Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL
2003 tentang Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Departemen Kehutanan mengemban amanah
untuk merehabilitasi lebih kurang seluas tiga juta hektar hutan dan lahan kritis melalui GNRHL. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan tanaman hutan
rakyat, reboisasi hutan lindung dan pembuatan bangunan konservasi tanah Departemen Kehutanan, 2007.
Pedoman teknis Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Departemen Kehutan Republik Indonesia menyebutkan tahapan pembuatan hutan
rakyat terdiri dari dua bagian yaitu penyusunan rancangan dan pelaksanaan pembuatan tanaman hutan rakyat. Pertama adalah tahapan penyusunan rancangan
meliputi penetapan calon lokasi, pengumpulan data dan informasi, penataan areal, rancangan kegiatan, pemilihan jenis tanaman dan rencana anggaran biaya. Kedua
adalah tahapan pelaksanaan meliputi persiapan lapangan, teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman.
1. Penyusunan Rancangan
a. Penetapan Calon Lokasi
Penetapan calon lokasi hutan rakyat perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Tanah milik rakyat, yang menurut kesesuaian lahan dan pertimbangan
ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat. -
Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagian hulu sungai. -
Tanah desa, tanah margaadat, tanah negara bebas serta tanah lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan.
- Tanah milik rakyattanah desatanah lainnya yang sudah ada tanaman
kayu-kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman. b.
Pengumpulan Data dan Informasi Data dan informasi ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian lahan
tanaman, pola kerja, tata waktu dan tata norma kehidupan masyarakat sekitar calon lokasi, sehingga dapat diperoleh rancangan, pelaksana dan
sistem pelaksanaan yang sesuai. Data dan informasi dimaksud adalah : -
Biofisik, yaitu situasi lokasi lahan sasaran, jenis tanah, curah hujan, tipe iklim, ketinggian, topografi dan vegetasi.
- Sosial Ekonomi, meliputi jumlah dan kepadatan penduduk, pemilikan
lahan, sarana prasarana usaha, pendidikan, perhubungan dan penyuluhan.
c. Penataan Areal
Penataan areal dimaksudkan untuk menentukan batas areal, luas dan petak, yang kegiatannya meliputi :
- Pengukuran, penataan dan pemancangan patok batas yang dituangkan
dalam peta rancangan. -
Penataan pola tanam, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya dengan teknis konservasi dan tegakan.
d. Rancangan Kegiatan
Dari hasil pengolahan data, maka disusun rancangan kegiatan fisik lapangan, baik luas, pola tanam, tata letak, kebutuhan bibit menurut jenis
dan jumlah batang, dan sarana prasarana. Rancangan disusun dengan
memperhatikan kaidah teknis rehabilitasi hutan lahan dan teknis konservasi tanah.
e. Pemilihan Jenis Tanaman
Pemilihan jenis tanaman hutan rakyat disesuaikan dengan usulan dari masyarakat, kesesuaian agroklimat, permintaan pasar dan dikembangkan
dalam luasan yang secara ekonomis dapat dipasarkan. Komposisi jenis tanaman terdiri dari kayu-kayuan minimal 60 persen dan buah-buahan
maksimal 40 persen. f.
Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya sesuai dengan analisa rencana
pekerjaankomponen kegiatan yang akan dilaksanakan, maka dilakukan analisa kebutuhan bahan dan peralatan per komponen pekerjaan.
Berdasarkan analisa rencana pekerjaan dihitung kebutuhan tenaga kerja, kemudian berdasarkan survey sosial dan ekonomi dilakukan analisa
ketersediaan tenaga kerja dari desa setempat dan sekitarnya untuk pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. Rencana anggaran biaya dibuat
per komponen kegiatanelemen pekerjaan dan disesuaikan dengan harga pasar yang wajar.
2. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat
Pelaksanaan pembuatan tanaman hutan rakyat harus memperhatikan kondisi cuaca, dimana waktu pelaksanaannya pada musim penghujan. Pembuatan
tanaman hutan rakyat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a.
Persiapan Lapangan
Kegiatan persiapan lapangan meliputi pembersihan lapangan dan pengolahan tanah, penentuan arah larikan dan pemancangan ajir,
pembuatan piringan tanaman dan lubang tanaman yang ukurannya sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
b. Teknik Penanaman
Teknik penanaman dapat dilakukan melalui tiga sistem, yaitu : -
Sistem Cemplongan, yaitu teknik penanaman yang dilaksanakan dengan pembuatan lubang tanam dan piringan tanaman. Pengolahan tanah hanya
dilaksanakan pada piringan disekitar lubang tanam. Sistem cemplongan dilaksanakan pada lahan-lahan yang miring dan peka terhadap erosi.
- Sistem Jalur, yang dilaksanakan dengan pembuatan lubang tanam dalam
jalur larikan, dengan pembersihan lapangan sepanjang jalur tanaman. Teknik ini digunakan di lereng bukit dengan tanaman sabuk gunung
counter planting. -
Sistem Tugal, yang dilaksanakan dengan tanpa olah tanah zero tillage. Lubang tanam dibuat tugal batang kayu yang diruncingi ujungnya.
Teknik ini cocok untuk pembuatan tanaman dengan benih langsung terutama pada areal dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi, namun
tanahnya subur dan peka erosi. Adapun pola penanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Pola Tumpangsari interplanting, mixed planting
Pola tumpangsari adalah suatu pola penanaman hutan rakyat yang dilaksanakan dengan menanam tanaman semusim sebagai tanaman sela
diantara larikan tanaman pokoktanaman kehutanan. Pola ini biasanya
dilaksanakan di daerah yang pemilikan lahannya sempit dan berpenduduk padat, tanahnya masih cukup subur dan topografinya datar
atau landai, serta pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif. -
Pola Tanaman Tunggal monoculture Pola tanaman tunggal merupakan pola penanaman hutan rakyat dengan
satu jenis tanaman. Pola tanaman tunggal biasa digunakan pada hutan rakyat yang mengutamakan produk tertentu baik kayu maupun non kayu.
c. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman hutan rakyat meliputi penyiangan, penyulaman, pemupukan, penyiraman, perlindungan dan pengamanan
tanaman. Penyiangan adalah pembersihan tanaman pengganggu dengan tujuan agar tanaman hutan rakyat tidak memiliki pesaing untuk
mendapatkan unsur hara tanah. Penyulaman merupakan upaya penanaman kembali bibit tanaman untuk mengganti tanaman yang mati. Pemupukan
adalah pemberian unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, biasanya dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk buatan. Penyiraman
dilakukan pada musim kemarau untuk menjaga tanaman agar tidak kekeringan atau mati, terutama dilakukan pada pembuatan tanaman sistem
pot. Perlindungan dan pengamanan tanaman adalah upaya pemberantasan hama dan penyakit tanaman serta pencegahan dari bahaya kebakaran
hutan. Untuk pelaksanaan GNRHL diperlukan beberapa input yaitu dana,
material tanaman, lahan, sumberdaya manusia dan ilmu pengetahuan teknologi.
Sumber dana pelaksanaan GNRHL sebagian besar berasal dari pemerintah pusat yaitu APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang kemudian
didistribusikan ke provinsi dan kabupatenkota. Material tanaman terdiri dari bibit tanaman dan sarana produksi berupa pupuk dan obat-obatan pembasmi hama
penyakit tanaman. Sumberdaya lahan meliputi hutan negara dan lahan milik masyarakat. Lahan milik masyarakat dipilih dalam rangka pengembangan hutan
rakyat. GNRHL memerlukan masukan sumberdaya manusia dalam kuantitas yang cukup besar yang mencakup berbagai pihak yaitu aparat pemerintah daerah, petani
dan pendamping. Untuk tercapainya tujuan rehabilitasi hutan dan lahan yang berkelanjutan setidaknya diperlukan ilmu pengetahuan tentang silvikultur,
manajemen dan pengelolaan data Departemen Kehutanan, 2007.