Negeri Daerah Tujuan P e nd ud uk Y a ng P in d a h Gambar 9 Rerata Persentase Penduduk Tiap DesaKelurahan Yang Pindah Ke Daerah Lain Berdasarkan Daerah Tujuan Di Kapet Bima

a. Pola Hubungan Wilayah Intra Regional